- Beranda
- Komunitas
- News
- Beritagar.id
Kenapa harga gas di Indonesia mahal?
TS
BeritagarID
Kenapa harga gas di Indonesia mahal?
Pekerja mengecat pipa gas milik PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) di Jakarta, Jumat (12/8). Walau memiliki sumber gas, harga gas di Indonesia justru lebih mahal dari pada harga di negara tetangga.
Harga gas industri di Indonesia terhitung mahal jika dibanding dengan harga di negara tetangga. Keluhan ini sudah beberapa diutarakan pengusaha. Terakhir, Agustus lalu, para pengusaha tekstil mengadu pada Menteri Perindustrian, Airlangga Hartato, karena merasa tercekik oleh harga gas.
Rata-rata harga gas untuk industri di dalam negeri saat ini US$8-10 per MMbtu (Milion British Thermal unit). Di negeri tetangga harganya jauh lebih murah. Di Singapura sekitar US$4-5 per MMbtu. Padahal, gas dari Singpura disuplai oleh Indonesia. Di Malaysia harga gas US$4,47 per MMbtu, Filipina US$5,43 per MMbtu, dan Vietnam sekitar US$7,5 per MMbtu.
Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Syamsir Abduh mengatakan, mahalnya harga gas ini disebabkan banyaknya pemain yang terlibat dalam jalur distribusi.
Syamsir menyebut, gas dari produsen harus melewati lima pemain yang memperpanjang rantai distribusi. Akibatnya harga gas di Indonesia melambung sangat tinggi. Harga gas di hulu sekitar US$ 4-5 per MMbtu. Sampai ke hilir, di konsumen industri harganya berlipat dua, US$ 9-10 per MMbtu.
"Karena terlalu banyak pemain. Itu ada transporter, ada distributor, itu rantainya panjang sekali. Lapisan itu bisa 4 sampai 5," ujarnya Minggu (4/9) seperti dinukil dari financedetik.
Menurut Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Kementerian ESDM, Djoko Siswanto, ada gas yang jadi mahal karena harus diolah dulu menjadi gas alam cair. Misalnya Liquified Natural Gas atau LNG. Gas ini harus dikapalkan ke tempat yang jauh dari sumber gas.
Berbeda dengan gas pipa atau Compressed Natural Gas (CNG). Gas jenis ini bisa murah karena didistribusikan lewat pipa. Sedangkan LNG, menurut Djoko harus diproses dulu, lalu diangkut pakai kapal. "Kemudian dijadikan gas lagi," ujarnya.Ada juga gas yang mahal karena berasal dari lapangan gas di lepas pantai (offshore), di laut dalam, atau di darat (onshore ). "Kalau di offshore jadi lebih mahal. Lihat sumurnya juga, di situ membuat perbedaan," tutur Djoko.Selain itu, ada pula gas yang mahal karena memiliki tingkat kandungan CO2 dan H2S yang tinggi. Untuk memisahkan CO2 dan H2S, perlu investasi alat-alat berteknologi tinggi. "Kalau gas banyak mengandung CO2, mengandung H2S, itu harus investasi alat lagi supaya gas yang dialirkan ke industri sudah bersih. "Ini membuat mahal," ujarnya.
Gas di Natuna, menurut Djoko itu kandungan CO2 sampai 70 persen. "Kita harus investasi alat," ujarDjoko menerangkan.Menteri BUMN Rini Soemarno menengarai mahalnya gas dari BUMN karena belum terintegrasinya PT Pertamina dengan PT Perusahaan Gas Negara dalam skema holding. Karena tak terintegrasi, maka investasi dalam pemipaan gas berlipat, karena tumpang tindih.
Jika skema holding terbentuk, maka investasi untuk infrastruktur pengiriman gas menjadi terintegrasi. "Sehingga tidak ada double investment," ujar Rini seperti dikutip dari Katadata.co.id.
Menurut Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soetjipto, salah satu tumpang tindih ini terjadi Duri, Dumai, Riau. Menurutnya, jika dua BUMN ini bersatu, hal ini tak akan terjadi lagi. "Dampaknya sudah tentu harga gas bisa lebih baik," kata Dwi akhir Juni lalu.
Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...ndonesia-mahal
---
nona212 dan anasabila memberi reputasi
2
37.5K
346
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan