Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ahli.itAvatar border
TS
ahli.it
Dianggap Penghamburan Uang, Tugu Nama di Gunung Bromo Diprotes


Komunitas Sahabat Bromo dan Masyarakat Fotografi Indonesia memprotes keras Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS) atas pembangunan tugu besar di area Laut Pasir dan Padang Savana Gunung Bromo, Jawa Timur. Pembangunan tugu besar di area Gunung Bromo tersebut dinilai mubazir.

Protes tersebut tertuang dalam surat terbuka yang beredar di aplikasi pesan instan Whatsapp, Jumat (13/10/2017). Protes tentang pembangunan tugu itu ditujukan kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya serta Menteri Pariwisata, Arief Yahya.

"Mengingat bahwa Bromo adalah salah satu dari sepuluh destinasi prioritas tujuan pariwisata yang telah ditetapkan Pemerintah, sudah sepatutnya pihak pengelola Bromo saat ini yaitu Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, mampu mengelolanya dengan standar pengelolaan taman nasional yang benar, berstandar internasional," kata Ketua Dewan Pembina

Masyarakat Fotografi Indonesia, Sigit Pramono dalam surat terbuka.

Menurutnya, BBTNBTS malah membangun tugu nama di tengah obyek wisata dengan alasan meningkatkan pelayanan wisatawan yang telah membayar tiket masuk dengan kenaikan tarif yang berlipat. Sigit berpendapat tugu nama di tengah area Bromo tidak banyak bermanfaat.

"Dan secara estetika kehadiran tugu-tugu itu sungguh aneh dan jelek di tengah alam Bromo yang begitu indah dan megah. Bagi kalangan masyarakat fotografer, kehadiran tugu itu sungguh patut disayangkan. Hanya merusak estetika alam Bromo," jelas Sigit.



Menurut Sigit, pihak BBTNBTS hanya menghambur-hamburkan uang saat melakukan pembangunan tugu nama itu. Padahal, lanjutnya, uang sebesar itu bisa digunakan untuk hal lain yang lebih bermanfaat seperti menambah jumlah toilet di kawasan Bromo.

"Untuk diketahui di kawasan laut pasir Bromo hanya ada satu toilet yang dibangun oleh BNI, dan dewasa ini untuk toilet wanita sangat kurang sehingga pengunjung wanita harus antri sangat panjang jika ingin menggunakan. Pembangungan tugu nama (signage) di tempat wisata buatan manusia (man made) seperti Ancol, Taman Safari dan lain-lain, barangkali masih dapat dipahami, dan kami tidak keberatan bila pengelolanya membangun tugu nama di lokasi semacam itu. Adapun Bromo adalah tempat wisata yang merupakan anugerah Tuhan yang indah sehingga sama sekali tidak perlu dibangun tugu nama di sana," ujarnya.

Sigit mewakili Masyarakat Fotografi Indonesia memohon agar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Kementerian Pariwisata segera memerintahkan Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, membongkar tugu nama yang telah mereka bangun di kawasan Bromo tersebut.



"Apabila 'nafsu' membangun tugu nama di kawasan taman nasional atau tempat wisata benar-benar tidak terbendung, kami sarankan agar dibangun di pintu gerbang masuk kawasan saja. Jangan di tengah-tengah obyek wisata yang justru keindahannya yang kita 'jual'," tambahnya.

Sigit lebih menyarankan agar dana untuk membangun tugu itu dimanfaatkan untuk membangun toilet di tempat wisata di berbagai daerah di Indonesia.

"Kita semua tahu, toilet masih sangat kurang bahkan belum ada di tempat tujuan wisata, bahkan di 10 tujuan wisata unggulan seperti Bromo," tambahnya.

Saat dihubungi KompasTravel, Sigit membenarkan surat terbuka yang dilayangkan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Pariwisata. Sigit menyebut saat ini pihaknya memang tengah mengajukan keberatan atas pembangunan tersebut.

"Sudah beberapa tahun terakhir hingga hari ini persoalan toilet masih juga jadi masalah. Kalau dalam keadaan tamu agak ramai toilet satu-satunya di laut pasir yang dulu dibangun BNI, padat sekali. Bahkan pengguna toilet wanita harus antri panjang," kata Sigit dalam pesan singkat kepada KompasTravel, Jumat (13/10/2017).



"Karena keinginan anggota masyarakat adalah agar tugu-tugu tersebut dibongkar, ya sebaiknya dibongkar. Sesederhana itu. Selesai. Tak perlu ada pertemuan-pertemuan lagi," tambahnya.

Hingga saat ini Menteri Pariwisata Arief Yahya belum bisa memberikan komentar terkait surat terbuka yang dilayangkan kepadanya. Ia mengakui surat terbuka tersebut telah menjadi viral.

"Entar ya," jawab Arief singkat ketika KompasTravel hubungi untuk tanggapan atas surat terbuka tersebut, Jumat (13/10/2017).

Sementara, pihak Taman Nasional Bromo Tengger Semeru belum merespon pertanyaan KompasTravel via pesan singkat tentang surat protes tentang pembangunan tugu nama di area Gunung Bromo.


sumber: kompas.com
0
9.1K
81
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan