KRIMINALITAS.COM, Jakarta – Ketua Setara Institute, Hendardi menyebut Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Gatot Nurmantyo menyalahi aturan karena mengancam akan menyerbu Badan Intelijen Negara (BIN) dan Polri jika keduanya mempunyai senjata yang bisa menghancurkan tank dan pesawat.

“Pernyataan Panglima TNI Gatot Nurmantyo tentang isu pembelian 5000 pucuk senjata oleh institusi non militer, rencana penyerbuan ke BIN dan Polri merupakan bentuk pelanggaran serius Pasal 3 dan Pasal 17 UU 34/2004 tentang TNI,” tutur Hendardi melalui keterangan resmi yang diterima Kriminalitas.com, Senin (25/9/2017).

Hendardi menambahkan, selain melanggar aturan, Gatot juga telah memberikan teladan yang buruk bagi prajuritnya karena memerintahkan penyerbuan. Padahal, selama ini TNI telah membangun relasi yang kuat dan sehat serta bersinergi dengan Polri.

“Panglima TNI menunjukkan teladan buruk bagi prajurit. Alih-alih menjadi teladan, Panglima TNI justru membawa prajurit dalam konflik kepentingan serius yang hanya menguntungkan diri Panglima TNI,” imbuhnya.

Hendardi menegaskan jika manuver Gatot sepanjang bulan September 2017 terus mencari perhatian dari masyarakat dengan pernyataan yang menyakitkan dan destruktif.

“Ini di luar kepatutan seorang Panglima TNI,” tegasnya.

Hendardi pun memaparkan beberapa kelakuan buruk Gatot. Di antaranya, adanya isu PKI, rencana pemutaran film G30S PKI, perang pernyataan dengan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu.

“Pengukuhan diri sebagai Panglima yang bisa menggerakkan dan memerintahkan apapun pada prajuritnya adalah akrobat politik Panglima TNI yang sedang mencari momentum politik untuk mempertahankan eksistensinya jelang masa pensiun,” tutupnya.

Kriminalitas.com

jendelal gatot is stloong