Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

matthorAvatar border
TS
matthor
Indonesia Dipimpin Pemerintah yang Buruk? Memang..
"Every nation gets the government it deserves" ~Joseph De Maistre~

Saya agak bingung menerjemahkan kalimat tersebut. Terjemahannya kira-kira sebagai berikut: "setiap negara mendapatkan pemimpin/pemerintah yang pantas untuknya". Jadi jika suatu negara mendapatkan pemerintah yang buruk, berarti memang sudah sepantasnya negara tersebut mendapatkan pemerintah yang buruk. Jika suatu negara mendapatkan pemerintah yang sangat baik, berarti memang sudah sepantasnya negara tersebut mendapatkan pemerintah yang sangat baik.

Jadi jika Indonesia mendapatkan pemerintahan yang sangat korup, sangat buruk seperti sekarang, memang sudah sepantasnya Indonesia mendapatkan pemerintahan yang demikian! Kenapa? Sebab pemerintah berasal dari rakyat! Itulah yang namanya demokrasi. Pemerintah berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Jika rakyatnya jahat, pemerintahnya juga jahat. Sebaliknya, jika rakyatnya baik, pemerintahnya juga baik.

Saat ini para pengamat ataupun masyarakat begitu rajin mengkritik dan mencemooh pemerintah Indonesia yang begitu bobrok, penuh dengan korupsi, dan sebagainya. Seakan-akan Indonesia terbagi menjadi dua pihak: pihak pemerintah dan pihak rakyat. Pihak pemerintah adalah pihak yang antagonis, sedangkan pihak rakyat adalah pihak yang protagonis. Pertanyaan saya adalah, siapa yang memilih orang-orang tersebut untuk duduk di pemerintahan? Rakyat sendiri, bukan? Orang-orang yang duduk di pemerintahan tersebut, siapakah mereka dulunya, sebelum menjadi pemerintah? Rakyat biasa. Jadi kalau pemerintahnya jahat, itu karena rakyatnya juga jahat. Tidak ada keterpisahan antara pemerintah dengan rakyat, itulah demokrasi.

Sekarang saya akan menjelaskan secara rinci kenapa saya setuju bahwa rakyat Indonesia ini juga bisa dikatakan jahat atau buruk:

1. Kenapa Indonesia dipimpin oleh pemerintahan yang mata duitan, penuh korupsi? Karena pada dasarnya rakyatnya pun juga mata duitan. Contoh paling mudah adalah dalam pemilu. Saya berulang kali mendengar keluh kesah dari orang-orang yang terlibat pemilu--baik sebagai tim sukses suatu calon ataupun keluarga suatu calon--yang mengeluhkan terjadinya bagi-bagi uang/menyuap rakyat untuk memilih suatu calon. Dan akhirnya calon yang melakukan bagi-bagi uang itupun berhasil memenangi pemilu. Di sini bisa kita lihat bahwa bukan cuma pemerintah yang mata duitan; rakyatnya pun juga mata duitan! Mereka begitu mudah disuap dengan uang beberapa ratus ribu atau beberapa juta (yang sebenarnya akan segera habis hanya dalam 1-2 bulan). Mereka begitu mudah tergiur oleh uang sehingga tidak peduli pada akibatnya: terpilih pemimpin daerah/pemimpin bangsa yang korup, yang menggunakan cara-cara kotor untuk memenangi pemilu. Bukti lainnya adalah survei yang pernah saya baca (saya malas mencari lagi sumbernya) bahwa pemerintahan/politik bukanlah satu-satunya bidang yang terjangkiti penyakit korupsi; korupsi juga sudah menjangkiti bidang kepolisian, bidang LSM, bidang bisnis, dan sebagainya. Contoh lainnya adalah kasus-kasus "pendemo bayaran", atau juga sering disebut "pasukan nasi bungkus". Disuruh untuk mendemo orang/pihak yang tidak berbuat salah dengan iming-iming nasi bungkus atau sejumlah uang. Hal ini saya yakin terjadi pada saat kelompok bernama "rajjam ahok" mendemo Ahok padahal Ahok sama sekali tidak berbuat salah; bagi saya jelas sekali bahwa mereka adalah kelompok yang dibayar oleh Abraham Lunggana alias lulung untuk mendemo Ahok. Contoh lain adalah saat terjadinya demo menolak Lurah Lenteng Agung karena beragama non islam. Pertanyaannya, kenapa rakyat bisa begitu mudah digerakkan untuk berbuat tidak adil, berbuat jahat terhadap orang yang tidak bersalah, hanya dengan iming-iming uang? Karena memang rakyat Indonesia ini mata duitan.

2. Kenapa Indonesia dipimpin oleh orang-orang yang kualitas SDMnya rendah dan suka diskriminasi/rasis di pemerintahan? Karena para pemilih dalam pemilu pun juga kualitasnya rendah. Pilkada DKI Jakarta 2012 yang lalu adalah contoh bukti paling nyata. Banyak pemilih dari kaum ibu-ibu memilih foke hanya karena tampangnya yang dianggap lebih ganteng daripada Jokowi. Lalu juga banyak pemilih yang memilih foke-nara hanya karena Ahok dianggap orang minoritas; beragama non islam dan bukan dari kaum pribumi. Para pemilih banyak yang lebih suka melihat tampang, suku, atau agama, daripada kualitasnya. Walaupun Foke jelas-jelas tidak mempunyai prestasi nyata apapun selama 5 tahun memimpin Jakarta, dan walaupun Jokowi-Ahok jelas-jelas memiliki kualitas yang lebih baik, serta memiliki hati yang sungguh-sungguh bekerja untuk rakyat, tetap saja sebagian rakyat lebih memilih Foke, karena tidak ingin DKI dipimpin orang non islam-non pribumi. Hal ini diperparah dengan adanya sikap para orang berpengaruh yang juga terang-terangan menyatakan sikap kolot seperti itu. Marzuki Alie pernah berkata di detik.com "pilihlah pemimpin yang seiman!". Rhoma Irama bahkan lebih parah lagi, terang-terangan berkata "Cina-Kristen pimpin ibukota, aib besar bagi bangsa". Agaknya orang-orang ini lebih suka Indonesia hancur oleh korupsi, diskriminasi, dan ketidakadilan daripada dipimpin oleh orang dari kaum minoritas. Dalam sebuah seminar, Ahok pernah bercerita bahwa dulu di Belitung Timur, beliau mengalami berbagai tekanan saat masuk politik. Beredar fitnah bahwa dirinya adalah "Missionary in disguise", misionaris yang menyamar menjadi politikus, diam-diam dibiayai oleh Vatikan untuk mengkristenisasi Indonesia. Ada yang mengancam akan menyantet dia. Dan sebagainya. Semuanya itu bukan karena Ahok pernah berbuat jahat atau semacamnya, namun semata-mata karena Ahok beragama Kristen dan berasal dari ras Tionghoa. Sudah jelas terbukti bahwa rakyat Indonesia ini mayoritas masih rasis dan diskriminatif (meskipun tidak semua), jadi tentunya tidak aneh kalau Indonesia mendapatkan pemerintah yang rasis dan diskriminatif pula.

3. Kenapa Indonesia mendapat pemerintah yang lebih mementingkan kepentingan pribadi/golongan/partainya sendiri daripada kepentingan bangsa? Karena rakyat Indonesia juga pada dasarnya lebih suka mengutamakan kepentingan dirinya sendiri. Contoh paling jelas adalah pada saat Jokowi-Ahok berusaha membereskan PKL tanah abang supaya daerah tanah abang terbebas dari kemacetan. Para PKL tersebut mati-matian menolak untuk pindah. Hal serupa terjadi saat Jokowi-Ahok ingin melakukan normalisasi waduk pluit. Para warga ilegal di sekitar waduk ngotot tidak mau pindah. Jokowi-Ahok sampai harus menghadapi masalah sana-sini gara-gara para warga keras kepala tersebut. Kenapa mereka tidak mau pindah? Karena mereka lebih mementingkan kepentingan diri sendiri/kepentingan kelompok daripada kepentingan Jakarta. Bagi mereka, tidak apa-apa pembangunan Jakarta jadi terhambat. Tidak apa-apa Jakarta tetap macet. Tidak apa-apa Jakarta sering banjir. Yang penting adalah mereka bisa hidup enak, punya tempat tinggal, punya penghasilan, dsb.

Bagaimana cara mengatasi ini semua? Pendidikan kebangsaan yang baik perlu ditanamkan dan ditingkatkan. Baik para keluarga maupun sekolah/guru, dinas pendidikan, perlu memberikan pendidikan yang baik tentang pentingnya rasa nasionalisme dan cinta tanah air, mencintai kesatuan bangsa, mencintai Bhinneka Tunggal Ika, dan memahami bahwa uang bukanlah segala-galanya. Kita perlu belajar dari kata-kata Deng Xiaoping: "It doesn't matter whether the cat is black or white, as long as it catches mice." (Tidak penting kucingnya berwarna hitam atau putih, yang penting adalah dia bisa menangkap tikus). Mental cinta uang harus diberantas supaya jangan terjadi semboyan "keuangan yang maha esa".

Sumur
0
2.7K
20
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan