- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
GARA GARA TIDAK HORMAT MALAH DI DORRR ( aparat koplak )
TS
pemecahSuasana
GARA GARA TIDAK HORMAT MALAH DI DORRR ( aparat koplak )
terjadi lagi arogansi aparat terhadap wong cilik,,kenapa harus terjdi demikian..aparat yang menjaga mengayomi malah selalu membuat masyrakat resah..menakuti orang kecil dengan pistolnya..selalu terjadi dan terjadi SAMPAI KAPAN WONG CILIK TERUS DI TINDAS
langsung ajah tanpa basa basi takunya enar malah jadi basi
INDHNYA SALING BERBAGI
karna banyak yang minta kelanjutan kasus ini ane tambahin beritanya
REPUBLIKA.CO.ID, SEMANGGI -- Kepolisian Daerah Metro Jaya hingga kini masih melakukan pemeriksaan kepada Oknum Brimob berinisial W yang menembak warga sipil yang bekerja sebagai satpam di Jakarta Barat, Selasa (5/11), malam.
Sejumlah keterangan sudah dikantongi pihak kepolisian untuk menjerat oknum tersebut ke ranah pidana. Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto mengatakan, pihaknya segera memproses dan mengusut tuntas kasus tersebut.
Rikwanto melanjutkan, dari keterangan pelaku dan empat saksi, kronologi penembakan berawal dari oknum anggota Brimob yang melintas di lokasi kejadian, di Ruko Galaxi No 30-31 Blok L Kompleks 1000 Ruko, Cengkareng, Jakarta Barat, Selasa (5/11), sekitar pukul 18.30 WIB.
Hanya, korban saat itu tidak ada di lokasi. Oknum Brimob pun mencarinya dan menunggu, namun korban tidak juga muncul. Korban pun datang.
Pelaku sempat menyuruh korban untuk memberi hormat yang ditolak oleh korban. Oknum Brimob berpangkat brigadir ini pun menyuruh korban "push up" namun Bachrudin menolak permintaan WAN karena merasa tidak bersalah.
''Oknum W bertanya kepada korban perihal tidak adanya korban di posnya, ternyata korban sedang buang air kecil,'' kata dia, Rabu (6/11).
Tidak disangka, korban menolak yang membuat pelaku berang. ''Sambil mengomel, pelaku mencari senjata, mengeluarkannya dan menodongnya ke arah korban,'' kata Rikwanto.
Niat pelaku awalnya hanya menakut-nakuti korban agar dia tidak menuruti kesalahannya. Pelaku pun menarik pelatuk. Senjata yang dikira kosong atau tanpa peluru oleh pelaku ternyata meletus mengenai dada kiri korban.
Korban ambruk dan tewas. Rikwanto mengatakan, setelah kejadian itu, pelaku panik dan pulang ke Mako Brimob di Kelapa dua. ''Di sana ia menceritakan kejadian ini dan menyerahkan diri, ia mengakui perbuatannya,'' kata dia.
Polisi yang melakukan olah lokasi kejadian menemukan sebuah proyektil dari senjata Revolver milik pelaku. Setelah diinterogasi, ada tiga peluru di dalam senjata pelaku, dan pelaku mengakui salah terka yang dikira peluru tersebut tidak meletus.
buat yg minta foto tersangka belom beredargan nanti kita sambung lagi yang terbarunya
langsung ajah tanpa basa basi takunya enar malah jadi basi
Spoiler for TKP:
Satpam yang Ditembak Brimob Baru Bertugas 3 Bulan
Spoiler for ISI:
JAKARTA, KOMPAS.com — Sebelum menembak Bachrudin (30), seorang petugas keamanan di Ruko Seribu, Taman Palem Lestari, Cengkareng, Jakarta Barat, oknum Brimob Polri Briptu W dikenal oleh satpam-satpam lain di kompleks ruko tersebut. Korban adalah anggota satpam baru di kompleks tersebut.
Pelaku selama ini merasa bahwa dialah yang memegang kuasa di kawasan itu dan meminta kepada semua satpam patuh kepadanya.
"Pelaku ini sudah sering kemari dan mengenal para security lainnya. Saat pelaku melintas, korban yang sedang duduk-duduk di depan sebuah ruko tidak hormat dan dipanggil oleh pelaku," kata Kepala Polsek Metro Cengkareng Komisaris Muhammad Iqbal di lokasi kejadian, Selasa (5/11/2013) malam.
Pelaku marah besar kepada Bachrudin. Ia pun meminta kepada Bahrudin untuk push up sebagai hukuman. Bachrudin menolak. Pelaku kemudian menodongkan pistol dan menembak dada kiri Bachrudin hingga tembus ke bagian belakang.
"Jarak tembakan sekitar setengah meter. Korban terjatuh dan seketika meninggal di tempat. Kami amankan sebuah proyektil yang menembus dada kiri hingga belakang," kata Iqbal.
Korban ditembak di depan ruko kantor Panin Bank berjarak sekitar 100 meter dari Pintu III Ruko Seribu. Darah segar masih tercecer di lokasi. Pada pukul 21.30 WIB, korban dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk diotopsi.
Lorent (22), rekan korban sesama anggota satpam, mengatakan, korban merupakan anggota satpam yang baru tiga bulan bekerja di ruko tersebut. Hal tersebut membuat korban tidak takut kepada pelaku dan menolak untuk memberi hormat.
Pelaku selama ini merasa bahwa dialah yang memegang kuasa di kawasan itu dan meminta kepada semua satpam patuh kepadanya.
"Pelaku ini sudah sering kemari dan mengenal para security lainnya. Saat pelaku melintas, korban yang sedang duduk-duduk di depan sebuah ruko tidak hormat dan dipanggil oleh pelaku," kata Kepala Polsek Metro Cengkareng Komisaris Muhammad Iqbal di lokasi kejadian, Selasa (5/11/2013) malam.
Pelaku marah besar kepada Bachrudin. Ia pun meminta kepada Bahrudin untuk push up sebagai hukuman. Bachrudin menolak. Pelaku kemudian menodongkan pistol dan menembak dada kiri Bachrudin hingga tembus ke bagian belakang.
"Jarak tembakan sekitar setengah meter. Korban terjatuh dan seketika meninggal di tempat. Kami amankan sebuah proyektil yang menembus dada kiri hingga belakang," kata Iqbal.
Korban ditembak di depan ruko kantor Panin Bank berjarak sekitar 100 meter dari Pintu III Ruko Seribu. Darah segar masih tercecer di lokasi. Pada pukul 21.30 WIB, korban dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk diotopsi.
Lorent (22), rekan korban sesama anggota satpam, mengatakan, korban merupakan anggota satpam yang baru tiga bulan bekerja di ruko tersebut. Hal tersebut membuat korban tidak takut kepada pelaku dan menolak untuk memberi hormat.
Spoiler for FOTO:
INDHNYA SALING BERBAGI
karna banyak yang minta kelanjutan kasus ini ane tambahin beritanya
Spoiler for new:
Liputan6.com, Jakarta : Setelah diotiopsi di RSCM, Jakarta, jenazah Bachrudin, satpam yang ditembak anggota Brimob dibawa ke rumah duka di Kunciran Indah, Kampung, Bojong, Ciledug, Tangerang Kota. Bacrudin tewas di Ruko Blok L Galaxy Cengkareng, Jakarta Barat setelah timah panas menembus dada sebelah kiri.
Berita Terkait
Polisi: Gunakan Senpi Dinas, Brimob Tembak Satpam Cengkareng
Polisi: Gunakan Senpi Dinas, Brimob Tembak Satpam Cengkareng
`Brimob dan Satpam Tewas di Cengkareng Sudah Saling Kenal`
`Brimob dan Satpam Tewas di Cengkareng Sudah Saling Kenal`
"Jenazah malam ini kita akan bawa ke rumah keluarga dulu. Mungkin sekitar pukul 03.00 WIB," kata kakak korban, Bahroji, saat ditemui di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat, Rabu (6/11/2013) dini hari.
Oji, begitu ia disapa, menambahkan, usai disemayamkan di rumah keluarga, jenazah adiknya itu akan dimakamkan pada Rabu (6/11/2013) siang di Tempat Pemakaman Umum (TPU) tak jauh dari rumahnya.
"Insya Allah besok bisa dimakamin di Kunciran Indah, Kampung Bojong, Ciledug. Insya Allah habis salat Dzuhur sudah bisa dimakamkan," tutup Oji.
Bachrudin (30), tewas setelah peluru panas menembus bagian dada sebelah kiri pada pukul 18.30 WIB. Kejadian bermula saat pelaku yang berinisal W marah saat korban menolak hormat saat Briptu W melintas di kompleks ruko. Pelaku sendiri selama ini merasa pemegang kuasa di kawasan itu dan meminta semua satpam agar patuh kepadanya.
"Pelaku ini sudah sering kemari dan mengenal para security lainnya. Saat pelaku melintas, korban yang sedang duduk-duduk di depan sebuah ruko tidak hormat dan dipanggil oleh pelaku," terang Kapolsek Cengkareng Kompol Muhammad Iqbal di Tempat Kejadian Perkara (TKP), sesaat setelah penembakan terjadi.
Lantaran korban tak mematuhi perintah, pelaku pun murka. Pelaku meminta kepada Bachrudin untuk push-up sebagai hukuman. Bachrudin menolak. Pelaku kemudian menodongkan pistol dan menembak dada kiri korban hingga tembus ke bagian belakang.
"Jarak tembakan sekitar setengah meter. Korban terjatuh dan seketika meninggal di tempat. Kami amankan sebuah proyektil yang menembus dada kiri hingga belakang," tukas Iqbal. (Ali)
Berita Terkait
Polisi: Gunakan Senpi Dinas, Brimob Tembak Satpam Cengkareng
Polisi: Gunakan Senpi Dinas, Brimob Tembak Satpam Cengkareng
`Brimob dan Satpam Tewas di Cengkareng Sudah Saling Kenal`
`Brimob dan Satpam Tewas di Cengkareng Sudah Saling Kenal`
"Jenazah malam ini kita akan bawa ke rumah keluarga dulu. Mungkin sekitar pukul 03.00 WIB," kata kakak korban, Bahroji, saat ditemui di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat, Rabu (6/11/2013) dini hari.
Oji, begitu ia disapa, menambahkan, usai disemayamkan di rumah keluarga, jenazah adiknya itu akan dimakamkan pada Rabu (6/11/2013) siang di Tempat Pemakaman Umum (TPU) tak jauh dari rumahnya.
"Insya Allah besok bisa dimakamin di Kunciran Indah, Kampung Bojong, Ciledug. Insya Allah habis salat Dzuhur sudah bisa dimakamkan," tutup Oji.
Bachrudin (30), tewas setelah peluru panas menembus bagian dada sebelah kiri pada pukul 18.30 WIB. Kejadian bermula saat pelaku yang berinisal W marah saat korban menolak hormat saat Briptu W melintas di kompleks ruko. Pelaku sendiri selama ini merasa pemegang kuasa di kawasan itu dan meminta semua satpam agar patuh kepadanya.
"Pelaku ini sudah sering kemari dan mengenal para security lainnya. Saat pelaku melintas, korban yang sedang duduk-duduk di depan sebuah ruko tidak hormat dan dipanggil oleh pelaku," terang Kapolsek Cengkareng Kompol Muhammad Iqbal di Tempat Kejadian Perkara (TKP), sesaat setelah penembakan terjadi.
Lantaran korban tak mematuhi perintah, pelaku pun murka. Pelaku meminta kepada Bachrudin untuk push-up sebagai hukuman. Bachrudin menolak. Pelaku kemudian menodongkan pistol dan menembak dada kiri korban hingga tembus ke bagian belakang.
"Jarak tembakan sekitar setengah meter. Korban terjatuh dan seketika meninggal di tempat. Kami amankan sebuah proyektil yang menembus dada kiri hingga belakang," tukas Iqbal. (Ali)
Spoiler for curhat si istri korban:
WARTA KOTA, TANGERANG - Raut sedih masih jelas terlihat di wajah Marlina (42), istri almarhum Bachruddin (45), petugas keamanan yang tewas ditembak oknum anggota Brimob. Marlina masih terpukul dengan kematian suaminya yang tiba-tiba.
Seorang anggota Brimob bernama Briptu Wawan telah menembak Bachruddin di Galaxy Ruko Seribu, Cengkareng, Jakarta Barat, Selasa (5/11/2013).
Ditemui di kediaman kakak iparnya yang sederhana di Jalan H. Jarin, Kunciran Indah, Pinang, Tangerang Kota, Rabu (6/11/2013) Marlina tampak lebih sering termenung saat menerima tamu pelayat yang datang.
"Bapak itu tulang punggung keluarga," ujar Marlina seraya terisak tak kuasa menahan linangan air matanya.
Di sela tangisnya, ia menuturkan bahwa keluarganya itu baru saja mendapat kebahagiaan ketika sang suami akhirnya mendapat pekerjaan tetap sebagai seorang penjaga keamanan di Galaxy Ruko Seribu, Cengkareng, Jakarta Barat.
Sebelumnya untuk menghidupi keluarganya, Bachruddin harus bekerja serabutan sebagai seorang penjaga lahan kosong milik seorang kaya, membantu tetangga-tetangga, dan terkadang menarik ojek di sela-sela waktunya.
Dari kerja serabutan itulah almarhum Bachruddin menghidupi Marlina, beserta kedua anaknya Diana Putri (17) dan Adam (15) yang saat ini masih duduk di bangku sekolah menengah kejuruan.
Untuk membantu ekonomi keluarga, Marlina juga enam bulan belakangan bekerja di sebuah toko tas di bilangan Tanah Abang dengan pendapatan yang seadanya.
"Penghasilan saya cuma 30.000 sehari, paling besar Rp 50.000," tuturnya lirih.
Nasib baik akhirnya menemui keluarga mereka, saat sekitar bulan Agustus lalu seorang teman almarhum datang menawarkan pekerjaan sebagai penjaga keamanan.
Meskipun penghasilannya tak seberapa, hanya Rp 1.050.000 menurut pengakuan Marlina, pekerjaan tersebut diterima keluarga kecil itu dengan suka cita.
Bachruddin pun bekerja keras sebagai seorang penjaga keamanan yang waktu kerjanya tak tentu dan gaji seadanya.
Di saat sang suami lelah dengan pekerjaannya, Marlina dengan sabar mendengarkan keluhannya dan memberikan semangat kepadanya.
"Kadang bapak suka bilang, capek Mah kerjanya, tapi saya selalu kasih semangat, karena ini kan untuk keluarga," imbuhnya.
Pulang malam
Kemudian datanglah hari naas itu. Pagi di hari Bachruddin tertembak, Selasa (5/11/2013), Bachruddin sempat mengantarkan Marlina ke Tanah Abang untuk bekerja. Kepada sang istri, Bachruddin mengatakan hari ini akan pulang malam.
Tak ada kesan atau firasat apapun di pagi itu, Marlina hanya berpesan kepada suaminya untuk menjaga kesehatan dan berhati-hati saat bertugas.
Setelah itu Bachruddin kemudian melanjutkan perjalanan menuju Cengkareng di tempatnya bekerja sebagaimana biasa.
Malam harinya, Marlina bersama kedua anaknya mulai khawatir ketika sampai dengan pukul 21.00 sang suami belum juga pulang ke rumah kontrakan mereka di Batusari, Jakarta Barat.
Tidak biasanya Bachruddin pulang telat dan tidak memberi kabar apa-apa. Dihubungi lewat telpon dan SMS Bachruddin tak juga menjawab sehingga membuat Marlina semakin waswas.
"Biasanya bapak paling telat pulang jam 21.30, itu juga selalu ngasih kabar," kenangnya.
Sekitar pukul 22.00, Bachroji kakak kandung suaminya, datang ke rumah kontrakannya. Saat itu dia tidak mengatakan apa-apa soal musibah yang menimpa Bachruddin.
Bachroji hanya mengajak Marlina dan kedua anaknya untuk ke rumahnya di kawasan Kunciran Indah, Pinang, Tangerang Kota.
Saat itu Marlina mulai curiga karena raut muka kakak iparnya itu memang tidak seperti biasa, sampai kemudian ketika tiba di kediaman kakak iparnya, ternyata sudah banyak orang berkumpul. Di sanalah kemudian ia diberitahu bahwa suaminya menjadi korban penembakan dan tewas di tempat.
"Saya langsung lemas, sempat pingsan nggak ingat apa-apa," imbuhnya.
Setelah siuman, Marlina memberanikan diri melihat tayangan televisi untuk memastikan bahwa suaminya memang menjadi korban tembak.
Saat melihat tayangan televisi dan melihat sepeda motor suaminya teronggok di layar kaca Marlina kembali histeris dan menangis sejadi-jadinya.
Tolak beri hormat
Kepedihan Marlina semakin bertambah saat mengetahui suaminya ditembak hanya karena menolak memberikan hormat kepada seorang oknum anggota Brimob yang diketahui memang kerap membuat ulah di tempat suaminya bekerja.
"Kata teman-temannya bapak, dia (pelaku) memang rese," ujar Marlina.
Marlina mengaku ia belum bisa sepenuhnya menerima kepergian suaminya, apalagi Bachruddin meninggal akibat insiden penembakan yang disebabkan hal sepele.
"Ikhlas nggak ikhlas Mas. Yang jelas kita mau pelaku dihukum sesuai aturan yang berlaku dan seberat-beratnya," katanya.
Saat ini jenazah Bachruddin telah dimakamkan di TPU Karet Bivak sesuai keinginan almarhum. Menurut Marlina, suaminya pernah berpesan jika dirinya meninggal ingin dimakamkan di dekat makam ibunya di TPU Karet Bivak.
Sepeninggal suaminya, Marlina mengaku bingung membiayai kehidupan keluarganya. Apalagi dua anaknya saat ini masih memerlukan biaya untuk sekolah.
"Bingung saya, bayar kontrakan aja udah Rp 800.000, belum biaya makan sehari-hari dan sekolah anak-anak," ujarnya dengan suara lirih.
Seorang anggota Brimob bernama Briptu Wawan telah menembak Bachruddin di Galaxy Ruko Seribu, Cengkareng, Jakarta Barat, Selasa (5/11/2013).
Ditemui di kediaman kakak iparnya yang sederhana di Jalan H. Jarin, Kunciran Indah, Pinang, Tangerang Kota, Rabu (6/11/2013) Marlina tampak lebih sering termenung saat menerima tamu pelayat yang datang.
"Bapak itu tulang punggung keluarga," ujar Marlina seraya terisak tak kuasa menahan linangan air matanya.
Di sela tangisnya, ia menuturkan bahwa keluarganya itu baru saja mendapat kebahagiaan ketika sang suami akhirnya mendapat pekerjaan tetap sebagai seorang penjaga keamanan di Galaxy Ruko Seribu, Cengkareng, Jakarta Barat.
Sebelumnya untuk menghidupi keluarganya, Bachruddin harus bekerja serabutan sebagai seorang penjaga lahan kosong milik seorang kaya, membantu tetangga-tetangga, dan terkadang menarik ojek di sela-sela waktunya.
Dari kerja serabutan itulah almarhum Bachruddin menghidupi Marlina, beserta kedua anaknya Diana Putri (17) dan Adam (15) yang saat ini masih duduk di bangku sekolah menengah kejuruan.
Untuk membantu ekonomi keluarga, Marlina juga enam bulan belakangan bekerja di sebuah toko tas di bilangan Tanah Abang dengan pendapatan yang seadanya.
"Penghasilan saya cuma 30.000 sehari, paling besar Rp 50.000," tuturnya lirih.
Nasib baik akhirnya menemui keluarga mereka, saat sekitar bulan Agustus lalu seorang teman almarhum datang menawarkan pekerjaan sebagai penjaga keamanan.
Meskipun penghasilannya tak seberapa, hanya Rp 1.050.000 menurut pengakuan Marlina, pekerjaan tersebut diterima keluarga kecil itu dengan suka cita.
Bachruddin pun bekerja keras sebagai seorang penjaga keamanan yang waktu kerjanya tak tentu dan gaji seadanya.
Di saat sang suami lelah dengan pekerjaannya, Marlina dengan sabar mendengarkan keluhannya dan memberikan semangat kepadanya.
"Kadang bapak suka bilang, capek Mah kerjanya, tapi saya selalu kasih semangat, karena ini kan untuk keluarga," imbuhnya.
Pulang malam
Kemudian datanglah hari naas itu. Pagi di hari Bachruddin tertembak, Selasa (5/11/2013), Bachruddin sempat mengantarkan Marlina ke Tanah Abang untuk bekerja. Kepada sang istri, Bachruddin mengatakan hari ini akan pulang malam.
Tak ada kesan atau firasat apapun di pagi itu, Marlina hanya berpesan kepada suaminya untuk menjaga kesehatan dan berhati-hati saat bertugas.
Setelah itu Bachruddin kemudian melanjutkan perjalanan menuju Cengkareng di tempatnya bekerja sebagaimana biasa.
Malam harinya, Marlina bersama kedua anaknya mulai khawatir ketika sampai dengan pukul 21.00 sang suami belum juga pulang ke rumah kontrakan mereka di Batusari, Jakarta Barat.
Tidak biasanya Bachruddin pulang telat dan tidak memberi kabar apa-apa. Dihubungi lewat telpon dan SMS Bachruddin tak juga menjawab sehingga membuat Marlina semakin waswas.
"Biasanya bapak paling telat pulang jam 21.30, itu juga selalu ngasih kabar," kenangnya.
Sekitar pukul 22.00, Bachroji kakak kandung suaminya, datang ke rumah kontrakannya. Saat itu dia tidak mengatakan apa-apa soal musibah yang menimpa Bachruddin.
Bachroji hanya mengajak Marlina dan kedua anaknya untuk ke rumahnya di kawasan Kunciran Indah, Pinang, Tangerang Kota.
Saat itu Marlina mulai curiga karena raut muka kakak iparnya itu memang tidak seperti biasa, sampai kemudian ketika tiba di kediaman kakak iparnya, ternyata sudah banyak orang berkumpul. Di sanalah kemudian ia diberitahu bahwa suaminya menjadi korban penembakan dan tewas di tempat.
"Saya langsung lemas, sempat pingsan nggak ingat apa-apa," imbuhnya.
Setelah siuman, Marlina memberanikan diri melihat tayangan televisi untuk memastikan bahwa suaminya memang menjadi korban tembak.
Saat melihat tayangan televisi dan melihat sepeda motor suaminya teronggok di layar kaca Marlina kembali histeris dan menangis sejadi-jadinya.
Tolak beri hormat
Kepedihan Marlina semakin bertambah saat mengetahui suaminya ditembak hanya karena menolak memberikan hormat kepada seorang oknum anggota Brimob yang diketahui memang kerap membuat ulah di tempat suaminya bekerja.
"Kata teman-temannya bapak, dia (pelaku) memang rese," ujar Marlina.
Marlina mengaku ia belum bisa sepenuhnya menerima kepergian suaminya, apalagi Bachruddin meninggal akibat insiden penembakan yang disebabkan hal sepele.
"Ikhlas nggak ikhlas Mas. Yang jelas kita mau pelaku dihukum sesuai aturan yang berlaku dan seberat-beratnya," katanya.
Saat ini jenazah Bachruddin telah dimakamkan di TPU Karet Bivak sesuai keinginan almarhum. Menurut Marlina, suaminya pernah berpesan jika dirinya meninggal ingin dimakamkan di dekat makam ibunya di TPU Karet Bivak.
Sepeninggal suaminya, Marlina mengaku bingung membiayai kehidupan keluarganya. Apalagi dua anaknya saat ini masih memerlukan biaya untuk sekolah.
"Bingung saya, bayar kontrakan aja udah Rp 800.000, belum biaya makan sehari-hari dan sekolah anak-anak," ujarnya dengan suara lirih.
Spoiler for kronologi:
REPUBLIKA.CO.ID, SEMANGGI -- Kepolisian Daerah Metro Jaya hingga kini masih melakukan pemeriksaan kepada Oknum Brimob berinisial W yang menembak warga sipil yang bekerja sebagai satpam di Jakarta Barat, Selasa (5/11), malam.
Sejumlah keterangan sudah dikantongi pihak kepolisian untuk menjerat oknum tersebut ke ranah pidana. Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto mengatakan, pihaknya segera memproses dan mengusut tuntas kasus tersebut.
Rikwanto melanjutkan, dari keterangan pelaku dan empat saksi, kronologi penembakan berawal dari oknum anggota Brimob yang melintas di lokasi kejadian, di Ruko Galaxi No 30-31 Blok L Kompleks 1000 Ruko, Cengkareng, Jakarta Barat, Selasa (5/11), sekitar pukul 18.30 WIB.
Hanya, korban saat itu tidak ada di lokasi. Oknum Brimob pun mencarinya dan menunggu, namun korban tidak juga muncul. Korban pun datang.
Pelaku sempat menyuruh korban untuk memberi hormat yang ditolak oleh korban. Oknum Brimob berpangkat brigadir ini pun menyuruh korban "push up" namun Bachrudin menolak permintaan WAN karena merasa tidak bersalah.
''Oknum W bertanya kepada korban perihal tidak adanya korban di posnya, ternyata korban sedang buang air kecil,'' kata dia, Rabu (6/11).
Tidak disangka, korban menolak yang membuat pelaku berang. ''Sambil mengomel, pelaku mencari senjata, mengeluarkannya dan menodongnya ke arah korban,'' kata Rikwanto.
Niat pelaku awalnya hanya menakut-nakuti korban agar dia tidak menuruti kesalahannya. Pelaku pun menarik pelatuk. Senjata yang dikira kosong atau tanpa peluru oleh pelaku ternyata meletus mengenai dada kiri korban.
Korban ambruk dan tewas. Rikwanto mengatakan, setelah kejadian itu, pelaku panik dan pulang ke Mako Brimob di Kelapa dua. ''Di sana ia menceritakan kejadian ini dan menyerahkan diri, ia mengakui perbuatannya,'' kata dia.
Polisi yang melakukan olah lokasi kejadian menemukan sebuah proyektil dari senjata Revolver milik pelaku. Setelah diinterogasi, ada tiga peluru di dalam senjata pelaku, dan pelaku mengakui salah terka yang dikira peluru tersebut tidak meletus.
buat yg minta foto tersangka belom beredargan nanti kita sambung lagi yang terbarunya
Diubah oleh pemecahSuasana 07-11-2013 05:30
0
5K
Kutip
79
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan