Dear penghuni sf forwed.
Beberapa waktu yang lalu aku bertengkar hebat dengan suamiku. Aku membakar semua barang2 suamiku yang ada hubungannya dengan pekerjaannya. Karena semenjak dia bekerja di perusahaan itu, aku slalu mendapat kekerasan verbal. Aku juga diselingkuhi. Beberapa kali juga dia mengangkat tangannya padaku. Kalo bukan karna aku mengancam untuk memenjarakannya mungkin aku pun sudah habis dihajarnya. Bahkan saat dia dapat masalah di kantor karena ketidakdisiplinannya akibat sering begadang bersana teman2 lajangnya, aku juga yang jadi sasaran kesalahan. Keluarganya juga ikut menyerangku. Semenjak dia bekerja di perusahaan itu, keluarganya gencar menjadi kompor paling berkualitas. Yah, aku akui aku salah. Aku telah kekanakan membakar barang-barangnya yang berhubungan dengan pekerjaannya mulai dari seragam, tas, sepatu tak ada yang tersisa. Tapi jujur aku memang sengaja memancing amarahnya untuk memukulju agar aku bisa memenjarakannya. Sayang sekali warga sekitar menghentikan. Keluarganya akhirnya datang ikut menyerangku. Mengataiku bodoh, gembel tak tau diri, pramuria, pemboros. Mereka memaksa suamiku meninggalkan kami dan berhenti memberi nafkah pada anak kami karna menurut mereka didalam Islam anak laki2 tanggung jawabnya jatuh kepadaku sedangkan uang dari suamiku hanyalah disebut toleransi.

Aku mengajukan gugatan tapi karna salah satu saudara bekerja di PA akhirnya aku hanya dicarikan mediator dan didaftarkan untuk mengikuti konsultasi pernikahan.
Hari ini aku mendapat kunjungan dari seorang konsultan pernikahan. Dia menanyaiku pokok permasalahan yang paling memberatkan di hatiku. Aku katakan saja kalo suamiku tidak suka dengan kemampuan matematikaku dan sering menjadikannya alasan untuk bertengkar. Aku pun merincikan salah satunya yang terjadi pada bulan ini.

Utang mertua 1jt lebih.
Utang mamak 0,5jt.
Utang si C 1,8jt.
Utang si A 0,5jt.
Dia beli Mio 1jt.
Kalau ditotal jadi 4,8jt. Belum termasuk uang rokok, pulsa, bensin dan jajannya yang sehari paling sikit habis 50rb. Belum termasuk uang yang tersisa di dompetnya.
Aku cuma dikasih 2,5jt. Bayar utang rumah 1,1jt. Sisa 1,4jt.
Jadi ingat hari tuh aku nitip belikan sesuatu yang harganya ga lebih dari 50rb sampe rumah langsung ditagih. Padahal kalo dia nitip ga pernah aku nagih.
Ingat lagi waktu dia nyuruh aku nambah perlengkapan di rumah. Aku minta tambahan uang dia slalu bilang kalo dia ga punya uang, uang yang ada di dompetnya ini bukan uangnya. Anehnya kalo kawannya minjam, uang itu tadi biasa langsung dikasihkan ke kawannya dan dia cuma ngasih alasan kalo aku ga tau jalan ceritanya.
Udah kayak gini aja pun aku masih bisa nabung, apalagi kalo dia mau ngasih lebih. Tapi gitupun aku tetap dibilang boros, uangku habis entah kemana.
Sementara dia, kalo utang-utang tadi dibayar ke dia pasti uangnya tetap ga nampak. Bahkan tabungannya pun tetap ga ada.
Aku kasih masukan, dia marah. Aku nasihati, dia marah. Aku protes, keluarganya menyerangku.
Entah aku yang terlalu bego, naif dan keras kepala atau emang dia yang terlalu sombong, lupa diri, dan ga mikir buat pendidikan anaknya ke depan nanti.
Capeklah.

Si konsultan hanya mengangguk2 sambil tersenyum kecil sesekali. Aku jadi bingung apa seburuk itu matematikaku? Dia bilang bukan karna itu dan aku pun melanjutkan ke bagian perselingkuhan suamiku dengan tetangga mertuaku yang ternyata didukung mertuaku. Juga kebiasaan suamiku yang suka menghinaku dengan kata yang sangat kasar.

Setelah konsultannya pergi aku merasa semua ini sangat konyol. Sepertinya ga ada guna. Ah entahlah. Rasanya aneh sekali ketika seseorang yang tidak ku kenal berusaha mendamaikanku dengan musuhku saat ini. Dan aku masih terpikir "kenapa si konsultan tersenyum ketika mendengar rincian keuangan kami di bulan ini?"