Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dic.thoriumAvatar border
TS
dic.thorium 
Padi Rekayasa Nuklir, Penghasil Beras Berkualitas dan Tahan Hama
Spoiler for DISCLAIMER:


Bagi orang Indonesia, belum makan kalau belum makan nasi. Sudah makan roti sekilo sekalipun, tetap dianggap belum makan. Nasi memang jadi makanan pokok di negeri ini, dan konsumsinya jelas akan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk.

Masalahnya, sebagai penghasil beras yang kemudian diolah menjadi nasi, produksi padi di Indonesia masih belum optimal. Selain masalah lahan yang terus berkurang dan kurangnya keseriusan untuk melakukan recovery lahan pertanian padi yang sudah dialihfungsikan, juga karena gangguan pada irigasi dan hama. Kekeringan seringkali menjadi alasan gagalnya panen padi, dan begitu pula sebaliknya, terlalu banyak air. Hama, selalu menjadi momok para petani, utamanya keberadaan ulat dan wereng, yang membuat tanaman padi mati dan mengurangi produksi. Selain itu, waktu panen yang agak lama dan hasil panen juga dapat menjadi kendala.



Demi mengatasi ini, maka Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) telah sejak lama melakukan rekayasa tanaman padi menggunakan teknologi nuklir. Sampai saat ini, sudah ada berkisar 20 varietas padi hasil rekayasa teknologi nuklir, beberapa varian utamanya yaitu Sidenuk, Mira, dan Bestari. Varian Sidenuk, misalnya. Selain tahan hama wereng yang jadi momok klasik para petani, juga karena hasil produksinya lebih banyak. Jika varietas padi biasa hanya bisa menghasilkan 7-8 ton padi per hektar, varietas hasil rekayasa nuklir bisa menghasilkan 9-11 ton per hektar! Ditambah lagi nasinya juga diklaim punya rasa yang enak dan pulen. Secara usia panen pun lebih singkat.

Rekayasa padi ini dilakukan dengan metode iradiasi, menggunakan penyinaran radiasi gamma dari sumber radioaktif Co-60 untuk melakukan mutasi genetik pada bibit padi, lalu dicari dan ditemukan varian yang unggul darinya, yang memiliki keunggulan-keunggulan yang diharapkan. Iradiasi ini dilakukan pada generasi pertama varietas, kemudian dilakukan pengembangan sampai belasan atau puluhan generasi untuk menghasilkan varietas unggul. Jadi, sama sekali tidak ada bahaya nuklir pada bibit padi ini. Bahkan, sebenarnya, di generasi pertama pun tidak terkontaminasi material nuklir sama sekali. Sebabnya, radiasi gamma itu bisa dikatakan sekadar lewat, dan ketika menembus bibit padi itulah radiasi ini mengubah struktur genetik padi.

Sayangnya, padi rekayasa nuklir ini belum terlalu banyak digunakan di tengah masyarakat, meskipun kualitasnya lebih unggul dibanding varietas lain. Peneliti BATAN, Sofrizal, sebagaimana dilansir BBC, mengatakan kalau masyarakat masih agak alergi dengan istilah padi nuklir. Padahal, jika varietas unggul hasil rekayasa nuklir ini banyak dimanfaatkan, kemungkinan besar para petani tidak akan direpotkan dengan keberadaan hama pengganggu produksi dan akan mendapat hasil produksi yang lebih banyak. Lagi-lagi, ini kembali pada kesalahan persepsi umum di tengah masyarakat mengenai teknologi nuklir. Padahal, rekayasa yang dihasilkan teknologi nuklir justru mampu memberi kemaslahatan bagi masyarakat.

(dari berbagai sumber)
0
4.6K
48
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan