Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dwielonAvatar border
TS
dwielon
Ratu Elizabeth I dan penantian sebuah jawaban
Sorry klo repost gan!

MENANTI SEBUAH JAWABAN...

Elizabeth I yang lahir 7 September 1533 merupakan anak dari Henry VIII dari istri keduanya, Anne Boleyn.
Empat puluh lima tahun pemerintahannya merupakan masa kemakmuran ekonomi, berkembangnya kesusastraan
dan munculnya Inggris jadi kekuatan armada laut utama di atas samudera. Tatkala Inggris tak lagi punya raja-raja yang menonjol, muncullah yang mengangkat Inggris ke jaman keemasan.

Henry VIII tutup usia tahun 1547 tatkala umur Elizabeth tiga belas tahun.
Edward VI, saudara tiri Elizabeth naik tahta di usia sembilan tahun pada 28 Januari 1547 namun meninggal pada saat berumur 15 tahun yakni pada 6 Juli 1553. Tahta kerajaan kemudian dipegang oleh saudari tiri Elzabeth yakni Mary I. Di bawah kekuasaan Mary I inilah kaum Kristen Protestan dikejar-kejar, ditangkap bahkan dibunuh sehingga Mary I dikenal sebagai Bloody Mary. Kekuasaan Mary I tidak berlangsung lama hanya dari Juli 1553 sampai meninggalnya pada 17 Nopember 1558.

Selanjutnya kekuasaan diturunkan pada Putri Elizabeth dengan gelar Elizabeth I. Ketika Elizabeth naik takhta pada tahun 1558 dalam usia 25 tahun, Inggris tidak saja diporakporandakan pertikaian agama tetapi juga nyaris bangkrut. Negara itu telah kehilangan daerah kekuasaannya yang terakhir di Prancis, dan Spanyol menjadi ancaman serius.

Problem pertama yang ia tangani adalah agama dengan mengambil keputusan untuk memulihkan reformasi dan mendirikan Gereja Inggris yang bukan Katolik dan juga bukan Protestan ekstrem. Dia menjadi gubernur tertinggi gereja (bukannya kepala tertinggi gereja) untuk menenangkan orang-orang yang tidak bisa menerima wanita sebagai kepala gereja. Selanjutnya, parlemen mengeluarkan undang-undang tentang Supremasi dan Persamaan dan disahkan tahun 1559 yang menetapkan kepercayaan dan kebiasaan Gereja Inggris, meskipun mempertahankan beberapa upacara Katolik.

Tanggal 5 July 1560 dia merampungkan Perjanjian Edinburgh yang menjamin penyelesaian damai dengan Skotlandia.

Karena Elizabeth mengikuti jalan keagamaan yang moderat, maka ada sebagian kalangan yang berkeinginan menggulingkan kekuasaannya.
Salah satu pengincarnya adalah sepupunya yang Katolik, Mary Stuart, yang bergelar Ratu Mary dari Skotlandia. Mary Stuart dianggap kaum Katolik di Eropa sebagai ahli waris tahta kerajaan yang sah. Tahun 1568, Mary Stuart dipaksa melepaskan takhta Skotlandia dan lari ke Inggris.
Sesampai di Inggris dia dijadikan tahanan rumah oleh Ratu Elizabeth.

Pada tahun 1570, Paus Pius V mengeluarkan surat resmi kepausan untuk mengucilkan Elizabeth dan memerintahkannya turun tahta. Paus berikutnya, Gregorius XIII, di tahun 1580 bertindak lebih jauh, dengan menyatakan bahwa menyerbu Inggris dan menyingkirkan sang ratu secara paksa bukanlah dosa. Situasinya semakin memuncak sewaktu rencana Anthony Babington untuk membunuh Elizabeth terbongkar dan Mary terlibat. Akhirnya, Elizabeth terpaksa membuat keputusan tentang Mary, dan karena didesak oleh parlemen, ia akhirnya menyetujui menjatuhkan hukuman mati bagi Mary yang dilaksanakan tanggal 8 Februari 1587.

Kaum Katolik di Eropa sangat marah mendengar kematian Mary Stuart terutama Raja Philip II dari Spanyol. Selain kematian Mary Stuart, bantuan Inggris kepada Belanda (yang sebagian besar penduduknya Kristen Protestan) saat melawan penjajah Spanyol, juga ikut menjadi pemicu ketegangan antar kedua negara.


Philip II (saat itu penguasa Katolik yang paling berpengaruh di Eropa) mempersiapkan armada besar berkekuatan sekitar 130 kapal. Armada ini direncanakan berlayar ke Belanda, mengangkut pasukan darat yang besar, lalu menyeberangi Selat Inggris untuk menyerbu Inggris. Sebelum armada itu dikerahkan sepenuhnya, rencana itu telah diketahui oleh mata-mata Inggris. Elizabeth mengutus Sir Francis Drake membawa 30 kapal ke Pelabuhan Cádiz di Spanyol dan menghancurkan sejumlah kapal penting sehingga persiapan armada itu tertunda selama satu tahun.

Ketika armada itu akhirnya meninggalkan pelabuhan pada tahun 1588, angkatan laut Inggris sudah siap. Meski diserang, armada Spanyol berhasil melintasi Selat Inggris tanpa terlalu banyak kerusakan dan berlabuh dekat Pelabuhan Calais di Prancis. Malam berikutnya, Inggris mengirim delapan kapal pembakar (kapal bermuatan bahan peledak dan bahan mudah terbakar lainnya yang dihanyutkan dalam keadaan terbakar untuk menghancurkan kapal-kapal musuh). Dalam keadaan panik, armada Spanyol tercerai-berai dan setelah pertempuran yang sengit, kapal-kapal mereka ditiup angin barat daya menjauhi Inggris menuju utara ke arah Skotlandia. Badai di sekitar Skotlandia dan pantai barat Irlandia menghancurkan separuh dari kapal-kapal Spanyol sementara sisanya kembali ke Spanyol.

Pada awal masa pemerintahan Elizabeth, Inggris tidak mempunyai daerah kekuasaan di luar negeri berbanding terbalik dengan Spanyol yang mendapat banyak kekayaan dari daerah jajahannya di Amerika Utara, Tengah dan Selatan. Melihat kekayaan Spanyol maka para penjelajah mulai mengarungi lautan untuk memperoleh kemasyhuran, kekayaan dan jalur perdagangan baru ke Tiongkok dan Timur Jauh. Sir Francis Drake menjadi kapten laut pertama yang berlayar menggunakan kapalnya sendiri mengelilingi dunia, menjarah kapal-kapal Spanyol yang mengangkut muatan berharga sewaktu ia berlayar ke pesisir barat Amerika Selatan dan Utara. Guna mencegah monopoli Spanyol di Dunia Baru, Sir Walter Raleigh melakukan upaya menjelajah ke pesisir Timur Amerika.

Meskipun upaya-upaya pendudukan awal itu gagal, Inggris sudah telanjur tertarik akan petualangan. Ketika armada laut Spanyol yang dianggap tak terkalahkan bisa ditaklukan, Inggris semakin yakin akan kekuatan maritimnya dan Elizabeth mendukung usaha dagang yang baru di belahan lain dunia di Asia Tenggara. Maka dimulailah Imperium Inggris yang kelak meliputi seluruh penjuru dunia.

Sementara itu, di Inggris, pendidikan digalakkan. Sekolah-sekolah baru yang dibuka memberi peluang bagi lebih banyak siswa untuk memperdalam dunia sastra. Rasa haus akan bacaan, dibarengi kemajuan dalam bidang percetakan, menghasilkan peningkatan besar-besaran dalam bidang intelektual. Inilah zamannya William Shakespeare dan dramawan hebat lainnya. Orang-orang berdatangan ke teater-teater yang baru dibuka untuk dihibur oleh drama-drama mereka. Para pujangga menulis puisi yang menggugah dan para komposer menggubah musik yang inovatif. Para seniman membuat lukisan yang indah dari sang ratu dan para pelayan istana. Terjemahan-terjemahan Alkitab yang baru mendapat tempat terhormat di gereja dan rumah-rumah.

Selama hidupnya Elizabeth I tidak pernah menikah sehingga dijuluki The Virgin Queen. Karena itulah, saat Sir Walter Raleigh merebut daerah di pesisir Timur Amerika maka untuk menghormati Elizabeth daerah tersebut diberi nama Virginia. Dari awal masa kekuasaan Elizabeth, ia diharapkan untuk segera menikah dan muncul pertanyaan mengenai siapa yang akan menjadi pasangan hidupnya. Namun, ia tidak pernah menikah, walaupun ia menerima banyak tawaran. Ia mempertimbangkan beberapa peminang hingga ia berusia sekitar lima puluh tahun.

Negosiasi pernikahan merupakan salah satu unsur utama dalam kebijakan luar negeri Elizabeth. Bagi Elizabeth, menikah bukanlah hanya bersatunya dua insan lain jenis, namun juga harus mempertimbangkan aspek politis yang menyertainya mengingat kedudukan dirinya sebagai ratu Inggris. Pada musim gugur tahun 1559, beberapa pelamar dari luar Inggris ingin meminang Elizabeth.

Awal tahun 1559, dia menolak pinangan Philip II dari Spanyol karena tahu bahwa tujuan sebenarnya adalah untuk menjadikan Elizabeth dan Inggris kembali beragama Katolik. Elizabeth juga mempertimbangkan pinangan Raja Eric XIV dari Swedia. Selain itu, dia mempertimbangkan pula lamaran Charles II Francis of Austria yang merupakan sepupu Philip II. Untuk memperkuat aliansi dengan Prancis, lamaran Alexandre Édouard de France (yang kemudian menjadi King Henry III of France) juga dipertimbangkan. Antara 1572 sampai 1581 dia mempertimbangkan untuk menikah dengan adik King Henry III of France yakni Hercule François (Francis Duke of Anjou) yang berusia 22 tahun lebih muda. Rencana pernikahan ini dibuat untuk membentuk aliansi melawan kekuatan Spanyol di selatan Belanda. Namun akhirnya semua lamaran tersebut ditolak. Pada musim semi tahun 1559, tampak jelas bahwa Elizabeth jatuh cinta kepada teman masa kecilnya, Robert Dudley. Namun, bangsawan konservatif lainnya menyatakan ketidaksetujuan mereka, bahkan ada rumor bahwa para bangsawan akan memberontak bila pernikahan tersebut berlangsung mengingat saat itu Dudley sudah menikah dengan Amy Robsart.

William Cecil, 1st Baron Burghley kepala penasihat ratu meninggal pada 4 August 1598 dan mewariskan posisinya pada anaknya Robert Cecil, 1st Earl of Salisbury. Robert Cecil segera menyiapkan penerus penguasa tahta kerajaan mengingat Elizabeth tak pernah menikah. Sesaat setelah kematian Elizabeth I pada 24 Maret 1603, Robert Cecil mengumumkan bahwa James VI of Scotland sebagai pemegang kekuasaan selanjutnya dengan gelar James I of England.

"...aku tak bisa luluhkan hatimu....
....dan aku tak bisa menyentuh cintamu..."
(PADI - Menanti Sebuah Jawaban)




Sumber tulisan :

http://en.wikipedia.org/wiki/Elizabe...h_I_of_England
http://id.wikipedia.org/wiki/Elizabe...I_dari_Inggris
http://media.isnet.org/iptek/100/Elizabeth1.html
http://wol.jw.org/en/wol/d/r25/lp-in/102010008

Sumber foto/gambar :

Diubah oleh dwielon 07-03-2015 10:36
0
4.7K
16
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan