mobil.bergoyangAvatar border
TS
mobil.bergoyang
Pasar Santa, simbol labilnya bisnis anak muda
Jakarta, CNN Indonesia -- Satu demi satu pedagang meninggalkan Pasar Santa, seolah membawa serta keramaian dan pengunjung dari pasar yang sempat meraup kejayaannya hingga pertengahan 2015. Pasar ini, di akhir 2014 selalu diserbu pengunjung, kini terlihat lebih sepi, meski tidak sama sekali kehilangan pengunjungnya.
Bukan tanpa disadari, pedagang menaruh perhatian atas fenomena sepinya pengunjung. Hal itu pula yang membuat beberapa pedagang tidak memperpanjang kontraknya, disamping uang sewa yang meroket tajam.
Awalnya, Pasar Santa ibarat magnet yang menarik siapa saja untuk datang dan kemudian daya tariknya seolah melemah, diyakini beberapa pedagang memang karena gencarnya media maupun media sosial menyoroti pasar “modern” tradisional itu.
Samson, pemuda yang menjual kaset, CD, vinyl, maupun barang-barang lainnya yang berkaitan dengan hobi bermusik di Pasar Santa mengeluh Menurutnya, di awal, pengunjung Pasar Santa hanya bermodal penasaran semata karena kabar yang mereka dengar tentang pasar yang terletak di Kebayoran Baru itu begitu hebat dan menarik.
Lihat juga:
Pasar Santa, Primadona yang Kehilangan Pamor (Lagi)
"Menurut saya memang awal itu orang overrated karena di-blast di media yang heboh padahal tidak segitunya," kata Samson saat berbincang dengan CNN Indonesia, Sabtu (26/12).
Samson lebih senang kalau pengunjung yang datang ke Pasar Santa memang untuk mencari barang atau makanan yang mereka inginkan. Bukan hanya sekadar dikendalikan rasa penasaran, apalagi karena Pasar Santa digandrungi banyak orang.
Anggapan Samson tentang pengunjung yang menaruh ekspektasi terlalu tinggi terhadap Pasar Santa terbukti benar adanya. Lutfi Kurniawan, seorang pemuda asal Bukittinggi yang kini tinggal di Bekasi mengaku tidak puas dengan kunjungan pertamanya ke Pasar Santa pada akhir tahun 2014.
Awalnya, Luthfi merasa opini masyarakat di media sosial tentang apa yang ada di Pasar Santa sangat menarik. Banyaknya postingan makanan-makanan unik ala Pasar Santa di media sosial membuatnya penasaran.
"Saya pikir kok hype banget? Apa makanannya enak banget?" ujar Luthfi. " Taunya enggak , Saya makan ramen tidak seenak ramen Jepang lainnya. Mana harganya mahal. Terus panas juga tempatnya, padahal lagi malam."
Begitu juga yang dirasakan Fenty Effendi, seorang pegawai swasta. Awal 2015 lalu rasa penasaran Fenty mengarahkan langkah kakinya untuk mengunjungi Pasar Santa.
Lihat juga:
Goodnight Electric Luncurkan Vinyl di Pasar Santa
Fenty tertarik dengan hadirnya foto-foto Pasar Santa yang memikat hati bertebaran di media sosial. Apalagi banyak varian makanan yang bisa ia jajal. Berbagai komentar tentang lezatnya makanan di Pasar Santa membuat lidah Fenty tak sabar mengecapnya.
Namun, ketika datang dan mencicipi makanan yang ia inginkan, ekspektasi Fenty pun seolah tak tercapai. "Makanan yang dibilang enak ternyata enggak enak. Waktu itu saya nyobain kue cubit sama dimsum."
Merasa harapannya dipatahkan, Fenty mengaku tidak berniat mengunjungi Pasar Santa lagi. Apalagi ia menilai kondisinya Pasar Santa cukup kotor. Tapi ia memaklumi karena itu adalah pasar. Hasilnya, ketertarikannya dengan pasar fenomenal itu pupus begitu saja.
Pengunjung Pasar Santa lainnya, Septika Khairunnisa menyadari pemasaran Pasar Santa di awal masa tenarnya memang sangat baik. Tak heran jika banyak orang mengunjungi Pasar Santa karena rasa penasarannya.
Septika sendiri mengaku sering datang ke Pasar Santa karena hobi musiknya. Beberapa event di Pasar Santa yang berhubungan dengan musik selalu ia datangi. Terkait suasana pasarnya, Septika pun memaklumi.
Lihat juga:
'Santa Sale Out,' Midnight Sale ala Pasar Santa
Bahkan ia sendiri heran dengan ekspektasi banyak orang tentang Pasar Santa yang begitu tinggi. Menurut dia, kondisi Pasar Santa memang menggambarkan pasar yang seharusnya.
"Saya malah heran sama orang yang kemakan tren sampai segitunya. Lah ya emang pasar mau diapain lagi? Jadi sekece mal, gitu?" ujar Septika.
Ia juga tidak mempermasalahkan harga mahal yang ditawarkan penjaja makanan di Pasar Santa karena menurut dia hal itu setimpal dengan apa yang mereka tawarkan.
"Makanannya juga oke sih. Mereka jadi mahal karena margin di biaya promo. Maksudnya konteks promo adalah packaging makanan, sanitasi, sampe dekorasi stand," kata Septika.
Strategi Mengembalikan Pamor Santa
Melihat kondisi Pasar Santa yang semakin ditinggalkan, baik pedagang maupun pengunjung, membuat para pedagang yang masih bertahan, juga pengelola pasar harus memutar otak.
Kepala Pasar Santa Bambang Sugiharto mengaku sedang berupaya menggaet pengusaha lainnya yang ingin berdagang di pasarnya. Harga penyewaan kios yang sempat melambung tinggi sampai di Rp16 juta per tahun dia coba turunkan.
Ia mengimbau para pemilik kios agar tidak menyewakan kiosnya dengan harga yang terlalu tinggi karena pedagang akhirnya akan pergi.
Saat ini, Bambang mangatakan harga sewa kios berhasil diturunkan, sampai di angka Rp6-7 juta. Meski bagi beberapa pedagang jumlah itu masih terlalu mahal dibandingkan harga sewa awalnya yang hanya berkisar Rp3 juta.
Sementara Bambang berusaha menarik pedagang lainnya untuk mengisi kios di pasarnya, komunitas pedagang di Pasar Santa memutar otak untuk menggaet pengunjung lebih banyak. Salah satunya dilakukan dengan menggelar berbagai acara.
Santa Sale Out, year end sale ala para pemilik toko musik di Pasar Santa yang menjadi aktivitas tahunan juga menjadi salah satu cara untuk menarik pengunjung datang, terutama para pencinta musik.
Ada juga acara lainnya. Beberapa waktu lalu ada acara bincang-bincang dengan beberapa menteri. Sempat juga diadakan acara kuliner Rabu Rasa. Semuanya merupakan upaya kreatif yang dilakukan pemilik kioa yang bekerja sama dengan pihak pengelola pasar dan sponsor untuk menarik pengunjung.
Brian Ardianto salah satu pedagang di Pasar Santa percaya kalau cara-cara itu bisa mendatangkan lebih banyak pengunjung ke Pasar Santa. Meski memang sulit karena rasa penasaran orang terhadap Pasar Santa sudah habis.
"Tapi kalau anak-anak tetap giat bikin event, tetap giat mengenalkan Pasar Santa enggak menutup kemungkinan tetap hits lagi kayak dulu," kata Brian.
Selain melakukan berbagai aktivitas untuk menggaet pengunjung datang, sebagai Kepala Pasar Santa Bambang mengaku akan terus menerus melakukan evaluasi terhadap fasilitas yang ada di pasarnya.
Terkait masalah kebersihan yang sering dikeluhkan pedagang maupun pengunjung, Bambang mengatakan sudah mengupayakan adanya perbaikan untuk tahun depan.
"Kita selalu koreksi diri. Kami sudah mengajukan anggaran penambahan personel kebersihan dan keamanan. Insya Allah lebih bersih nanti," ujar Bambang.
Di sisi lain, untuk keluhan udara yang sangat panas, apalahi di lantai satu tempat berbagai tenan makanan dan minuman, Bambang telah mengusahakan pengadaan kipas angin.
"Idealnya memang pakai AC. Tapi di sini banyak yang merokok tidak mungkin kan kalau pakai AC. Tapi kami sudah berusaha untuk pengadaan kipas angin. Kami selalu evaluasi ke depan," kata kepala pasar yang telah menjabat sejak 2012 itu.
Lihat juga:
Mendag Nilai Kompetisi Pasar Tradisional dan Moderen Konyol
Sebagai pasar yang berada di bawah pengurusan pemerintah, setiap perbaikan fasilitas dan lain sebagainya memang harus dianggarkan terlebih dahulu. Sehingga tidak bisa dilakukan secara cepat.
"Yang penting kembalikan ke ramainya dulu setelah itu banyak fasilitas yang harus kami perbaiki. Parkir akan kami perbaiki, cat akan kami poles lagi. Masih banyak PR-nya," ujar Bambang.
Bambang juga mengaku akan mengguatkan komunikasi di antara pemilik kios, penyewa kios, dan pihak pasar sendiri untuk mencegah kejadian ditinggalkannya Pasar Santa terulang kembali.
Menurut dia pengalaman kemarin cukup untuk membuat para pemilik kios berpikir ulang sebelum menaikkan harga sewanya, membuat para pedagang pergi, dan Pasar Santa ditinggalkan lagi

meroket
0
6.8K
50
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan