Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

thompelsaljafarAvatar border
TS
thompelsaljafar
warisan budaya unesco madain saleh di saudi arabia
Nama resmi tempat ini adalah Al Hijr. Tapi lebih terkenal dengan istilah Madain Saleh. Madain diambil dari kata Madinah (kota). Tempat ini konon dulu dihuni oleh orang-orang dari masa Nabi Saleh, kaum Tsamud, yang akhirnya dilaknat Allah karena berkhianat.
Spoiler for al hijr:



Sedangkan Al Hijr berarti Pegunungan Batu. Sesuai namanya, salah satu pesona utama Al Hijr adalah arsitektur bangunan khas yang dipahat di gunung-gunung batu yang mendomi]nasi wilayah ini. Sebenarnya, peninggalan apa sih di Al Hijr ini?

Menuju Al Hijr di Kota Al Ula

Al Hijr letaknya cukup jauh dari Kota Jeddah, Arab Saudi, kota tempat saya bermukim. Agar tidak terlalu letih jika harus menyetir langsung hingga mencapai tempat ini, kami semua menginap terlebih dahulu di Madinah.

Dari Madinah, barulah keesokan paginya kami beramai-ramai menuju Madain Saleh yang berjarak sekitar 400 km dari Kota Madinah. Cukup jauh, ya?

Tapi, itulah istimewanya infrastruktur di Negeri Ladang Minyak ini. Hampir semua jalan-jalan tol yang menghubungkan antar kota sudah terbangun rapi, mulus dan lebar-lebar. Hati-hati, jangan keenakan dan terbawa ingin ngebut.





Di hampir setiap jalan utama sudah dipasang sebuah kamera pengintai kecepatan, Saher. Bisa terkena radar kamera dan sebuah pesan akan masuk ke dalam ponsel pengemudi berupa tagihan ratusan riyal. Sebagai denda karena sudah melanggar batas kecepatan maksimal.

Kota Al Ula sendiri cukup khas. Bukan gurun pasir dan bukit batu berwarna abu-abu yang kita temui di sana. Di hampir sepanjang jalan menuju Al Hijr, kami dipukau oleh barisan bukti batu berwarna coklat. Terpahat aneka rupa secara natural oleh alam.

Sebagai informasi, Al Hijr dibuka untuk umum tanpa dikenakan biaya apa pun. Tapi perlu semacam tasrikh (surat izin). Kami menyewa seorang pemandu, seorang penduduk asli Al Ula. Nah, beliau ini yang mengurus masalah izin masuk setibanya kami di sana. Sang pemandu sendiri kami bayar sekitar 300 riyal untuk memandu kami yang tergabung dalam satu rombongan besar.

Kereta Api dan Stasiun Kereta dari Kekaisaran Ottoman

Tempat pertama yang kami singgahi adalah sebuah tempat yang memasang sebuah rangka kereta api lengkap dengan stasiunnya. Tentu saja, begitu keluar dari mobil, anak-anak langsung berhamburan merubung di sekitar kereta. Naik turun dan berlarian di sana.

Ternyata, ini adalah peninggalan dari Kekaisaran Ottoman Turki yang pernah berkuasa di sebagian besar wilayah Timur Tengah termasuk wilayah Arab Saudi. Kereta dan stasiunnya dulu dibangun untuk mengangkut jemaah haji menuju Mekkah dari wilayah Suriah dan Yaman.

Kereta di Madain Saleh Arab Saudi foto Dani Rosyadi
Foto : Dani Rosyadi


Menurut pemandu kami, rangka keretanya itu asli. Hanya dicat ulang saja. Masih kokoh dan bagus.

Stasiun kereta yang tengah dibangun ini sempat mengalami kerusakan saat pertempuran lokal di masa Perang Dunia I. Pemerintah Saudi yang berinisiatif untuk merenovasi tempat ini. Setelah dipugar, dijadikan bagian dari tempat wisata dalam areal Al Hijr.

Peninggalan Suku Nabatean

Setelah susah payah mengajak anak-anak turun dari kereta dan kembali ke mobil, kami melanjutkan perjalanan. Pemandu mengajak kami berhenti di tempat yang lain. Kali ini, mobil diparkir tak jauh dari deretan gunung-gunung batu yang dari jauh belum begitu jelas bentuknya apa.

Turun dari mobil, kami mengikuti pemandu. Dari dekat baru kelihatan ternyata gunung-gunung batu tersebut telah dipahat menjadi bangunan-bangunan khusus. Nyaris seperti rumah. Ada pintu masuk tapi tidak ada jendela.

Bangunan di bukit batu tersebut adalah peninggalan dari suku Nabatean yang hidup di abad pertama Masehi. Suku Nabatean juga yang mengukir peninggalan sejarahnya di daerah Petra, sebuah tempat wisata terkenal di wilayah Yordania.




Bangunan batu Madain Saleh Arab Saudi foto Dani Rosyadi
Foto : Dani Rosyadi


Pemandu kami bilang, cara orang-orang dahulu membuat bangunan di bukit batu cukup khas. Hanya menggunakan air dan sebilah kayu untuk memahat. Air digunakan untuk melembutkan batu sehingga mudah dibentuk dengan sebilah kayu tadi. Sederhana sekali, bukan? Tapi hasilnya … mengagumkan dan terus bertahan hingga kini.

Kami juga diberitahu bahwa deretan bangunan di bukit batu tersebut digunakan sebagai kuburan. Di salah satu bangunan terpahat gambar elang di atas bagian pintu. Untuk apa, ya? Ternyata, jasad yang masih utuh ditaruh begitu saja terlebih dahulu di depan pintu. Menunggu untuk dimangsa oleh elang. Setelah itu, sisa tulang belulangnya dimasukkan ke dalam.

Kami dibawa berjalan sedikit menuju deretan bangunan yang digunakan sebagai tempat bermukim alias rumah. Bentuknya agak mirip. Ada pintu tanpa jendela. Kali ini, kami masuk dan melihat-lihat ke dalam. Suasana di dalam gelap karena tidak ada lubang agar cahaya bisa masuk.

Langit-langit ruangan cukup rendah. Rumahnya juga terbagi-bagi atas beberapa ruangan termasuk kamar tidur. Seluruh ruangan kosong. Pemandu kami yang menunjukkan yang mana ruang makan mana ruang tidur karena buat saya sih sama saja bentuk ruangannya.

Ad Diwan, Tempat Pemujaan Kaum Nabatean

Tempat terakhir yang kami singgahi adalah Ad Diwan. Bangunan ini berupa batu besar yang atasnya berbentuk runcing. Ada beberapa bangunan yang berdiri berjajar Tiap batu besar dipahat sehingga bagian tengahnya kosong yang digunakan sebagai sebuah ruangan berukuran besar.



Ad Diwan Madain Saleh Arab Saudi foto Dani Rosyadi
Foto : Dani Rosyadi


Ad Diwan digunakan sebagai tempat berkumpul untuk beribadah bersama di zaman tempat ini dihuni oleh Kaum Nabatean. Di tengah ruangan ada pahatan batu yang kalau dilihat-lihat mungkin dimaksudkan sebagai meja.

Pemandu pamit sebelum kami meninggalkan Ad Diwan. Tapi jangan khawatir. Di Al Hijr, ada keterangan lengkap yang ditulis di sebuah layar plastik. Layar-layar tersebut menempel di atas tugu-tugu setinggi pinggang manusia dewasa. Keterangannya dalam 2 bahasa, Arab dan Inggris. Tulisan-tulisan tersebut terlindung aman dalam bingkai kaca.

Langit sudah mulai memerah. Padahal masih banyak tempat lain yang belum sempat kami singgahi. Tapi, kami memutuskan untuk pergi saja. Menurut seorang teman yang pernah ke sana, tempat lainnya juga mirip-mirip dengan yang kami datangi tadi. Cuma fungsi dan lokasinya saja yang mungkin tidak sama.

Spoiler for sumur gan:


makasih gan dah mampir..emoticon-Cendol (S)jangan di emoticon-Bata (S)
klo agan ada yg berminat mengunjungi madain saleh atau mau umroh plus atau reguler bisa hub kamiemoticon-Cek PM (S)


RBT Tour & Travel

JL. H. MANDOR SALIM No. 9 SRENGSENG KEMBANGAN
JAKARTA 11630
Telp : 021 7591 7910
Hp : 0857-825-39500
Email : rindubaitulloh.tour@gmail.com

0
3.5K
23
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan