ACTNews, JAKARTA - Pagi ini, Kamis (21/4), Jakarta kembali dikepung banjir. Terjangan banjir yang merata di banyak lokasi sekaligus ini pun tak ayal jadi trending topic yang ramai dibicarakan netizen di jejaring sosial. Sebabnya logis, sejak pagi tadi banyak ruas jalan di Jakarta lumpuh total akibat banjir. Kemacetan parah di jam masuk kerja pun tak terhindarkan lagi, banyak pekerja kantoran yang terjebak selama berjam-jam di jalur yang terendam banjir.

Terulangnya kembali banjir Jakarta ini disebabkan oleh derasnya hujan yang mengguyur sejak dinihari, baru ketika matahari berarak, hujan akhirnya mereda. Imbasnya debit air kiriman dari bendungan Katulampa pun meningkat deras menjadi level Siaga 2. Kenaikan air yang begitu cepat ini tak diduga sebelumnya, hingga akhirnya pagi tadi banjir menerjang banyak titik sekaligus di Jakarta.

Satu kawasan yang harus menerima derita banjir cukup parah adalah Kampung Makassar, Jakarta Timur. Laporan yang dipantau dari aksi respons banjir Disaster Emergency and relief Management (DERM) ACT sejak Kamis pagi (21/4) menyebutkan ketinggian banjir di Kampung Makassar rata-rata mencapai 1,5 meter atau sekira tinggi leher orang dewasa.

Walau demikian, banjir di Kampung Makassar ini sebetulnya bukan hal baru bagi masyarakat di kawasan ini. Bertahun-tahun, kawasan yang bersebelahan dengan Taman Mini ini jadi satu titik paling rawan banjir di Jakarta. Mengapa demikian? apa yang sebabkan Kampung Makassar begitu rawan bencana banjir?

Sekadar informasi, penamaan Kampung Makassar punya nilai historis kuat bagi Kota Jakarta. Dulunya kawasan ini adalah Kampung suku Bugis yang merantau ke Ibukota beberapa abad lampau. Beberapa data valid mengisahkan kawasan ini sudah sejak tahun 1686 sudah dijadikan sebagai pemukiman orang-orang Makassar di bawah pimpinan dari Kapten Daeng Matara, seorang pelaut ulung dari tanah Bugis. Beberapa kisah juga menyebut bahwa Kampung Makassar awalnya ditempati oleh bekas tawanan perang yang dibawah ke Batavia setelah Kerajaan Gowa di bawah pimpinan Sultan Hasanuddin mengaku tunduk pada Kompeni yang dibantu oleh Kerajaan Bone dan Kerajaan Soppeng berabad silam.

Dilihat dari letak geografisnya, Kampung Makassar, Jakarta Timur berada di lokasi yang lebih rendah ketimbang kawasan sekitarnya. Bentuk lekukan tanah di Kampung Makassar berlembah-lembah dengan turunan dan tanjakan tajam. Hal ini makin diperparah dengan padatnya lokasi pemukiman di Kampung Makassar. Akibat padatnya pemukiman, tanah lapang jadi hal langka di kawasan ini. Tak ada lagi resapan air yang hadir di pemukiman padat dekat dengan Bandara Halim Perdanakusuma ini.

Sementara itu, Kampung Makassar pun dilalui oleh anak sungai yang mengalir dari aliran besar Kali Ciliwung. Percabangan aliran Ciliwung inilah yang memicu luapan banjir besar di Kampung Makassar selama bertahun-tahun terakhir. Mirisnya lagi, banyak cabang aliran Sungai Ciliwung yang mengalir melewati Kampung Makassar ini sudah mengalami pendangkalan parah. Tengok saja, tanpa hujan pun aliran sungai di Kampung Makassar hanya tinggal menyisakan tak lebih dari lima jengkal saja dari mulut sungai.

Seperti yang terjadi hari Kamis pagi (21/4) tadi. Banjir menerjang Kampung Makassar di RW 04, 05, 06 dan 07. Kecamatan Makassar, Jakarta Timur. Kabar terbaru yang dipantau langsung dari lokasi menyebutkan, banjir Kampung Makassar pagi tadi terjadi karena jebolnya sebuah tanggul penahan aliran Sungai Ciliwung. Titik banjir terdalam di Kampung Makassar ini terdapat di RW 07 yang mencakup 09 RT, kedalaman air banjirnya mencapai 200 cm atau sekira 2 meter. Rata-rata satu RT terdapat 200 Kepala Keluarga.


Penulis: Shulhan Syamsur Rijal