Beberapa waktu silam, seorang bayi lahir dengan ukuran lidah dua kali dari ukuran lidah bayi pada normalnya. Paisley, bayi ini didiagnosis mengidap sindrom Beckwith Wiedemann.

Bila tidak segera ditangani, bayi asal Aberdeen, Dakota Selatan itu bisa mengalami sesak napas dan membuatnya tersedak. Risiko fatal, bisa berdampak pada kanker dan tumor hati, serta ginjal. Ia menjalani dua kali operasi dan tim medis berhasil memotong lidah Paisley pada ukuran normal, sekira 15 cm.

Seorang pria asal India menjalani operasi pemotongan ekor di Super Specialty Hospital (SSH). Betul, pria berusia 18 tahun itu memiliki ekor sepanjang 18 cm. Karena stigma sosial, pria ini kondisi abnormal.

Sayangnya, pria dan keluarganya menyembunyikan soal kondisi ini. Menurut para ahli medis, kondisi ini bisa diperbaiki saat beberapa bulan setelah kelahiran.

Sang anak mulai mengeluhkan rasa sakit pada bagian ekornya karena semakin panjang, karena menekan punggung pria itu. Pertumbuhan ekor manusia, umumnya terkait masalah fungsi kandung kemih. Bila dibiarkan, pertumbuhan ekor ini bisa menyebabkan sakit pada hilangnya fungsi pada paha dan tungkai bawah.

Anak yang terlahir dengan sindrom progeria memiliki tampilan kulit seperti orangtua. Biasanya gejala sindrom progreria akan muncul pada usia 18 - 24 bulan. Orang yang hidup dengan sindrom progeria ini memiliki rentang hidup 40 - 50 tahun.

Sayangnya, para penderita progeria memiliki masalah seperti pertumbuhan, penuaan dini, hilangnya lemak tubuh, rambut rontok, dislokasi panggung, hingga masalah kardiovaskular.

Magali Fernandez, seorang anak perempuan asal Kolombia, mengidap sindrom progeria ini. Keluarga dan orang terdekat tetap memberinya dukungan positif, sehingga Magali tetap bahagia selama ia bisa bertahan hidup.

Remaja 18 tahun di Bali mengalami kondisi yang memprihatinkan. Sekujur tubuhnya seperti orang terkena luka bakar. Kulitnya melepuh dan penyakitnya tak kunjung sembuh.

Dimulai dari usia 3 tahun, mulai timbul bintik-bintik merah dan luka pada kulit anak itu. Putra dari Kadek Parwati selama ini mendapatkan bantuan dari yayasan saja untuk mengobati penyakitnya itu. Hingga kini, Kadek berharap agar pemerintah turut membantu pengobatan anak untuk meringankan beban keluarga.

Di China, seorang pria berusia 53 tahun memiliki wajah seperti alien. Bernama Xia Yuanhai, ia mengalami kondisi hiperplasia wajah atau pembesaran wajah berelebihan. Kondisi ini membuat proporsi wajahnya dan menghancurkan gigi, serta membuatnya tuli.

Diketahui, kondisi ini mulai berkembang ketika ia beranjak dewasa. Kondisi kian memburuk dan membuat pengobatan menjadi mahal. Kala Yuanhai masih muda, keluarganya tidak segera mencari pertolongan medis.

Kondisi langka yang diidap oleh Linen Hakanson, membuatnya tidak bisa tersenyum. Ia mengalami sindrom Moebius. Gangguan saraf ini menyebabkan kelumpuhan wajah.

Ketika ia tertawa, mulutnya bukan bergerak naik, melainkan turun ke bawah. Kondisi ini membuat Linen tidak mampu mengerutkan dahi dan berdampak pada mata kanannya.

Karena sindrom ini, Linen agak sulit untuk berkomunikasi, sehingga mereka tidak bisa membaca ekspresi wajahnya. Terutama saat tertawa, maupun tersenyum.

Devan Merck, wanita berusia 23 tahun itu sebelumnya tidak memiliki vagina. Ia mendapati dirinya tidak memiliki organ intim itu di usia 12 tahun. Kondisi ini dikenal dengan sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser.

Sempat dibully pada masa sekolahnya, akhirnya ia bertemu sang suami Trent dan menerima kondisi Devan apa adanya. Setelah menikah, Devan menjalani operasi pembuatan vagina dan juga leher rahim. Bahkan, ia berharap untuk memiliki anak biologis bersama Trent.

Aniyah Todd, seorang bayi mengidap encephalocel. Kondisi langka ini membuatnya hanya memiliki 10 persen otak. Sementara saudari kembarnya lahir normal, Aniyah harus berjuang hidup dengan kondisinya itu.

Di luar dugaaan dokter, Aniyah bertahan cukup lama. Menurut orangtuanya, si kecil ini terlihat seperti bayi pada umumnya yang baik-baik saja. Kendati perkembangannya membaik, Aniyah tetap harus dipantau dan melakukan pengecekan rutin ke dokter saraf.

Seorang bayi di Guangzhou, Tiongkok, mendapati dirinya terlahir dengan kondisi anoftalmia. Kondisi ini merusak jaringan mata si bayi dan terjadi pada satu dari 100.000 kelahiran.

Meski sang ibu sering melakukan cek antenatal, ia bahkan tidak menduga sang bayi mengidap kondisi ini. Hingga kini tak ada pengobatan untuk memperbaiki kondisi bayi itu. Beberapa anak dengan kondisi serupa, diberikan mata buatan. Namun, tak mengubah kondisi medis mereka yang tak bisa melihat.