Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

jkawentarAvatar border
TS
jkawentar
SENI PREEET

Oleh Jajang Kawentar

Menghalau Preeet

Seniman mengadopsi persoalan-persoalan di dalam diri dan dari sekitarnya dalam penciptaan karya. Ada yang diekspresikan langsung, ada juga yang diolah lagi, melalui berbagai tahapan, tergantung kepentingan seniman, tergantung skill seniman, tergantung pemahanan dan kecerdasan seniman dalam meramu, memasak dan menyajikan karyanya serta bagaimana memanfaatkan momentnya.
Seni itu ekspresi dari pengalaman, kesenangan pribadi atau pengalaman kesenangan pada umumnya yang dieksplore seniman menjadi karya. Proses penciptaannya dan penemuan artistiknya muncul dari cita rasa seniman dalam menimba ilmu dan pengalamannya.

Seni Preeet adalah seni menghalau macam persoalan-persoalan yang muncul diakibatkan kekuatan politik, ekonomi global, sampai pada masalah ideologi yang menjadi isu-isu atau berita bohong terorganisir, sistemik sehingga tak berhenti mengacau publik termasuk seniman. Isu dan berita bohong menyebar begitu cepat dan serentak karena kecanggihan media komunikasi dan berbagai bentuk media sosial yang sudah mencapai pelosok serta meliputi tingkatan status sosial.
Tentu saja persoalan ini mengganggu keamanan, kenyamanan, ketentraman, hingga kesejahteraan pun terganggu. Akibat isu dan berita bohong yang disebar dan tersebar, simpang siurnya menjadikan saling curiga, saling menyerang, saling mengejek sampai pada ancaman fisik, kemudian menimbulkan perpecahan.
Sebetulnya ada ruang yang tidak terkontaminasi secara langsung atau terlibat dalam macam persoalan yang seringkali diisukan atau dalam berita bohong tersebut hal ini yang dimanfaatkan Preeet. Hal ini pula yang dijadikan alasan mengapa menjauh atau mengisolasi dari berbagai macam isu dan berita bohong yang sudah menyangkut paut secara kompleks seperti diorganisir.
Untuk itu Seni Preeet fokus kepada persoalan yang ada dalam diri seniman, pada realitas kemanusiaannya, realitas lingkungan hidup menuju cita-cita luhur bersama dalam kebersamaan dan keberlangsungan hidup yang madani dengan menisbikan isu-isu atau berita bohong itu. Kembali kepada diri sendiri kembali kepada kesadaran bahwa setiap mahluk itu unik, perlu saling menjaga kehidupannya, saling menghargai antar sesamanya. Seni Preeet mengembalikan fungsi seniman hanya mengolah dan menggali keunikan dalam diri seniman melalui pengalaman estetiknya menuju cita-cita luhur kebersamaan dan keberlangsungan hidup yang madani itu. Bukan golongan seniman yang mengolah isu-isu atau mengembangkan berita-berita bohong.
Seni Preeet pilihan seniman yang mempercayakan kemampuan skillnya sendiri, bahwa seni milik dari cita rasa pribadi. Tidak dapat diwakilkan proses penciptaannya yang sangat prinsip. Dengan begitu Seni Preeet adalah harapan yang telah diimpikan dan didapat, sehingga muncul dalam ungkapan spirit berkarya dan mewakili ekspektasi seni.


Akibatnya Preeet
Akibat perkembangan teknologi komunikasi dengan berbagai bentuk virtual media sosial yang dapat memudahkan menjangkau perkembangan seni yang ada diberbagai penjuru bumi ini. Termasuk menerima berbagai macam isu dan berita bohongnya. Namun juga menjadi perantara munculnya akses seniman menerima undangan berpameran atau mendapat pesanan karya dan terjadi menjual karyanya. Sehingga muncul persoalan guna mengerjar target, mau tak mau kebutuhan penciptaan dan pembuatan karya harus cepat. Untuk itu seniman membutuhkan pertolongan dalam memperlancar pekerjaannya dengan meminta bantuan artisan. Namun ada pula seniman keluaran baru yang menggunakan jasa artisan, bukan karena dia sudah terkenal atau istilahnya sudah punya, justru seniman karbitan yang ingin lebih tampak dinilai orang lain mumpuni. Karena memang secara kemampuan skillnya mepet.
Atau bisa jadi karena seniman sudah tidak mampu berpikir, mungkin karena terlalu capek, atau karena malas. Hal ini bisa terjadi karena seniman mengejar keuntungan, untuk kebutuhan pasar dan memanfaatkan kesempatan – bukan kebutuhan kolektor, apalagi Museum. Saya yakin kolektor seni yang murni dia tidak gegabah, serampangan mengoleksi karya, perlu survey dan mengetahui lebih dekat dengan senimannya. Tidak mengoleksi karya seni yang dihasilkan oleh seniman industri, meskipun kebanyakan kolektor tidak peduli lagi pada proses seniman dalam berkarya, yang penting karyanya sedang Trend, enak dilihat sudah cukup dan beli.
Ciri seniman industri dia menggunakan bantuan artisan. Orientasi berkaryanya yang penting laku, syukur-syukur laris manis. Patokannya UUD (ujung-ujungnya duit). Idealismenya UUD itu. Tidak ada yang keliru dalam seni, karena itu pilihan profesi, pemahaman dalam berkesenian dan kemampuan pribadi seseorang. Bahkan peniruan lukisan-lukisan Old Master hampir sulit dibedakan karena canggihnya teknologi saat ini, dan tidak sedikit kemahiran seniman UUD menyemarakannya. Hal ini pula yang menjadikan berkesenian itu indah.

Mengenali Preeet
Bagaimana seni Preeet Indonesia bisa hadir di hiruk pikuk seni yang membuat semakin kikuk. Yang dimaksud kikuk, seperti seni yang sedang kau pikirkan kini, kemudian berubah-ubah dan pada akhirnya menjadi Preeet. Sementara Preeet tidak bisa dipreeetkan karena Preeet adalah Preeet itu sendiri.
Bagaimana mengenali Preeet?: Apa yang kau inginkan sesuai dengan kata hati kau ciptakan dan disepakati oleh pikiran. Maka Preeet menjadi nyata, bisa dinikmati panca indra, mungkin bisa dimakan, mungkin menjadi barang pakai, mungkin berkolaborasi diantara semua itu supaya dapat menikmatinya.
Preeet bukan seni anti dengan Ideologi, Agama, Pasar atau artisan, tapi justru Preeet bisa saja anti dengan kau sendiri. Kualitas Preeet bergantung kepada pemahaman Preeet itu sendiri, pemahaman terhadap ilmu pengetahuan. Preeet mengeksplore daya dalam diri penciptanya, betul-betul menunjukkan total dirinya. Fokus hanya mengolah dirinya.

Preeet seperti semangat kebersamaan itu atau gotong royong seniman dalam menyongsong indutrialisasi seni, pabila Preeet dipahami menyeluruh dan bersama-sama. Pabila tidak, Preeet hanya akan menjadi gerakan bawah tanah dalam seni. Dimana kolektor atau pedagang karya seni cukup berperan dalam menentukan kualitas karya seni, dari seniman top, sampai calon seniman yang masih di bangku sekolah melalui segala cara termasuk mempekerjakan seniman lainnya dalam menggarap karyanya. Sebab seni terus berkembang dan selalu menemukan jalan kebebasannya maka tidak bisa dihalang-halangi dan mari sama-sama menyambutnya dengan istilahnya Preeet. Selain itu terus berupaya mengagungkan dan mengembangkan dasar-dasar ilmu seni itu sendiri ke arah yang lebih Preeet.
Preeet ini juga sebuah upaya berdamai dalam segala situasi dan kondisi kerja kesenian terkini dengan berbagai jargon-jargon seni dan visual reproduksi yang direpro ulang dibentur-benturkan, dikombinasikan dengan memperhatikan teknik dan konsep. Semua itu untuk memenuhi kebutuhan seni dan kebutuhan eksistensi seniman yang tidak gampang untuk memaknainya.
Meskipun ada seniman yang tidak butuh popularitas, tidak butuh panggung seni yang lebih tinggi, glamour dan eksklusif. Tentu tidak semua seperti itu, seniman memiliki pilihan yang kadang seperti Preeet.
Preeet itu seperti semangat yang menggebu dari dalam dan semangat keluar dari berbagai pancaroba, belenggu yang mengikatnya. Preeet adalah hal yang konvensional, dan biasa dalam seni. Namun yang biasa dari kebiasaan itu dipandang berbeda dari biasanya akan kembali menjadi Preeet.
Kebutuhan dialog atau monolognya seniman itu berkarya, memenuhi kebutuhan emosional, relaksasi sosial, spiritual, dan punya tempat memanjakan keegoisannya, kenakalannya, mungkin juga kekerasanya, sebagai bentuk ketidakpeduliannya atau bentuk empati simpati dan kebijaksanaannya menjadi bentuk yang dapat diapresiasi di luar dirinya.
Seniman bagian dari mesin Preeet yang memenuhi kebutuhan hidupnya, kebutuhan ekonominya, kebutuhan biologisnya dan kebutuhan lainnya. Semua itu akan dapat terakumulasi ke dalam media ekspresinya. Estetika dan simiotikanya merupakan perjalanan hidup, pandangan ideologis dan spiritualnya.

Jiwa Preeet
Mengapa Preeet menjadi kata atau nama atau istilah yang mampu mewakili kesetaraan inspirasi seniman dalam memerdekakan ekspresinya?
Banyak seniman yang merasa sudah merdeka dalam berekspresi namun sesungguhnya dia masih terus memikul beban, psikologis dan mentalnya. Secara psikologis dia merasa karyanya seperti meniru karya orang lain, seperti pesanan, secara mental dia tidak berani melawan trend, tidak berani memunculkan kemampuan dirinya apa adanya. Persoalannya karena Preeet belum meraksuki jiwanya, karena jiwanya tidak mengenal preeet.
Preeet mengungkapkan seperti ini, “kita tidak pikirkan apa yang orang pikir, kita pikir apa yang kita masalahkan”. Maka inilah Preeet yang egois menjadi dirinya sendiri muncul bersamaan dengan senimannya. Perlu diketahui bahwa kebenaran Preeet itu akan semakin nyata ketika semakin banyak yang membencinya dan Preeet menjadi hidup dalam bayangan mereka.

Pada umumnya orang kita mengenal kata Preeet itu dari bunyi dan dari mana berasal bunyi tersebut itu bukan pada maknanya. sebetulnya kata Preeet itu tidak seperti kita kira selama ini, seperti guyon, meledek, mencemooh,
Preeet itu dimiliki oleh bahasa dari beberapa negara, belanda, india, rumania, dan masih ada lagi, artinya berbeda dengan Preeet di negeri kita. untuk artinya silahkan cek sendiri di mbah google.
Kita seringkali berprasangka buruk dulu tanpa mencoba memahaminya, dan berusaha semakin memperburuk, biar eksis dan kritis.
Preeet dalam bahasa Belanda: Pujian. Pret dalam bahasa Rumania: Kesenangan. Preeet dalam bahasa gaul anak muda Indonesia sebagai ungkapan rasa kurang percaya, terasa konyol, lucu dan seperti merendahkan atau melecehkan.*)

Jajang Kawentar penulis di Forum Kritik Seni dan Artworker
0
5.2K
21
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan