malam.
tepat 7 tahun lalu di bulan yang sama dengan sekarang seorang Samuel P. Huntington telah mangkat, tapi tidak dengan karyanya, sebuah buku yang oleh beberapa kalangan diyakini mewakili pemetaan kondisi dunia saat ini, karya tersebut adalah buku yang memuat teori/tesis tentang "Clash of Civilization."
tanpa terasa hari ini telah tanggal 30 Desember, satu dua hari lagi tahun 2015 akan berlalu, dan tahun 2016 menjelang tiba .. sayang sribu sayang di tahun yang akan berlalu ini ada beberapa kejadian yang menorehkan kepahitan di catatannya.
di tahun yang akan berlalu ini .. ada berbagai konflik bersenjata yang menelan ribuan jiwa dan memicu arus pengungsi dengan segala kerumitannya, ada berbagai serangan yang disebut sebut sebagai serangan teroris di Eropa dan Amerika, ada pula perkembangan politik US yang kontroversial dengan majunya capres yang mengangkat isu senditif dalam kampanyenya.
semua kejadian tersebut ditambah dengan ancaman IS tentang akan menginvasi kota apa gitu di Italia, TS lupa, membuat tesis almarhum Huntington seakan menjadi "self-fulfilling prophecy" yang menakutkan dan mengancam kedamaian dunia.
pasca serangan WTC 2001, dunia yang telah mengenal internet menjadi cukup ramai dengan berbagai saling kecam (gak tau Kaskus ini mulai rame taon berapa sebagai medsos), kejadian WTC tersebut terus berlanjut dengan berbagai konflik seperti Afghanistan, Irak, isu Israel-Palestina, Myanmar, Kashmir dsb dsb dan belakangan denagn berdirinya ISIS membuat perkembangan semakin ruwet.
bersamaan dengan itu fenomena Ghazwul Fikri atau perang pemikiran dalam Islam juga berkembang pesat di internet, cobalah ketik "Yahudi" di Google Indonesia maka hasilnya pasti akan berbeda dengan bila mengetik Jews di Google luar .. belum percaya ? ok, kalau dalam negeri, cobalah ketik "Cina Indonesia" di Google Indonesia maka hasilnya pasti akan mendirikan bulu roma bagi pembacanya (terutama artikel yang - maaf - berasal dari web Islam garis keras).
itulah Ghazwul Fikri, perang pemikiran, apakah itu salah ? bila TS memposisikan dirinya sebagai chinese kafir laknatulloh dan membaca artikel artikel hasil olahan para pemikir - maaf lagi - Islam radikal tersebut jelas TS akan jengkel karena ada unsur pembengkokan berbagai hal disana .. tapi bila TS memposisikan diri sebagai umat Islam, dengan berat hati TS maklum, itu adalah sebuah mekanisme pertahanan karena merasa terancam, itu adalah sebuah naluri purba semua manusia untuk mempertahankan diri.
kembali keadaan dunia saat ini, serangan Paris dan serangan di Amrik belum lama ini oleh beberapa media mulai dihubung hubungkan kembali dengan tesis Huntington 22 tahun lalu, sialnya .. kedua belah fihak baik fihak Barat maupun fihak Timur (tengah) ternyata hampir punya pemikiran serupa dalam menyikapi berbagai ketegangan belakangan ini.
namun, disisi lain bila seseorang gak pura pura gak melihat, di dunia yang luas ini masih ada banyak kebaikan yang terjadi tiap tiap hari yang tak mengenal batasan abstrak seperti agama atau suku atau ideologi, mereka hanya tahu satu hal, di dunia, semua manusia adalah sama sama citizen of the world dalam menjalani kehidupan fana ini.
bagaimana nanti kelanjutan dari semua ini ? apakah tesis Clash of Civilization-nya Huntington yang akan terjadi atau justru "world without borders" nya humanity yang akan mewarnai kehidupan umat manusia di bumi ?
Clash of Civilization - Samuel P Huntington
Latar Belakang
} Clash of Civilizations (Benturan Peradaban) adalah sebuah teori diajukan oleh ilmuwan politik Samuel P. Huntington, bahwa identitas budaya dan agama orang akan menjadi sumber utama konflik dalam pasca Perang Dingin dunia. Teori tersebut aslinya dirumuskan tahun 1993 dalam sebuah artikel Foreign Affairs berjudul "The Clash of Civilizations?", sebagai sebuah reaksi terhadap buku Francis Fukuyama tahun 1992, The End of History and the Last Man. Huntington kemudian mengembangkan tesisnya dalam sebuah buku The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order tahun 1996. istilah itu sendiri pertama kali dipakai oleh Bernard Lewis dalam sebuah artikel September 1990 The Atlantic Monthly berjudul The Roots of Muslim Rage
} Huntington memulai pemikirannya dengan melakukan survei terhadap berbagai teori tentang keadaan politik global dalam masa Pasca Perang Dingin. Beberapa ahli teori dan penulis berargumen bahwa HAM, demokrasi liberal dan kapitalis ekonomi pasar bebas telah menjadi alternatif idiologi yang tersisa untuk bangsa-bangsa dalam pasca Perang Dingin dunia. Secara khusus, Francis Fukuyama berargumen bahwa dunia telah mencapai 'akhir sejarah' dalam sebuah arti Hegelian
} Huntington sepertinya termasuk dalam mazhab primordialis, meyakini bahwa kelompok yang ditentukan secara budaya bersifat kuno dan alami, meski pun awalnya ia adalah seorang struktural-Fungsionalis. Pandangannya bahwa negara-negara kebangsaan akan tetap menjadi aktor yang paling kuat seiring dengan ide realisme.
} Peringatannya bahwa Peradaban Barat dapat merosot diinspirasi oleh Arnold J. Toynbee, Carroll Quigley, and Oswald Spengler
} Menggunakan berbagai studi sejarah, Huntington membagi dunia menjadi peradaban-peradaban "utama" dalam tesis nya seperti:
} Peradaban Barat, terpusat di Eropa Barat (khususnya Uni Eropa) dan Amerika Utara, namun juga termasuk negara-negara turunan Eropa seperti Australia dan Selandia Baru. Huntington juga memasukkan Kepulauan Pasifik, Timor Timur, Suriname, French Guiana, dan Pilipina tengah dan selatan. Apakah Amerika Latin dan bekas Uni Sovyet juga dimasukkan, atau alih-alih peradaban-peradaban terpisah mereka , akan menjadi pertimbangan masa depan yang penting untuk kawasan-kawasan itu, menurut Huntington
} Dunia Ortodoks meliputi Armenia, Belarus, Bulgaria, Cyprus, Georgia, Yunani, Moldova, Montenegro, Republik Macedonia, Rumania, Russia, Serbia dan Ukrania.
} Amerika Latin. Dapat dianggap sebagai bagian dari Peradaban Barat, walau ia memiliki struktur sosial dan politik yang sedikit berbeda dari Eropa dan Amerika Utara. Banyak orang di belahan bumi utara, namun, menganggap diri mereka sebagai anggota penuh Peradaban Barat
} Dunia Muslim meliputi Asia Tengah, Afrika Utara, Asia Barat Daya, Afghanistan, Albania, Azerbaijan, Banglades, Indonesia, Malaysia, Maldives, Pakistan, Somalia, Mindanao dan sebagian India, Russia and Balkan
} Peradaban Hindu, terletak umumnya di India, Nepal dan secara budaya diwariskan pada Orang India Global non-residen (imigran India-editor) dan orang yang berasal dari India, dan mereka yang menyebar (mengalami diaspora)
} Peradaban Sino (Sinic) Cina, Korea, Singapura, Taiwan, dan Vietnam. Kelompok ini juga mengikutsertakan diaspora (perantau) Cina, khususnya yang berhubungan dengan Asia Tenggara.
} Jepang, dianggap sebagai sebuah hibrida peradaban Cina dan pola Altaic yang lebih tua.
} Peradaban Sub-Sahara Afrika dianggap mungkin bisa dianggap sebagai peradaban ke-8 oleh Huntington.
} Daerah-daerah penganut Buddha seperti Bhutan, Kamboja, Laos, Mongolia, Myanmar, Sri Lanka, Thailand, Arunachal Pradesh, Kalmykia, sebagian Nepal, sebagian Siberia, dan pemerintah buangan Tibet diidentifikasikan sebagai terpisah dari peradaban-peradaban lain, namun Huntington yakin mereka tidak terdiri dari peradaban utama dalam artian urusan internasional.
} Alih-alih masuk pada salah satu dari peradaban-peradaban “utama”, Ethiopia, Haiti, dan mendapat label sebagai negara-negara "terisolasi". Israel dapat dianggap sebagai sebuah negara yang unik dengan peradabannya sendiri, tulis Huntington, namun yang sangat mirip dengan Barat. Huntington juga yakin bahwa bekas jajahan Inggris di Karibia terdiri dari sebuah entitas yang unik.
} Dalam beberapa kasus, peradaban-peradaban Sino/Sinic, Hindu, Buddha dan Jepang dibentuk menjadi 1 peradaban yang disebut Dunia Timur
} Kubu-kubu yang muncul seperti yang diramalkan oleh Huntington tahun 1996. Garis yang lebih tebal lebih mewakili hubungan yang konfliktual (bersifat konflik).
} Huntington berargumentasi bahwa kecenderungan konflik global setelah akhir Perang Dingin secara cepat muncul pada pembagian yang bersifat peradaban ini. Perang-perang yang pecah di Yugoslavia, di Chechnya, dan antara India dan Pakistan disebut sebagai bukti konflik antar peradaban.
} Huntington juga berargumenasi bahwa kepercayaan Barat yang luas dalam universalitas nilai dan sistem politik Barat adalah naïf dan bahwa kekukuhan yang berlanjut atas demokratisasi dan norma-norma "universal" nantinya hanya akan mempertentangkan peradaban-peradaban lain
} Huntington melihat Barat enggan menerima kenyataan ini karena Barat lah yang membangun sistem internasional, menulis hukumnya, dan memberinya substansi dalam bentuk PBB. Huntington mengidentifikasi sebuah pergeseran besar kekuatan ekonomi, militer dan politik dari Barat ke peradaban-peradaban dunia lain, yang paling signifikan pada apa yang diidentifikasinya sebagai dua peradaban-peradaban penantang, yakni Sino/Sinic dan Islam.
} Dalam pandangan Huntington, peradaban Sino Asia Timur secara kultural menyatakan diri dan nilainya relatif pada Barat karena pertumbuhan ekonomi mereka yang pesat. Secara spesifik, ia yakin bahwa tujuan Cina adalah untuk menyatakan diri sekali lagi sebagai hegemoni regional, dan bahwa negara-negara lain di kawasan tersebut akan mengikuti Cina karena sejarah struktur hirarki komando yang difahami dalam peradaban Sino/Sinic Konfusian, sebagai menentang individualisme dan pluralisme yang dihargai di Barat
} Dengan kata lain, kekuatan regional seperti dua Korea dan Vietnam akan mengakuisi permintaan Cina dan menjadi lebih supportif kepada Cina dibandingkan berusaha menentangnya. Maka Huntington yakin kebangkitan Cina menciptakan salah satu masalah signifikan dan ancaman dalam jangka panjang terhadap Barat, karena kemenonjolan budaya Cina akan berbenturan dengan hasrat rakyat Amerika yang menginginkan tidak adanya hegemoni regional di Asia Timur.
} Huntington beragumen bahwa Peradaban Islam mengalami sebuah ledakan penduduk massal yang membangkitkan ketidak stabilan baik pada perbatasan Islam dan di dalam internal dirinya sendiri, dimana pergerakan fundamentalis secara popular meningkat
} Manifestasi-manifestasi apa yang distilahkannya "Islamic Resurgence/Kelahiran Islam" termasuk revolusi Iran 1979 dan Perang Teluk pertama. Barangkali, pernyataan yang paling kontroversial yang dibuat Huntington dalam artikel Foreign Affairs adalah bahwa "Islam memiliki daerah-daerah pinggiran berdarah " (bloody borders). Huntington yakin ini sebagai konsekuensi nyata berbagai faktor, termasuk yang disebut di atas sebagai kebangkitan baru Muslim yang menonjol dan pertumbuhan penduduk serta kedekatan Islam pada banyak peradaban-peradaban termasuk Sino, Ortodoks, Barat dan Afrika
} Huntington melihat Peradaban Islam sebagai sebuah sekutu potensial bagi Cina, keduanya memiliki lebih dari tujuan revisionis dan berbagi konflik-konflik yang sama dengan peradaban-peradaban lain, khususnya Barat. Secara khusus, ia mengidentifikasi kesamaan kepentingan Cina dan Islam dalam bidang pengembangan senjata, HAM, dan demokrasi yang bertentangan dengan apa yang dikembangkan oleh peradaban Barat, dan merasa bahwa pada area ini kedua peradaban tersebut akan bisa bekerja sama. Russia, Jepang, dan India adalah apa yang menurut istilah Huntington 'peradaban-peradaban berayun/swing civilizations ' dan mungkin memilih salah satu. Russia, contohnya, benturan dengan banyak kelompok etnis Islam di perbatasan bagian selatannya (seperti Chechnya) namun ia bekerjasama dengan Iran untuk menghindari meningkatnya kekerasan Muslim versus Ortodoks di Selatan Rusia dan sebagai usaha untuk meneruskan mengalirnya minyak. Huntington berargumenasi bahwa sebuah "hubungan Sino-Islam" sedang muncul dimana Cina akan berkerjasama lebih dekat dengan Iran, Pakistan, dan negara lain untuk memperkuat posisi internasionalnya
} Huntington juga berargumen bahwa konflik-konflik bersifat peradaban adalah "secara khusus lazim terjadi antara Muslim dan non-Muslim", mengidentifikasi "daerah-daerah pinggiran penuh darah" antara peradaban-peradaban Islam dan non-Islam. Konflik ini sudah lama sejak awal masuknya Islam ke Eropa, akhirnya pengusirannya dalam penguasaan kembali bangsa Iberia, serangan Ottoman (Ustmaniyah) Turki di Eropa Timur dan Wina, dan pembagian kekaisaran bangsa-bangsa Islam Eropa di era 1800-an dan 1900-an.
Ia yakin bahwa beberapa faktor yang memberikan kontribusi kepada konflik ini, baik pada Kritianitas (sebagai basis Peradaban Barat) dan Islam adalah:
} Misionaris agama, mencoba mengganti agama orang lain
} Universal, "semua-atau-tidak sama sekali" agama, dalam arti bahwa diyakini oleh kedua belah pihak bahwa hanya keyakinan mereka saja yang benar
} Agama Teleologikal, yaitu bahwa nilai dan keyakinan mereka mewakili keberadaan dan tujuan dalam keberadaan manusia.
} Faktor yang paling baru memberikan kontribusi pada benturan Barat-Islam, tulis Huntington, adalah Kebangkitan Islam dan ledakan demografik Islam, diikuti dengan nilai Universalisme Barat - yaitu pandangan bahwa semua peradaban harus mengadopsi nilai-nilai Barat – yang membuat marah para fundamentalis Islam
} Semua faktor kesejarahan dan masa kini bersatu, Huntington secara singkat menulis dalam Artikel Foreign Affairs-nya dan lebih banyak rincian dalam buku tahun 1996-nya, yang dapat membawa pada benturan berdarah antara peradaban Islam dan Barat. Seiring dengan konflik Sino-Barat, ia yakin, bahwa benturan peradaban Barat-Islam akan mewakili mewakili konflik-konflik paling berdarah dalam awal abad 21. Maka, serangan teroris 11 September, 2001 dan kejadian yang mengikutinya termasuk perang Afghanistan and Irak dilihat secara luas sebagai sebuah bukti teori benturan tersebut
} Dalam pandangan Huntington, konflik antar peradaban memanifestasikan diri dalam dua bentuk: daerah bahaya konflik dan negara inti konflik. Daerah bahaya konflik adalah pada sebuah tingkat lokal dan terjadi antara negara-negara bertetangga yang masuk dalam peradaban-peradaban yang berbeda atau dalam negara-negara dimana penduduknya berasal dari peradaban-peradaban yang berbeda. Negara inti konflik adalah pada sebuah tingkatan global antara negara-negara utama peradaban-peradaban yang berbeda. Negara inti konflik dapat muncul dari daerah bahaya konflik saat negara inti terlibat
} Konflik-konflik ini dapat berakibat dari sejumlah sebab seperti: pengaruh relatif atau kekuasaan (militer atau ekonomi), diskriminasi terhadap orang dari peradaban yang berbeda, intervensi untuk melindungi hubungan darah dalam sebuah peradaban yang berbeda, atau nilai dan budaya yang berbeda, khususnya saat sebuah peradaban berusaha memaksakan nilai-nilainya kepada orang dari peradaban yang berbeda
} Kritik-kritik atas gagasan Huntington sering memperluas kritiknya pada budaya-budaya tradisional dan para pembaharu internal yang ingin memodernisasi tanpa mengadopsi nilai-nilai dan sikap-sikap budaya Barat.
} Kritik-kritik ini terkadang mengklaim bahwa untuk memodernisasi perlu diBaratkan (Westernized) pada tingkatan yang luas. Jawaban atas mereka yang menganggap tesis Clash of Civilizations akurat sering menunjuk Jepang sebagai contoh, dengan mengklaim bahwa Jepang bukanlah negara Barat yang menjadi inti negaranya.
} Mereka berargumern bahwa Jepang mengadopsi banyak teknologi Barat (juga menemukan banyak teknologinya sendiri dalam masa-masa belakangan ini), demokrasi perlemen, dan perdagangan bebas, namun secara budaya tetap sangat berbeda dengan Barat. Cina juga disebut oleh beberapa orang sebagai ekonomi non-Barat yang sedang bangkit. Banyak orang juga menunjuk Macan Asia Timur atau negara-negara tetangga telah mengadaptasi ekonomi Barat, sambil mempertahankan pemerintahan totaliter atau tradisional (di dalam system poltiknya-editor)
} contoh akhir Modernisasi non-Barat adalah Russia, negara inti peradaban Ortodoks. Varian dari argumen ini adalah dengan menggunakan Russia sebagai contoh tergantung pada penerimaan sebuah peradaban non-Barat yang unik dipimpin oleh sebuah bangsa Ortodoks seperti Russia atau barangkali sebuah negara Eropa Timur.
} Huntington berargumen bahwa Russia utamanya adalah sebuah negara non-Barat walau ia kelihatannya setuju bahwa Russia berbagi budaya nenek moyang dengan Barat modern. Russia adalah salah satu kekuatan besar selama Perang Dunia Pertama. Russia juga kekuatan non-Barat. Menurut Huntington, Barat dibedakan dari negara-negara Kristen Ortodoks oleh pengalaman Renaissance, Reformasi dan Pencerahan, kolonioalisme seberang lautan dibandingkan ekspansi dan kolonialisme negara tetangga, dan sebuah re-infusi terbaru budaya Klasik melalui Roma dibandingkan melalui rute terus menerus oleh kekaisaran Byzantium. Perbedaan antara negara-negara Slavic modern masih dapat dilihat sekarang. Masalah ini juga berhubungan dengan "faktor universalisasi " yang ditunjukkan dalam beberapa peradaban
artikel lengkap di
http://bdulcomplex.blogspot.co.id/20...untington.html