Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

georgebush.jrAvatar border
TS
georgebush.jr
Percikan Kebaikan Hati Soeharto di Ujung Kekuasaan 32 Tahun
JAKARTA - Tanpa terasa, bangsa Indonesia sudah 9 tahun ditinggalkan tokoh yang pernah memimpinnya selama 32 tahun, Suharto, (1966-1998). Tepatnya pada tanggal 27 Januari 2008, mantan Presiden Suharto wafat dalam usia 86 tahun dan dimakamkan di Bukit Mengadeg, Karanganyar, Solo, Jawa Tengah.

Baik selama berkuasa maupun setelah berkuasa atau hingga setelah meninggalnya, orang selalu bertanya-tanya, kenapa Soeharto bisa berkuasa hingga 32 tahun, apa rahasia kekuatan dan kehebatannya.

Kenapa tidak hebat, (tentu banyak keburukannya juga) kalau dia dapat menguasasi negara yang sangat besar ini dalam waktu 32 tahun. Bahkan Sultan Agung, yang kerap dikatakan raja terbesar di tanah Jawa, boleh dikatakan belum tentu dapat menguasai Nusantara hingga 32 tahun.

Karena Sultan Agung dulu hanya menguasai Tanah Jawa, tidak seperti Soeharto yang menguasai Indonesia yang sangat luas ini.

Artinya, pertanyaan itu seperti sudah tak terhitung banyaknya ditanyakan di negeri ini, oleh kalangan dari mana saja. Kenapa tidak. Mantan penguasa Orde Baru selama 32 tahun itu dikenal sebagai penguasa Nusantara yang paling luas dan besar wilayah kekuasaannya, jika dibandingkan dengan penguasa lainnya seperti Ken Arok, Raden Wijaya, Hayam Wuruk, Gajah Mada, Sultan Fatah (Raden Patah), Sultan Hadiwijaya (Joko Tingkir), Sultan Agung Hanyokrokusumo bahkan Presiden Sukarno.

Sebab di era Sukarno, East Timor masih dibawah Portugis, sementara di era Suharto masuk wilayah NKRI. Begitu besar dan luas kekuasaannya, menjadikan Presiden Suharto bagaikan Kaisar Nusantara dengan kekuatan dan kekuasaannya yang tidak tertandingi.

Memang lawan apalagi kawan pasti mengakui, tokoh kelahiran Desa Kemusu, Kecamatan Argomulyo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta pada 8 Juni 1921 itu adalah tokoh besar terlepas dari jasa dan dosanya bagi bangsa dan negara.

Betapa tidak, Soeharto yang dimasa kecilnya penuh dengan penderitaan sehingga sampai usia 10 tahun telah 6 kali gonta ganti orang tua asuh itu, ternyata setelah dewasa menjadi pemimpin nasional bahkan internasional.

Seandainya orang tahu akan masa depan Soeharto yang akhirnya jadi Presiden RI, pasti semua berebut ingin menjadi orang tua asuh bayi merah yang ketika berusia 15 hari, kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai tersebut. Namun nasib seseorang adalah misteri kehidupan, hanya Allah Swt yang mengetahuinya.

Soeharto menjabat Presiden dalam usia cukup muda 46 tahun dengan pangkat Jenderal bintang tiga dan berkuasa tiada tanding tiada banding selama 32 tahun. Semua lawan politiknya dibuat tidak berkutik dengan kekuasaan otoriternya dan kelihaiannya dalam berpolitik, sampai dirinya terpaksa lengser keprabon pada 21 Mei 1998.

Lalu, apa kebaikan hati yang dimiliki Soeharto di akhir kekuasaannya seperti yang tertulis dalam judul di atas? Inilah kebaikan hati alias masih ada hati nuraninya ketika itu. Anda yang mungkin tidak suka dengan keburuhkan Soeharto dalam mejalankan kekuasaannya, seperti pelanggaran HAM, mungkin diduga terlibat dalam aksi G30S, dan lain-lain, dalam hal ini mungkin kita tidak sepakat.

Seandainya waktu itu Presiden Soeharto tidak mengundurkan diri dan nekat bertahan meski mendapat desakan kuat dari para mahasiswa yang menduduki Gedung DPR-MPR, barangkali reformasi akan mundur 10 tahun ke belakang hingga Presiden Suharto wafat, sebagaimana para penguasa otoriter yang berkuasa hingga akhir hayatnya.

Seharusnya kalau mau dan tega demi kelanggengan kekuasaannya, Presiden Suharto dengan mudah bisa memerintahkan menantunya yang juga Pangkostrad, Letjen TNI Prabowo Subianto untuk mengerahkan cukup satu batalyon Kostrad dibantu Kopassus untuk “membersihkan” Gedung DPR-MPR dari pendudukan mahasiswa, meski harus dibayar mahal dengan korban jiwa.

Namun Soeharto bukanlah Deng Xiao Ping, Ferdinand Marcos, Hafez al Assad, Bashar al Assad, Housni Mubarak, Muammar Khadafi dan para diktator lainnya, yang dengan kejam dan tega menumpahkan darah mahasiswa dan rakyatnya demi mempertahankan kekuasaannya.

Meski berkuasa secara otoriter, Presiden Soeharto bukanlah ‘si raja tega’, tetapi dia adalah pemimpin yang masih memiliki hati nurani meski harus mengorbankan kekuasaannya sekaligus masa depan keluarganya.

http://www.netralnews.com/news/singk...harto.di.ujung

Bapak Alm Gusdur pernah berkata:

"Dosa Soeharto itu besar, namun jasa jasa Soeharto bagi bangsa ini jauh lebih besar".


Bagi saya pribadi, Berbeda pandangan apapun itu dan tentang apapun itu adalah hal yang biasa.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa memaafkan, bangsa yang besar adalah bangsa yang mau melepaskan ego kelompok.

Ayo, Indonesia Bisa!

Selamat malam, damai untuk kita semua emoticon-Smilie
Diubah oleh georgebush.jr 11-10-2017 16:26
0
5.8K
67
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan