Aktivitas utama dalam jurnalistik adalah meliput, mengolah, dan menyajikan sebuah informasi dalam bentuk berita kepada khalayak. Selain itu, dapat juga dikatakan sebagai pelaporan kejadian dengan menyatakan siapa, apa, kapan, di mana, mengapa dan bagaimana, dikenal dengan 5W+1H) dan juga menjelaskan kepentingan dan akibat dari kejadian atau yang sedang hangat atau trend.
Jurnalis terkadang berinteraksi dan ingin mengungkap pada suatu peristiwa yang melibatkan kerahasiaan dalam kisruh politik publik pada negara dan instansi-instansi tertentu dan bahkan seorang jurnalis sudah berada di dalam zona kekerasan misalnya bentrok,sehingga banyak jurnalis yang lenyap saat mereka berlaga.Tentu ini salah satu pil-pil pahit yang harus di telan mereka para jurnalis.

Lantas inilah pil pahit yang harus mereka telan.

Mereka harus Mempertaruhkan Nyawa mereka untuk sebuah berita





Sorang jurnalis kerap kali berhadapan dengan konflik peperangan,kerusuhan dan sebagainya.Ini menjadi suatu ancaman bagi mereka.seorang jurnalis harus siap apabila dia kena jotos dari konflik ,hal yang tidak diinginkan kerap terjadi bahkan nyawa meregang pun tak terhindarkan.Apabila mereka kurang pandai mencari zona strategis dalam peliputan, hal-hal yang tak diinginkan bisa tejadi.

seorang jurnalis harus siap untuk dimaki



Mastursalah satu wartawan media cetak lokal di Banten menjadi korban aksi tidak terpuji dan dimaki oleh oknum polisi saat akan melakukan peliputan pemberangkatan haji di Pendopo Bupati Lebak. Selasa (30/8/2016).Mastur menceritakan, saat itu dirinya bersama rekan-rekan wartawan lainnya saat itu sudah meminta ijin dan menunjukan kartu identitas kepada petugas yang berajaga didepan pintu gerbang.Namun pada saat bersamaan, pihak keluarga jamaah yang berada dibelakang mendorongnya masuk kedalamkantor bupati. Meski sudah menunjukan kartu identitas, petugas tetap melarang untuk meliput.“Mereka mendorong dan bilang monyet, bajingan. Saat itu saya enggak terima ditarik-tarik dan didorong, saya sempat melawan dengan omongan. Bahkan baju saya ditarik saua di masukin ke kantor jaga Satpol PP kaya di introgasi,” kata Mastur, kepada awak media lainnya.

Yang jelas jurnalis Banyak musuh nya


Jurnalis senior Bekasi, Imran Nasution, mengatakan kasus kekerasan dan ancaman terhadap wartawan di Bekasi seperti yang dialami wartawan harian Radar Bekasi, Randy Yosetiawan, bukan yang bertama kali. “Sudah beberapa kali, Pada 2005, wartawan dipukul karena pemberitaan," kata kata Imran kepada Tempo,Jumat, 20 Februari 2015.

Randy dipukuli oleh tiga orang yang tidak dikenalnya di salah satu rumah makan di Jalan Serma Marzuki, Bekasi Selatan,Kamis, 19 Februari, pukul 17.00 WIB. Saat itu, dia bertemu dengan Ketua DPC Bekasi Utara, Iryansyah, dan Ketua DPD Kota Bekasi, Faturahman."Saya diundang, mereka ingin klarifikasi berita," kata Randy. Berita yang ditulisnya berjudul"DPC Bekasi Utara Sebut Pimpinan DPD Masa Bodo" edisi 18 Februari 2015. Hanya berselang beberapa menit bertemu petinggi PAN tersebut, tiba-tiba tiga orang takdikenal mengeroyoknya. Sebelum dikeroyok, Randy mengaku sempat melihat Faturahman memberi isyarat kepada ketiga orang pelaku pengeroyokan. "Saya dijebak, ini jelas ada keterkaitannya dengan pemberitaan," kata Randy.Padahal menurut Randy, sebelum berita dimuat, dia telahmelakukan verifikasi data dan konfirmasi ke sejumlah narasuber yang kompeten. Randy mengalami luka memar di wajah, lengan, serta punggung.

Rela babak belur demi liputan



Jika tak pandai-pandai ber zona aman dalam liputan seperti ini jangan harap badan para jurnalis mulus.Mereka disini ingin menggenggam berita namun derita mereka lebih serupa kelahi,kena jotos kiri-kanan bagi jurnalis itu sudah biasa,tapi mereka tidak ingin itu terbiasa.