- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Tes Keperawanan ?
TS
hudheta
Tes Keperawanan ?
Quote:
Quote:
Semakin banyak tokoh masyarakat maupun lembaga-lembaga menolak wacana dari Dinas Pendidikan Kota Prabumulih, Sumatera Selatan, yang ingin memasukkan tes keperawanan dalam penerimaan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat pada 2014 nanti.
Penolakan itu, misalnya datang dari Komisi Nasional Anti Kekerasan (KomNas) Perempuan. Hal tersebut diutarakan Ketua Sub Komisi Reformasi Hukum dan Kebijakan pada Komnas Perempuan, Kunthi Tridewiyanti. Dia menyatakan, pihaknya menolak keras wacana tersebut.
Menurut Konthi, tes keperawanan merupakan bentuk kekerasan seksual terhadap perempuan, dan bertentangan dengan konstitusi. Kunthi menilai tindakan tersebut merendahkan derajat, martabat manusia dan bersifat diskriminatif terhadap perempuan.
"Tes keperawanan juga dapat berimplikasi memutus masa depan anak perempuan karena tidak dapat melanjutkan pendidikan dan hidup dalam stigma negatif di dalam masyarakat. Mereka lupa, tes keperawanan ini sama saja melanggar konstitusi," ujar Kunthi Tridewiyanti di kantornya, Jalan Latuharhary, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (22/8).
Kunthi melanjutkan, wacana yang digulirkan oleh aparat pemerintah legislatif maupun eksekutif di daerah tersebut, sebangun dengan kebijakan diskriminatif atas nama agama dan moralitas yang terus bertambah jumlahnya sejak 1999, ketika otonomi daerah mulai bergulir.
Untuk itu Kunthi berharap pada saat Pemilihan Legislatif 2014 nanti masyarakat bisa lebih cermat memilih calon wakilnya yang akan duduk di kursi legislatif.
"Hal ini bisa dijadikan pelajaran lagi nantinya pada saat Pemilihan 2014, mudah-mudahan masyarakat bisa lebih jeli lagi memilih orang-orang yang akan duduk di anggota legislatif harus punya perspektif HAM dan gender."
Sebelumnya, kabar tentang kebijakan ini berasal dari Kepala Dinas Pendidikan Kota Prabumulih, H M Rasyid. Dia mengatakan sedang mengajukan anggaran Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2014 untuk kebijakan tes keperawanan bagi calon siswa SMA.
Meski Rasyid mengakui, kebijakan ini bakal menuai kecaman, ia yakin itu adalah langkah jitu menekan maraknya kasus prostitusi yang diduga melibatkan siswa di daerahnya.
Penolakan itu, misalnya datang dari Komisi Nasional Anti Kekerasan (KomNas) Perempuan. Hal tersebut diutarakan Ketua Sub Komisi Reformasi Hukum dan Kebijakan pada Komnas Perempuan, Kunthi Tridewiyanti. Dia menyatakan, pihaknya menolak keras wacana tersebut.
Menurut Konthi, tes keperawanan merupakan bentuk kekerasan seksual terhadap perempuan, dan bertentangan dengan konstitusi. Kunthi menilai tindakan tersebut merendahkan derajat, martabat manusia dan bersifat diskriminatif terhadap perempuan.
"Tes keperawanan juga dapat berimplikasi memutus masa depan anak perempuan karena tidak dapat melanjutkan pendidikan dan hidup dalam stigma negatif di dalam masyarakat. Mereka lupa, tes keperawanan ini sama saja melanggar konstitusi," ujar Kunthi Tridewiyanti di kantornya, Jalan Latuharhary, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (22/8).
Kunthi melanjutkan, wacana yang digulirkan oleh aparat pemerintah legislatif maupun eksekutif di daerah tersebut, sebangun dengan kebijakan diskriminatif atas nama agama dan moralitas yang terus bertambah jumlahnya sejak 1999, ketika otonomi daerah mulai bergulir.
Untuk itu Kunthi berharap pada saat Pemilihan Legislatif 2014 nanti masyarakat bisa lebih cermat memilih calon wakilnya yang akan duduk di kursi legislatif.
"Hal ini bisa dijadikan pelajaran lagi nantinya pada saat Pemilihan 2014, mudah-mudahan masyarakat bisa lebih jeli lagi memilih orang-orang yang akan duduk di anggota legislatif harus punya perspektif HAM dan gender."
Sebelumnya, kabar tentang kebijakan ini berasal dari Kepala Dinas Pendidikan Kota Prabumulih, H M Rasyid. Dia mengatakan sedang mengajukan anggaran Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2014 untuk kebijakan tes keperawanan bagi calon siswa SMA.
Meski Rasyid mengakui, kebijakan ini bakal menuai kecaman, ia yakin itu adalah langkah jitu menekan maraknya kasus prostitusi yang diduga melibatkan siswa di daerahnya.
Quote:
Menag: Tes keperawanan tak etis dan hambat pendidikan
Reporter : Andrian Salam Wiyono
Senin, 26 Agustus 2013 14:09:01
Menag: Tes keperawanan tak etis dan hambat pendidikan
Figure terkait Suryadharma Ali
Kategori Peristiwa
Berita tag terkait Menko Kesra sebut tes keperawanan kurang kerjaan 'Perawan tidak perawan berhak mendapatkan pendidikan'
Suryadharma Ali . ©2012 Merdeka.com/dwi narwoko
92
Wacana tes keperawanan dari Dinas Pendidikan Kota Prabumulih, Sumatera Selatan menuai banyak kritik. Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali mengaku tak setuju dengan usulan tersebut. Menurutnya, itu tidak etis dilakukan karena berdampak juga pada psikologis seseorang.
"Tidak tepat ada tes keperawanan seperti itu, jelas saya tidak setuju. Alasannya karena tidak etis," kata Suryadharma di Sabuga, Bandung, Senin (26/8).
Menurutnya, tes keperawanan akan menjadi salah satu penghambat pendidikan. Karena demi mendapatkan sebuah pendidikan yang tinggi, itu tidak perlu dilakukan.
"Bayangkan salah seorang menggunakan seragam tsanawiyah, tapi dia dites keperawanan, itu hanya akan membuat minder," ungkapnya.
Dia menolak mentah-mentah jika adanya usulan itu. "Saya menjamin jika sekolah di madrasah tidak akan ada (tes keperawanan)," tandasnya.
Ketua Umum PPP ini meminta peran orang tua, agar putrinya tidak terlibat pergaulan bebas. "Sinyalnya pendidikan anak-anak harus diperketat secara moralitas," terangnya.
Quote:
Bagi penyanyi Lia Emilia, tes keperawanan bagi siswi yang mau masuk SMA merupakan suatu yang aneh. Namun di sisi lain ia melihat ada dua positif dan negatif yang dapat diambil jika tes ini diberlakukan.
"Kalau untuk mengontrol sex dini terhadap remaja yang akhir-akhir ini sangat marak sekali dan anak-anak usia belasan tahun sudah tidak perawan lagi, saya setuju. Tetapi yang bikin saya gak setuju karena ini kan menyangkut pribadi seseorang juga. Hak seseorang untuk memutuskan dalam hidupnya apa yang harus dilakukan," tuturnya kepada KapanLagi.com®, Rabu (21/8).
Ia juga menilai tes keperawanan bukan tolok ukur dalam melihat moralitas seorang wanita. Sebab tak sedikit mereka yang justru menjadi korban kekerasan.
"Tolok ukur moralitas itu bukan dari perawan atau tidak. Tapi lebih pada tingkah laku atau perilaku seorang wanita. Karena ada banyak wanita yang tidak perawan karena pemerkosaan," sambungnya.
Biduan yang tengah gencar promosi single Cinta Stereo ini menegaskan bila tolok ukur moralitas tersebut bisa dilihat dari sikap.
"Lebih pada sikap seseorang. Perilaku yang tidak menyimpang dari norma-norma budaya Indonesia," imbuh Lia.
"Kalau untuk mengontrol sex dini terhadap remaja yang akhir-akhir ini sangat marak sekali dan anak-anak usia belasan tahun sudah tidak perawan lagi, saya setuju. Tetapi yang bikin saya gak setuju karena ini kan menyangkut pribadi seseorang juga. Hak seseorang untuk memutuskan dalam hidupnya apa yang harus dilakukan," tuturnya kepada KapanLagi.com®, Rabu (21/8).
Ia juga menilai tes keperawanan bukan tolok ukur dalam melihat moralitas seorang wanita. Sebab tak sedikit mereka yang justru menjadi korban kekerasan.
"Tolok ukur moralitas itu bukan dari perawan atau tidak. Tapi lebih pada tingkah laku atau perilaku seorang wanita. Karena ada banyak wanita yang tidak perawan karena pemerkosaan," sambungnya.
Biduan yang tengah gencar promosi single Cinta Stereo ini menegaskan bila tolok ukur moralitas tersebut bisa dilihat dari sikap.
"Lebih pada sikap seseorang. Perilaku yang tidak menyimpang dari norma-norma budaya Indonesia," imbuh Lia.
Quote:
Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung Laksono menyindir kebijakan pemberlakuan tes keperawanan sebagai syarat untuk masuk jenjang pendidikan SMA. Dia bahkan menyebut kebijakan itu seperti kurang kerjaan.
"Seperti tidak ada kerjaan lain saja," ujar Agung di Jakarta, Rabu (21/8).
Agung menilai, akan lebih bermanfaat jika memberikan informasi terkait bahaya HIV/AIDS atau terkait dengan keluarga berencana. "Itu lebih penting dibandingkan tes keperawanan," kata dia.
Selain itu, Agung menegaskan, akan sia-sia saja jika tes keperawanan tetap saja dijalankan. Sebab, tes keperawanan sama sekali tidak berhubungan dengan pendidikan.
"Sekarang ada tes keperawanan. Nanti tambah lagi ada tes keperjakaan. Aneh-aneh saja. Tes keperawanan tidak ada hubungannya dengan pendidikan," pungkas Agung.
"Seperti tidak ada kerjaan lain saja," ujar Agung di Jakarta, Rabu (21/8).
Agung menilai, akan lebih bermanfaat jika memberikan informasi terkait bahaya HIV/AIDS atau terkait dengan keluarga berencana. "Itu lebih penting dibandingkan tes keperawanan," kata dia.
Selain itu, Agung menegaskan, akan sia-sia saja jika tes keperawanan tetap saja dijalankan. Sebab, tes keperawanan sama sekali tidak berhubungan dengan pendidikan.
"Sekarang ada tes keperawanan. Nanti tambah lagi ada tes keperjakaan. Aneh-aneh saja. Tes keperawanan tidak ada hubungannya dengan pendidikan," pungkas Agung.
Quote:
Kalo tes keperawanan menurut agan gimana?
Quote:
0
2.1K
Kutip
11
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan