Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

andirahmadiaAvatar border
TS
andirahmadia
asal usul kota sukabumi
Mungkin sebagian agan, Sudah ada yang tau tentang sejarah kota Sukabumi, tepatnya penamaan
Soekaboemi oleh pemerintah
Hindia Belanda. Tapi jauh sebelum penjajah masuk indonesia ada sebuah cerita yang berkembang di masyarakat kota Sukabumi, tepatnya tokoh legendaris yang bernama Wangsa Suta.

Baiklah langsung saja gan.

Sasakala Sukabumi…….. (Dongeng Mepende Budak)
Pada jaman dahulu, wilayah Priangan Barat  termasuk ke dalam wilayah Kadipatian Pamingkis.  Kadipatian tersebut dipimpin oleh seorang dipati bernama Rangga Bitung dan istrinya bernama Nyai  Puntung Mayang.
Pada waktu Kerajaan Banten dan Kerajaan Cirebon menyerbu Kerajaan Pajajaran, wilayah  Pamingkis terkena imbasnya. Pada saat penyerbuan  itu, Bupati Rangga Bitung terbunuh. Sedangkan  istrinya, Nyai Puntung Mayang, yang saat itu dalam
keadaan hamil, berhasil diselamatkan oleh seorang  Jaro (Lurah) yang bernama Loa. Oleh Jaro Loa, Nyai  Puntung Mayang dibawa ke perkampungan di kaki gunung Sunda, yang letaknya tidak jauh dari Pelabuhan Ratu.
Dalam perjalanan menuju Gunung Salak, di daerah Cibadak, Jaro Loa dan Nyai Puntung Mayang menemukan seorang bayi. Bayi tersebut kemudian dibawa serta dan diberi nama Wangsa Suta.
Sesampainya di Gunung Salak, Nyai Puntung Mayang melahirkan seorang bayi perempuan dan diberi nama Pudak Arum, yang ketika beranjak remaja disebut Nyai Tanduran atau lebih dikenal dengan sebutan Nyai Pudak Arum Saloyang.
Seiring perjalanan waktu, maka tumbuhlah Wangsa Suta menjadi seorang pemuda yang gagah dan tampan. Tingkah lakunya bijak, berkharisma, dan pembawannya kelihatan lain dibanding dengan pemuda sebayanya. Ia mencerminkan seorang yang lahir dari
keturunan ménak. Begitu pula Nyai Pudak Arum, tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik jelita.
Akibat kedunya dibesarkan di tempat yang sama, maka sejak kecil sampai remaja hubungannya sangat dekat. Bahkan hubungan kedua remaja tersebut makin lama makin intim. Melihat gelagat demikian, Jaro Loa dan Nyai Puntung Mayang berniat mengawinkan
keduanya. Bahkan sebenarnya, sejak kecil pun sudah diniati untuk dijodohkan.
“Nyai, bagaimana kalau mereka kita jodohkan saja?”
“Setuju, Ki, kelihatannya mereka saling mencintai.”
Maka, suatu ketika, Jaro Loa pun menyampaikan niatnya kepada Wangsa Suta tentang rencana penikahan tersebut. Kontan saja Wangsa Suta sangat girang mendengar rencana ayah angkatnya itu. Namun karena Wangsa Suta memiliki jiwa kesatria, terlebih
dahulu ia mengajukan syarat bahwa sebelum resepsi  pernikahan dilangsungkan, ia terlebih dahulu akan berkelana untuk menimba ilmu keagamaan dan kesaktian sebagai bekal dalam hidup berumahtangganya kelak. Karena Jaro Loa mengetahui watak anak angkatnya yang keras dan teguh pendirian, akhirnya ia mengizinkan ajuan sarat dari Wangsa Suta tersebut.
Setelah mendapat persetujuan dan doa restu dari ayah angkatnya, maka berangkatlah Wangsa Suta untuk berkelana mencari ilmu. Sesuai petunjuk dari Jaro Loa, Wangsa Suta berangkat menuju padepokan yang terletak di daerah bernama Kiara Gantung Kararangge. Sesampainya di padepokan tersebut, kelak Wangsa Suta berguru kepada seorang resi berilmu tinggi bernama Saradea. Dari Resi saradea inilah Wangsa Suta banyak menimba ilmu keagamaan dan kesaktian yang kelak banyak dipakai untuk menolong sesama.
Cukup lama Wangsa Suta berguru pada Resi Suradea. Setelah semua ilmu Resi Suradea diturunkan, Wangsa Suta pun diperintahkan untuk mencari pohon pakujajar bercabang lima yang tumbuh di gunung Parang. Letaknya sebelah barat Gunung Sanghyang
Purwa yang kontur tanahnya miring ke sebelah selatan.
Tanah lamping ini ditumbuhi pohon kole yang daunya hijau dan bunganya berwarna ungu. Di tempat inilah, Wangsa Suta diperintahkan oleh Resi Suradea untuk membuat pedukuhan baru dan menyebarkan ilmunya.
Sementara Wangsa Suta membuat pedukuhan baru di Gunung Parang, lain cerita dengan calon istrinya Nyai Pudak Arum. Setiap hari wajahnya muram.
Ke mana-mana jalan sendiri, tanpa ditemani sang kekasih Wangsa Suta. Namun meskipun sehari-hari wajahnya dibalut duka, kecantikannya tetap terkenal ke mana-mana. Bahkan banyak pemuda dan para bangsawan dari daerah lain berniat untuk
mempersuntingnya.
Salaseorang demang kaya bernama Sukamukti misalnya, segera memerintahkan anak buahnya yang bernama Ki Jaya untuk melamar Nyai Pudak Arum.
Kontan saja lamaran tersebut ditolak, karena Nyai Pudak Arum setia memilih Wangsa Suta. Mendapat penolakan tersebut, maka Ki Jaya marah. Bahkan untuk meloloskan niat tuannya tersebut, Ki Jaya berniat menggunakan jalan kekerasan dengan cara menculik
Nyai Pudak Arum.
Rencana penculikan pun berjalan lancar. Nyai Pudak Arum berhasil diculik dan dibawa oleh Ki Jaya ke hadapan Demang Sukamukti. Namun keberuntungan berpihak pada Nyai Pudak Arum. Sesampainya Nyai Pudak Arum ke hadapan Demang Sukamukti, sang
Demang mendadak meninggal dunia. Akhirnya Ki Jaya pun mengembalikan Nyai Pudak Arum ke tempat tinggalnya semula di kaki Gunung Sunda, yang terletak  di Pelabuhan Ratu.
Cerita belum usai. Berita kecantikan Nyai Pudak Arum sampai pula ke telinga para saudagar kaya.
Tersebutlah saudagar kaya raya bernama Ki Puru Satra dari daerah Padabeunghar. Saudagar tersebut memilki  watak keras kepala, sombong, dan tidak sabaran. Ia pun berniat ingin segera mempersunting Nyai Pudak Arum dengan cara jalan pintas, yakni menculiknya. Ki Puru Satra pun segera memerintahkan kepada anak buahnya untuk menculik Nyai Pudak Arum.
“Barja, bawa semua anak buahmu. Culik Pudak Arum, lalu bawa ke hadapanku. Kalau berhasil, aku akan memberimu imbalan yang setimpal!” ujar Ki Puru Satra pada centengnya yang bernama Barja.
Skenario penculikan pun berjalan lancar. Anak buah Ki Puru satra berhadil menculik Nyai Pudak Arum tanpa rintangan yang berarti.
Setelah sampai di tempat kediaman Ki Puru Satra, Nyai Pudak Arum dipaksa untuk menikah.
Akhirnya pernikahan pun dilangsungkan. Namun keberuntungan masih berpihak kepada Nyai Pudak Arum. Pada saat malam pengantin, Ki Puru Satra mendadak meninggal dunia. Kesempatan inilah yang dimanfaatkan oleh Nyai Pudak Arum untuk meloloskan
diri dari kediaman saudagar kaya raya tersebut.
Akhirnya Nyai Pudak Arum pun dapat kembali berkumpul dengan keluarganya.  Setelah dua kejadian penculikan menimpanya,
bukan berarti kehidupan Nyai Pudak Arum sudah tenang. Kini berkembang isu di masyarakat bahwa dirinya punya ilmu pelet dan kesaktian yang tinggi.
Semakin hari semakin banyak saja laki-laki baik pemuda biasa maupun bangsawan yang ingin mempersuntingnya. Namun karena kesetiaannya pada Wangsa Suta, semua lamaran ditolaknya. Penolakan bukan berarti masalah selesai. Di antara pelamar itu, kemudian ada seorang demang bernama Raden Kartala dari daerah Mangkalaya.
Namun penasehatnya melarang untuk mempersunting Nyai Pudak Arum. Dalam pandangannya, Nyai Pudak Arum adalah seorang putri yang memilki kesaktian tinggi dan menyarankan untuk menangkap lalu membunuhnya.
Raden Kartala pun menuruti nasehat tersebut. Kemudian memerintahkan anak buahnya untuk menangkap Nyai Pudak Arum. Skenario pun berjalan mulus. Anak buah Raden Kartala dapat menangkap Nyai Pudak Arum dengan mudahnya. Namun ketika Nyai Pudak Arum akan dibunuh oleh algojo Raden Kartala, tiba-tiba Wangsa Suta datang untuk menolongnya. Perkelahian antara Wangsa Suta dengan anak buah Raden Kartala pun tidak dapat dielakkan. Sebelumnya, Wangsa Suta menyuruh Nyai Pudak Arum untuk pergi terlebih dahulu menuju ke Gunung Parang mencai pedukuhan yang terdapat pakujajar berdahan lima. Namun sayang, rencana tersebut ternedus oleh anak buah Raden Kartala yang lainnya, sehingga Nyai Pudak Arum tertangkap di perjalanan. Kemudian Nyai Pudak Arum dibawa ke Pulau Putri di kawasan Pulau Seribu.
Sementara Wangsa Suta, setelah berhasil mengalahkan semua anak buah Raden Kartala, ia segera menyusul calon istrinya ke Gunung Parang. Namun ia sangat kecewa dan sedih, karena Nyai Pudak Arum tidak terdapat di tempat. Maka untuk mengetahui keberadaan calon istrinya, ia segera meminta bantuan gurunya Resi Saradea. Dengan ilmu kebatinan yang dimiliki oleh gurunya, Wangsa Suta
diiberi petunjuk bahwa sampai kapan pun tidak akan bertemu dengan Nyai Pudak Arum sebelum pedukuhan di kaki Gunung Parang banyak penduduknya.
“Suta, cucuku, kalau engkau ingin bertemu kembali dengan calon istrimu, ada syaratnya,” ujar Resi Saradea.
“Apa syaratnya, guru?”
“Engkau harus membuat pedukuhan di kaki gunung Parang. Nanti setelah pedukuhan tersebut ramai dikunjungi pendatang, maka engkau pun pasti akan bertemu dengan calon istrimu.”
Setelah mendapat petunjuk dari gurunya, kemudian Wangsa Suta pun mulai ngababakan (membuka lahan baru untuk perkampungan atau pedukuhan). Kemudian pedukuhan di kaki Gunung Parang itu pun, semakin hari semakin banyak penduduknya. Banyak pendatang langsung menetap dan membangun bumi (rumah) tinggal. Semakin lama menetap, para penduduk pun semakin betah dan menyukai pedukuhan yang subur dan banyak mata air tersebut. Akhirnya daerah tersebut dinamai oleh masyarakat setempat dengan sebutan suka di bumi, yang berarti senang tinggal di rumah dan senang menetap di tanah yang subur. Hal ini karena kata tanah dalam bahasa Sunda disebut juga dengan istilah atau kata bumi.
Tiga tahun kemudian, Wangsa Suta pun bertemu kembali dengan Nyai Pudak Arum. Mereka pun kemudian menikah, lalu hidup bahagia di sebuah pedukuhan. Mereka sangat menyenangi lingkungan dan tanah atau tempat tinggal yang didiaminya. Mereka suka pada bumi. Pendudukan sekitarnya menyebutnya sukabumi.
Atas penamaan daerah tersebut oleh penduduk, Wangsa Suta pun merestuinya. Bahkan seiring perkembangannya, daerah itupun kemudian berubah namanya menjadi Sukabumi seperti yang kita kenal hingga sekarang. **

Jangan lupa komengnya ya gan.
Bagi agan yang berbaik hati mohon cendolnya ya gan, he he
Diubah oleh andirahmadia 07-11-2015 02:25
elor68
elor68 memberi reputasi
1
6.9K
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan