Kamis, 30 Maret 2017 | 22:54



Jakarta - Ketua KPU DKI Jakarta, Sumarno, membantah bila dirinya memiliki keberpihakan terhadap pasangan calon kepala daerah Jakarta nomor urut 3, Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Hal itu diungkapkannya dalam sidang Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) di Gedung Parlemen, Jakarta, Kamis (30/3).

Dia mengklarifikasi aduan bahwa dirinya bertemu Anies Baswedan saat penghitungan suara ulang di TPS 029 Jakarta Selatan. Dia mengaku memang bertemu Anies saat itu.

"Terjadi petemuan dengan kebetulan di TPS. Tapi hal ini sama sekali tidak terkait netralitas dan keberpihakan ke paslon 3," kata Soemarno.

Dijelaskannya, bahwa pemungutan suara ulang itu diputuskan berdasarkan rekomendasi dari Bawaslu Jakarta. Dan juga sudah diputuskan dalam rapat pleno KPUD Jakarta.

Untuk memastikan pemungutan suara itu berjalan benar, Sumarno mengaku hadir untuk melaksanakan monitoring. Ketika hadir, dia disambut awak media massa, dan selesai wawancara langsung menemui petugas pemungutan suara.

"Pada waktu itu, saya ketemu KPUD Jakarta Selatan, Panwaslu, dan Bawaslu yang juga hadir. Di tengah keriuhan warga, Pak Anies hadir ke TPS itu. Saya merasa bahwa tidak elok untuk menghindar," kata Soemarno.

"Saat mendekat ke TPs, dalam relasi kemanusiaan, saya bersalamaan. Kemudian saya ditanya Pak Anies, sudah tidur belum. Saya katakan belum sempat karena ada PSU."

Dia tegaskan juga, pembicaraan dengan Anies dilakukan di ruang terbuka. Dan tak lama kemudian, Anies juga beranjak pergi.

"Seandainya saat itu ada calon lain, saya pasti melakukan hal yang sama. Tidak mungkin saya menghindar. Kebetulan saat itu yang datang Pak Anies."

Sumarno juga menegaskan dirinya tak punya salah terkait aduan soal data pemilih di TPS 037 Tegal Alur.

Tentang dugaan dirinya memiliki kedekatan khusus dengan Anies Baswedan, Sumarno menekankan hal itu tak benar. Dia mengaku tahu bahwa Anies sebagai tokoh nasional. Tapi pengetahuan itu bukan berarti dirinya mengenal Anies secara pribadi.

"Perkenalan saya dengan Pak Anies setelah dia mendaftar sebagai cagub, itupun perkenalan resmi. Di luar acara resmi saya tidak pernah berkomunikasi secara langsung dengan cagub-cawagub lainnya," jelasnya.

Dia juga jawab tuduhan bahwa kedekatan itu karena aktif di HMI. Kata Soemarno, dirinya hanya 'tingkatan rendah' di HMI. Dan setahu dia, Anies aktif di HMI UGM, sementara dirinya di HMI Universitas Jember.

"Jember dan UGM (Yogyakarta) jauh. Saya tidak punya aktivitas dengan organisasi yang memungkinkan saya bertemu dengan Pak Anies. Saya pernah salaman dengan beliau ketika acara di Habibie Center. Saat itu ada acara saya sebagai moderator dan Pak Anies sebagai pembicara," bebernya.

Foto Aksi 212

Terkait pemasangan foto aksi 212 di profil Whatsapp-nya, Sumarno mengakuinya. Pemasangan itu terjadi pada 3 Desember 2016 dan dianggapnya semata-mata estetika.

"Tidak ada kaitan dengan afiliasi politik dalam pilkada Jakarta. Foto itu sangat indah di mana Monas sebagai ikon ibukota difoto dari atas, kemudian di bawahnya ada lautan manusia berwarna putih," ujarnya.

"‎Foto ini juga dipakai sebagai profil WA grup KPUD."

Dalam pandangan dirinya, aksi 212 tidak ada kaitannya dengan pilgub Jakarta. Berdasarkan apa yang sudah diungkap presiden, bahwa aksi 212 adalah aksi doa bersama untuk keselamatan bangsa. Hal itu dibuktikan dengan hadirnya Presiden Jokowi di acara itu.

"Menurut saya aksi itu bukan aksi penolakan terhadap gubernur tertentu dalam pilgub Jakarta. Tidak mungkin jika kepala negara hadir atas acara yang mendukung atau tidak mendukung calon tertentu dalam pilgub Jakarta," jelasnya.

Karena itu, Sumarno menegaskan pelaporan terhadap dirinya tak bisa diterima.

Makan Malam dengan Anies, Sementara Ahok Dibiarkan

Pada kesempatan itu, Sumarno juga menjawab pengaduan dari Perkumpulan Cinhok, yang secara substansi tak jauh beda dengan jawaban di atas. Tambahannya hanya terkait dugaan penelantaran Ahok-Djarot saat penetapan pasangan calon pilgub Jakarta putaran kedua. Kata dia, pihaknya mengundang pasangan Ahok-Djarot dan Anies-Sandiaga di waktu yang sama persis. Yakni pukul 19.30 WIB, diawali makan malam.

Audiens memang diundang pukul 18.30 WIB dan sengaja dilakukan. Maksudnya, agar audiens hadir lebih dahulu, dan siap ketika pasangan calon tiba di lokasi.

Undangan itu disampaikan ke Liaison Officer (LO) masing-masing pasangan calon. KPUD Jakarta juga menyediakan ruangan khusus di VIP Room untuk pasangan calon.

Sumarno mengaku, bersama komisioner KPUD lainnya, sudah hadir sebelum acara dimulai, pukul 18.30 WIB. Saat itu, pukul19.30 WIB, acara belum dimulai.

"Saya menanyakan apakah para calon sudah hadir? Terus dikatakan panitia, yang di sebelah ada Pak Anies dan Pak Sandi. Tadi ada Pak Djarot sudah hadir tapi tidak tahu ke mana," jelasnya.

"Itu terjadi pukul 19.50-an. Kita jelaskan itu acara mulai 19.30 WIB. Beliau justru mengatakan kalau sejam sudah hadir."

Rupanya, lanjut dia, belakangan setelah peristiwa terjadi, tim nomor 2 menyewa ruangan khusus di lantai 2.

"Jadi saya panitia, tidak mengetahui adanya menyewa ruangan di lantai 2. Setelah itu beliau pergi pukul 20.05 WIB."

Baginya, yang ada hanyalah kesalahan komunikasi dengan tim LO pasangan Ahok-Djarot. Dan dia klaim pihaknya sudah berusaha menghubungi ke LO paslon, namun tidak diangkat.

"Ini murni kesalahan komunikasi. Penjelasan kronologis sudah kami sampaikan termasuk penjelasan via WA," jawabnya.

http://www.beritasatu.com/aktualitas...-foto-212.html

1. Ketua KPU DKI yang mengidolakan cepirit 212.
   
2. Salah ruangan, dan tidak ada yg tahu? Padahal waktu Ahok datang, bbrp stasiun TV Live
   
3. Silakan disimpulkan sendiri.