Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

manenihAvatar border
TS
manenih
Complicated Problem
Halo semua, mohon maaf klo salah tempat, tapi saya rasa ini ga salah.. karena berhubungan dengan keluarga.. sangat complicated..

Saya mau curhat tentang betapa hancurnya keluarga saya.. sangat hancur.. saya juga nggak ngerti kenapa.. sebelum saya jabarkan tulisan yang panjang, perkenankan saya untuk sedikit memperkenalkan keluarga saya..

Kita 5 bersaudara..
1. Kakak perempuan (sudah menikah dan punya anak dan tinggal dirumah yang berbeda dengan kami)
2. Abang (laki-laki) juga sudah menikah dan tinggal berbeda dengan kami
3. Saya sendiri (bekerja diluar kota)
4. Adik perempuan saya (sedang dalam masa penyembuhan setelah menderita kanker otak)
5. Adik perempuan saya..
6. Orang tua kita sudah bercerai cukup lama.. belasan tahun lalu..

Kali ini saya minta saran dari semua agan/sista yang sudah menikah ataupun yang belum menikah untuk mengubah pandangan saya.. terus terang saya bingung harus mulai dari mana.. tapi akan saya coba, mohon maaf klo tidak beraturan..

Terus terang, kita lahir bukan dari keluarga menengah ke bawah.. klo boleh jujur kita termasuk keluarga kaya, rumah bertingkat tinggal di komplek, dan lain sebagainya.
Tapi sejak kecil kita hidup tidak tenang, orang tua kita mengajarkan kita peduli terhadap diri sendiri.. begitu juga saya melihat pola pikir orang-tua saya.. sejak kecil kita hidup penuh kekerasan (kakak saya yang perempuan, abang saya, saya sendiri tentu saja adik saya nomor 5 tidak terkecuali ibu saya, da nada pengecualian untuk adik saya nomor 4 (karena yang ini cenderung disukai dan sedikit patuh, pendiam dan klo ada masalah selalu dipendam).

Kita sebagai anak juga terpecah belah sejak kecil.. karena orang tua bercerai, anak juga “ikut bercerai”.. anak yang cenderung tidak patuh dan cenderung susah di atur oleh orang tua laki-laki, silahkan ikut ke orang tua perempuan.. jadilah kakak dan abang ikut ke orang tua perempuan..

Mereka berdua cenderung hidup agak susah, dan sedikit meminta bantuan dari sanak family untuk membantu mereka membiayai sekolahnya bahkan sampai kuliahnya.. karena berada pada pihak ibu.. mereka tidak mendapat “hak”nya sebagai anak dari orang tua laki-laki..

Saya dan kedua adik saya, hidup kecukupan tapi tidak dari segi moral..hidup tertekan, karena jarang diperbolehkan menjumpai orang-tua perempuan.. klopun mau berjumpa juga harus berbohong kepada orang-tua laki-laki..

Karena umur saya semakin menanjak remaja, dan juga menghindari dari pertikaian
orang-tua saya memilih SMA di luar kota.. sehingga saya tidak terbebani secara moral, karena hambatan untuk menjumpai orang-tua perempuan..

Setelah tamat sma, saya balik ke lingkup orang-tua laki-laki.. saya yang kuliah masih dianggap seperti anak kecil yang tidak tahu jalan pulang, pergi kesini lapor, kesana lapor, pulang juga harus tepat waktu, jelas seperti anak perempuan..

Beberapa kejadian kekerasan masih menghantui kita, kejadian adik perempuan nomor 5 dipukul oleh orang-tua laki-laki, saya berontak untuk mengatakan cukup jangan pukul lagi.. mendapat perlakuan yang kurang meng-enakkan juga bermanfaat buat saya.. kurang meng-enakkan karena saya diusir dari tempat tinggal orang-tua laki-laki disuruh tinggal di tempat orang-tua perempuan, bermanfaat buat saya karena saya terbebas dari syaitan yang terkutuk..

Dengan saya tinggal di tempat orang-tua perempuan juga mendapat tentangan dari ibu saya, karena menambah beban bagi ibu saya.. bagaimana dengan biaya kuliah saya ? dan bagaimana keperluan saya sehari-hari ? inilah yang membuat kuliah saya terbengkalai karena saya harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan saya..

Pada saat saya kuliah kakak dan abang saya, mereka sudah bekerja tapi tidak ada beban moral kepada adik-adiknya.. cenderung mengurus diri mereka sendiri.. dirumah saya juga terlibat konflik dengan abang saya, karena saya dituduh menghilangkan pedang kepunyaannya.. saya yang tidak tahu menahu tentang pedang itu.. dengan mudahnya menuduh ke saya, yang membuat saya kecewa karena ibu saya mendukungnya bukan mendukung saya, ataupun mencoba mendamaikan.. malah memperunyam masalah..

Dari situ saya mencoba berfikir bahwa beginilah pola pikir ibu saya.. tidak memihak ataupun mendamaikan.. saya pun mengangkat sedikit demi sedikit pakaian saya ke tempat tinggal teman saya.. tinggal beberapa tahun disitu sampai alergi pulang kerumah.. ngapain pulang.. ga dianggap..

Saya hidup dengan segala keterbatasan, persis seperti anak jalanan, makanan nasi tak pasti, asam lambung meninggi sehingga setiap hari pusing karena kekurangan makanan, maklum Cuma makan biscuit.. kerja sampingan untuk memenuhi kehidupan pribadi dan juga membiayai kuliah.. walaupun sempat keteteran tapi tamat dengan dibantu dari oleh orang-tua laki-laki karena bantuan dari adik-adik saya disana..

Adik saya nomor 5, kuliah di kedokteran, sedangkan nomor 4 kuliah di fakultas hukum. Yang nomor 4 dan 5 hidup penuh dengan tekanan mental dan moral dengan cacian makian dari orang-tua laki-laki tapi di tahan supaya dapat menamatkan kuliahnya.. nomor 5 selesai menjadi sarjana, tapi putus ditengah jalan pada masa koas, karena konflik dengan orang-tua laki-laki, yang nomor 4 tidak selesai kuliahnya karena penyakit yang dideritanya, kanker otak.. setelah dioperasi, kemoterapi di KL badannya seperti orang stroke.. tangan dan kaki sebelah kirinya ga bisa digerakkan, tapi sekarang sudah mulai-mulai menampakkan hasil yang positif.

Adik saya nomor 5 putus di koasnya di tengah jalan karena orang-tua laki-laki juga mengusirnya tapi saya kurang tau detail permasalahan yang terjadi, bisa jadi pernah diceritakan ke saya tapi saya lupa.. tinggal lah dia di tempat orang tua perempuan tapi apa daya, ternyata disitu juga sama aja, bertekanan mental dan moral.. orang tua perempuannya tau marah saja.. mungkin stress karena bebannya terus bertambah..

Orang tua laki-laki juga tidak bertanggung jawab dengan tidak membiayai koasnya.. terhenti ditengah jalan.. dengan ketidakpastian.. orang tua perempuan dan abang juga membujuknya untuk kembali ke orang tua laki-laki agar koasnya dapat dilanjutkan, tetapi apakah sanggup apabila kejadian yang sama terjadi kembali ? sanggup kah kita menahan malu ? dengan tekanan moral yang terus membayangi.. sehingga dapat membahayakan pasien koasnya..

Keputus-asaan dan ketidakpastian masa depan..

Di lain sisi dia juga ingin bekerja tapi apa daya, ijazah ditahan orang tua laki-laki.. karena orang tua laki-laki mengaku berhak menahan ijazahnya karena dia lah yang membiayai kuliahnya..

Dia juga punya pacar, malah pacarnya memaksa orang tuanya untuk bertemu dengan orang tua laki-laki kita untuk meminang adik saya, agar tekanan batinnya berkurang.. tapi apa daya orang tua laki-laki kami tak memberi jawaban, malah dengan jawaban yang mengejutkan sekali buat saya.. “kalau dia mau menikah silahkan kembalikan seluruh biaya kuliah yang saya keluarkan” klo saya punya uang tentu sudah saya bayar lunas.. dan juga hanya di-ijinkan bertunangan saj, tapi itupun tak kunjung tiba...

Dari segi keluarga tidak ada satupun yang mendukungnya sama seperti tidak ada dukungan terhadap saya pada sebelumnya..

Kakak perempuan sudah bekerja, suaminya juga bekerja tapi tidak punya sedikit inisiatif pun untuk membantu adiknya.. tapi seperti yang saya katakana sebelumnya kita dididik yang perduli ke diri masing-masing *menurut saya..

Ibu saya sepertinya punya kecenderungan peduli ke dirinya sendiri dan sodara dari pihaknya daripada anaknya sendiri.. dilihat beberapa kasus..

Adik yang nomor 4 punya kecenderungan seperti itu.. peduli ke pribadinya sendiri dengan mengabaikan diri orang lain dengan alasan penyakitnya..

Terus terang, saya sangat ingin membantu adik saya yang nomor 5, ke dekatan kita, kepedulian kita apapun itu kita merasa dekat walaupun secara verbal dia kurang sopan terhadap saya..

Terus terang kepedulian terhadapnya melebihi apapun.. saya terkadang suka ngirim uang kepadanya untuk sekedar uang jajannya karena nggak dapat subsidi dari keluarga..
saya semakin ga respect terhadap orang tua saya, kakak perempuan saya dan adik saya nomor 4.

Disatu sisi siapa yang harus saya bela ?

Apakah saya perlu mem-black-list mereka ? atau kah apa yang harus saya lakukan ?

Terus terang saya juga bingung menulis ini, karena masalah yang sangat complicated sekali..

Thanks emoticon-rose
tata604
tata604 memberi reputasi
1
3.9K
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan