- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
TNI Berencana Borong Peluncur Rudal Amerika, Seberapa Canggih?
TS
kucel22
TNI Berencana Borong Peluncur Rudal Amerika, Seberapa Canggih?
Alutsista TNI memang perlu dimodernisasi.
Quote:
VIVAnews- Sistem persenjataan Tentara Nasional Indonesia memang harus terus diremajakan, jika tidak ingin ketinggalan dengan sejumlah negara tetangga. Setelah membeli sejumlah peralatan tempur, kali ini TNI membeli sejumlah peluncur rudal anti-tank (ATGM) canggih asal Amerika Serikat. Namanya Javelin. Ini bagian dari upaya untuk memodernisasi alutsista.
Pembelian peluncur rudal itu disampaikan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, usai rapat tertutup rencana kerja pemerintah bersama Panglima TNI dan Komisi I DPR RI, Senin 10 Juni 2013 di Jakarta. Pembelian itu, kata Purnomo, demi melengkapi alutsita Angkatan Darat Indonesia. "Ini masih rencana dan pembahasan," kata Purnomo.
Meski masih rencana, anti-tank baru itu sudah dipamerkan dan diperagakan penggunaannya usai pembukaan latihan gabungan Garuda Shield TNI Angkatan Darat dengan Tentara AS di Pasifik (USARPAC), yang digelar Senin 10 Juni 2013.
Sejumlah anggota DPR yang membidangi masalah pertahanan dan dimintai komentarnya soal pembelian ini, belum mau bicara banyak. "Belum kami bahas detail. Kami baru bicara Apache. Lagipula belum ada di Renstra (Rencana dan Strategis DPR), " kata anggota Komisi I DPR, yang juga politisi PDI Perjuangan, TB Hasanuddin.
Belakangan ini pemerintah memang sedang getol meremajakan alutsista yang dianggap sudah tua dan ketinggalan. Terutama ketinggalan dari sisi teknologi. Salah satu alasan mengapa Indonesia memilih alutsista hasil pabrik Amerika Serikat adalalh teknologi. "Saat ini, industri senjata kita masih belum mampu memproduksi senjata anti-tank seperti ini," katanya.
Dia menilai bahwa pembelian ini akan sesuai dengan Peraturan Menteri Pertahanan nomor 34 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Alutsista TNI di Lingkungan Kementerian Pertahanan dan TNI. Di Pasal 38 Permen Pertahanan ini tercantum syarat pengadaan alutsista adalah alih teknologi.
Menurut Purnomo, dengan pembelian Javelin itu justru akan ada transfer teknologi senjata anti-tank. Dia menambahkan, transfer teknologi ini nantinya akan berdampak pada industri persenjataan Indonesia. "Ini akan memacu percepatan di sektor industri pertahanan."
Pembelian peluncur rudal itu disampaikan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, usai rapat tertutup rencana kerja pemerintah bersama Panglima TNI dan Komisi I DPR RI, Senin 10 Juni 2013 di Jakarta. Pembelian itu, kata Purnomo, demi melengkapi alutsita Angkatan Darat Indonesia. "Ini masih rencana dan pembahasan," kata Purnomo.
Meski masih rencana, anti-tank baru itu sudah dipamerkan dan diperagakan penggunaannya usai pembukaan latihan gabungan Garuda Shield TNI Angkatan Darat dengan Tentara AS di Pasifik (USARPAC), yang digelar Senin 10 Juni 2013.
Sejumlah anggota DPR yang membidangi masalah pertahanan dan dimintai komentarnya soal pembelian ini, belum mau bicara banyak. "Belum kami bahas detail. Kami baru bicara Apache. Lagipula belum ada di Renstra (Rencana dan Strategis DPR), " kata anggota Komisi I DPR, yang juga politisi PDI Perjuangan, TB Hasanuddin.
Belakangan ini pemerintah memang sedang getol meremajakan alutsista yang dianggap sudah tua dan ketinggalan. Terutama ketinggalan dari sisi teknologi. Salah satu alasan mengapa Indonesia memilih alutsista hasil pabrik Amerika Serikat adalalh teknologi. "Saat ini, industri senjata kita masih belum mampu memproduksi senjata anti-tank seperti ini," katanya.
Dia menilai bahwa pembelian ini akan sesuai dengan Peraturan Menteri Pertahanan nomor 34 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Alutsista TNI di Lingkungan Kementerian Pertahanan dan TNI. Di Pasal 38 Permen Pertahanan ini tercantum syarat pengadaan alutsista adalah alih teknologi.
Menurut Purnomo, dengan pembelian Javelin itu justru akan ada transfer teknologi senjata anti-tank. Dia menambahkan, transfer teknologi ini nantinya akan berdampak pada industri persenjataan Indonesia. "Ini akan memacu percepatan di sektor industri pertahanan."
Quote:
Javelin
Letnan Satu TNI Bonny Octavian sempat memperagakan penggunaan Javelin pada latihan gabungan Garuda Shield TNI Angkatan Darat dengan Tentara AS di Pasifik (USARPAC). Dia mengatakan, jarak tembak rudal ini mencapai 2,5 kilometer. Javelin ini dilengkapi dengan pelacak canggih yang mampu mengunci dan menembak sasaran yang bergerak dengan daya ledak luar biasa. "Waktu reload rudal ini cukup cepat, yaitu 40 detik saja," kata Bonny.
Bonny mengungkapkan, TNI telah memesan 25 alat pembidik dan 189 rudal anti-tank Javelin buatan perusahaan Raytheon dan Lockheed Martin ini. Namun senjata ini masih dalam tahap produksi dan belum dikirim.
Selain canggih, alat ini sangat ringan dan dapat ditempatkan di bahu penyerang. Menurut laman Inetres.com, rudal Javelin berbobot 11,8 kilogram sementara alat pembidik dan peluncur hanya 6,4 kilogram. "Selain canggih, senjata ini juga simpel dan ringan," kata Bonny.
Senjata ini telah dikembangkan sejak tahun 1989 oleh perusahaan Raytheon dan Lockheed Martin dengan nama proyek Javelin Joint Venture. Produksinya sendiri dimulai tahun 1994 dan dikirimkan ke barak militer di Fort Benning, Georgia pada tahun 1996.
Laman army-technology.com menuliskan, Javelin digunakan tentara AS dan Australia pada perang di Irak antara Maret dan April 2003. Saat ini, senjata ini digunakan di Afganistan. Lebih dari 2.000 rudal Javelin telah ditembakkan AS dan tentara koalisi di negara ini.
Negara asing pertama pembeli Javelin adalah Inggris pada Januari 2003 dengan pemesanan awal sebanyak 18 peluncur dan 144 rudal. Negara lainnya yang telah menggunakan ini adalah Taiwan, Lithuania, Yordania, Australia, Selandia Baru, Norwegia, dan Irlandia. Beberapa negara lain tengah mengantre untuk mendapatkannya. Inetres.com memaparkan bahwa satu buah peluncur dan pelacak Javelin dibanderol US$126.000 atau sekitar Rp1,2 miliar, sementara rudal Javelin satuannya seharga US$78.000, setara Rp756 juta.
Quote:
Modernisasi alutsista
Pada awal 2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menekankan pentingnya modernisasi alutsista TNI. Sebab, dalam 20 tahun terakhir Indonesia belum memodernisasi alutsista TNI-nya. Peningkatan modernisasi dan kekuatan TNI ini, kata Presiden SBY, diarahkan agar TNI dapat mendekati postur minimum essential force yang ditetapkan dalam kebijakan dan strategi pertahanan negara. Baik Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Angkatan Darat. "Tentu ini butuh anggaran besar. But it is necessary," katanya.
Demi membangun kekuatan, pemerintah akan mempercepat modernisasi untuk mengejar ketertinggalan dari negara sahabat. SBY tak lupa berpesan pada pimpinan TNI agar dapat melaksanakan modernisasi dan pembangunan kekuatan dengan perencanaan yang baik dan sungguh-sungguh. "Gunakan anggaran yang dialokasikan negara yang jumlahnya cukup besar, cegah terjadinya penyimpangan," tegasnya.
Namun, pengadaan alutsista kerap diwarnai kontroversi. Salah satunya adalah tank Leopard 2A6 bekas asal Belanda. Pada bulan yang sama dengan pernyataan SBY, Januari 2012, TNI tengah berencana membeli 100 tank bekas itu. Kepala Staf Angkatan Darat saat itu, Jenderal Pramono Edhie Wibowo, menyatakan Leopard cocok untuk kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Leopard 2 ini merupakan tank andalan Jerman pada masa lalu. Tank tempur utama Jerman ini merupakan pengembangan dari Leopard 1, dikembangkan oleh Krauss-Maffei pada awal 1970. Tank ini pertama kali digunakan pada 1979. Dan kini sudah lebih dari 3.480 Leopard 2 telah diproduksi.
Namun, rencana itu justru menimbulkan pro dan kontra. Sebagian kalangan, terutama sejumlah anggota Komisi I DPR, menolak keras rencana itu. Selain harga yang terlalu mahal, tank Leopard yang berbobot lebih dari 60 ton itu dinilai tak cocok dengan medan Indonesia yang bertanah gembur.
Penolakan tak hanya datang dari sejumlah anggota parlemen Indonesia, tapi juga parlemen Belanda. Dengan alasan tidak mau tank-tank itu digunakan untuk pelanggaran HAM oleh Indonesia. Lalu bagaimana dengan nasib Javelin?
Pada awal 2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menekankan pentingnya modernisasi alutsista TNI. Sebab, dalam 20 tahun terakhir Indonesia belum memodernisasi alutsista TNI-nya. Peningkatan modernisasi dan kekuatan TNI ini, kata Presiden SBY, diarahkan agar TNI dapat mendekati postur minimum essential force yang ditetapkan dalam kebijakan dan strategi pertahanan negara. Baik Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Angkatan Darat. "Tentu ini butuh anggaran besar. But it is necessary," katanya.
Demi membangun kekuatan, pemerintah akan mempercepat modernisasi untuk mengejar ketertinggalan dari negara sahabat. SBY tak lupa berpesan pada pimpinan TNI agar dapat melaksanakan modernisasi dan pembangunan kekuatan dengan perencanaan yang baik dan sungguh-sungguh. "Gunakan anggaran yang dialokasikan negara yang jumlahnya cukup besar, cegah terjadinya penyimpangan," tegasnya.
Namun, pengadaan alutsista kerap diwarnai kontroversi. Salah satunya adalah tank Leopard 2A6 bekas asal Belanda. Pada bulan yang sama dengan pernyataan SBY, Januari 2012, TNI tengah berencana membeli 100 tank bekas itu. Kepala Staf Angkatan Darat saat itu, Jenderal Pramono Edhie Wibowo, menyatakan Leopard cocok untuk kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Leopard 2 ini merupakan tank andalan Jerman pada masa lalu. Tank tempur utama Jerman ini merupakan pengembangan dari Leopard 1, dikembangkan oleh Krauss-Maffei pada awal 1970. Tank ini pertama kali digunakan pada 1979. Dan kini sudah lebih dari 3.480 Leopard 2 telah diproduksi.
Namun, rencana itu justru menimbulkan pro dan kontra. Sebagian kalangan, terutama sejumlah anggota Komisi I DPR, menolak keras rencana itu. Selain harga yang terlalu mahal, tank Leopard yang berbobot lebih dari 60 ton itu dinilai tak cocok dengan medan Indonesia yang bertanah gembur.
Penolakan tak hanya datang dari sejumlah anggota parlemen Indonesia, tapi juga parlemen Belanda. Dengan alasan tidak mau tank-tank itu digunakan untuk pelanggaran HAM oleh Indonesia. Lalu bagaimana dengan nasib Javelin?
Sumur na
Sekilas Ketangguhan Javelin ATGM TNI AD
FGM-148 Javelinmerupakan rudal antitank berpemandu sekali pakai pertama yang diterima oleh 75th Ranger Regiment, US Special Forces, dan kesatuan khusus Tier 1 didalam USSOCOM. Dengan sifatnya yang unik, Javelin merupakan penambahan dan bukannya penggantian terhadap roket antitank seperti RAWS.
FGM-148 Javelinmerupakan rudal antitank berpemandu sekali pakai pertama yang diterima oleh 75th Ranger Regiment, US Special Forces, dan kesatuan khusus Tier 1 didalam USSOCOM. Dengan sifatnya yang unik, Javelin merupakan penambahan dan bukannya penggantian terhadap roket antitank seperti RAWS.
Quote:
Rudal yang dikembangkan dalam proyek AAWS-M (Andvanced Anti-Tank Weapon System-Medium) pada tahun 1986 ini mengantarkan militer AS kedalam generasi ketiga rudal antitank yang memiliki sejumlah kelebihan dibandingkan pendahulunya seperti TOW maupun M47 Dragon. Satu fitur yang bermanfaat adalah fitur soft launch, dimana rudal akan meluncur keluar tabung hanya dengan propelan pendorong, dan baru menyalakan motor roketnya pada jarak 1 meter dari titik luncur, sehingga Javelin bisa ditembakkan dengan aman dari dalam bangunan.
Didesain dengan hululedak tandem HEAT, Javelin didesain untuk mampu mengalahkan MBT, bahkan yang dilengkapi dengan lapisan ERA generasi pertama sekalipun. Javelin memiliki kemampuan untuk melakukan serangan top attack, dimana rudal akan menanjak terlebih dahulu sampai ke ketinggian 160 meter, terbang mendatar, lalu menukik tepat keatas sasaran. Profil terbang misil ini dikendalikan secara autopilot dimana misil menyesuaikan jarak, arah, kecepatan dan simpangan angin berkat keempat sirip yang bisa diatur sudut-sudut kemiringannya. Serangan top attack memiliki probabilita tinggi untuk melumpuhkan MBT karena bagian atas MBT biasanya memiliki proteksi yang lebih tipis dibandingkan dengan bagian frontal atau samping. Apabila diinginkan, Javelin juga bisa diluncurkan dalam moda direct attack, dimana rudal akan menanjak sedikit lalu meluncur langsung ke sasarannya, cocok untuk menghajar fortifikasi atau ranpur yang berada pada jarak dekat.
Didesain dengan hululedak tandem HEAT, Javelin didesain untuk mampu mengalahkan MBT, bahkan yang dilengkapi dengan lapisan ERA generasi pertama sekalipun. Javelin memiliki kemampuan untuk melakukan serangan top attack, dimana rudal akan menanjak terlebih dahulu sampai ke ketinggian 160 meter, terbang mendatar, lalu menukik tepat keatas sasaran. Profil terbang misil ini dikendalikan secara autopilot dimana misil menyesuaikan jarak, arah, kecepatan dan simpangan angin berkat keempat sirip yang bisa diatur sudut-sudut kemiringannya. Serangan top attack memiliki probabilita tinggi untuk melumpuhkan MBT karena bagian atas MBT biasanya memiliki proteksi yang lebih tipis dibandingkan dengan bagian frontal atau samping. Apabila diinginkan, Javelin juga bisa diluncurkan dalam moda direct attack, dimana rudal akan menanjak sedikit lalu meluncur langsung ke sasarannya, cocok untuk menghajar fortifikasi atau ranpur yang berada pada jarak dekat.
Quote:
Kemampuan Javelin untuk meluncur secara pintar ini adalah berkat sistem pemandu pintar yang tersimpan pada modul CLU (Command Launch Unit) yang bisa dilepaskan dari tabung peluncurnya. CLU yang merupakan passive infra red sight memiliki tiga macam magnifikasi yaitu day field of view (4x), Wide Field of Fiew (thermal, 4x), Narrow Field of View (9x), dan akhirnya Seeker Field of View (9x). Saat memasuki mode SFV, secara otomatis CLU mengirimkan input data jarak pada misil ke Launch Tube Assembly yang menjadi rumah bagi misil sehingga sasaran sudah mulai bisa dikunci, rudal ditembakkan dan penembak segera beralih begitu rudal meluncur keluar karena Javelin menganut sistem fire and forget. Satu hal yang menjadi keunggulan Javelin adalah CLU yang memiliki fitur setingan kontras dan kecerlangan sehingga nyaman digunakan, masih ditambah lagi dengan unit pendingin yang mendinginkan sensor sehingga pengenalan termal pada objek sasaran dapat dilakukan CLU secara lebih baik dibandingkan dengan optik NOD monocular yang menjadi standar pasukan AS. CLU pun hanya ditenagai dengan satu baterai litium BA-5590U yang juga sekali pakai sehingga terhindar dari problem baterai drop. Banyak personil yang melepas CLU dan menggunakannya sebagai teropong observasi, sehingga boleh dibilang CLU saat ini adalah teropong malam infantri terbaik dalam AD AS.
75th Ranger sebagai kesatuan pertama dalam AD AS menerima Javelin mulai 1996 dan mengalokasikannya ke 3rd Battalion/75th Ranger Regiment. Rudal ini terbukti mampu memberikan daya tembak berlipat ganda yang memberikan kemenangan menentukan bagi pasukan yang kekuatannya lebih kecil. Dalam salah satu kontak tembak dalam operasi Iraqi Freedom, Satu tim Ranger yang melaksanakan misi patrol pengintaian dengan Humvee di sebelah barat Irak melihat dua buah tank, kemungkinan T-55, yang bersembunyi dalam posisi dug-up (dilindungi bunker pasir sehingga hanya kubah yang nampak). Posisi Ranger lebih unggul karena mereka ada diatas bukit, dan pasukan Irak belum mengetahui keberadaan mereka.
Tim tersebut, yang beranggotakan Sgt. Jason Witmer, Cpl. Jeremy Mumma, Spc. Matthew Pickell, dan Spc. Michael Kithcart memutuskan bahwa mereka mengambil kesempatan dengan mencoba menghancurkan tank tersebut dengan Javelin yang mereka bawa. Dari jarak 1.800 meter, Cpl. Mumma yang menjadi penembak mengunci salah satu tank dengan Javelinnya, meluncurkan rudal, dan segera berganti ke tabung kedua bahkan sebelum rudal menghantam sasarannya. Tank kedua juga dikunci, dan tidak punya kesempatan bereaksi dan meledak tak lama setelah tank pertama dihancurkan.
75th Ranger sebagai kesatuan pertama dalam AD AS menerima Javelin mulai 1996 dan mengalokasikannya ke 3rd Battalion/75th Ranger Regiment. Rudal ini terbukti mampu memberikan daya tembak berlipat ganda yang memberikan kemenangan menentukan bagi pasukan yang kekuatannya lebih kecil. Dalam salah satu kontak tembak dalam operasi Iraqi Freedom, Satu tim Ranger yang melaksanakan misi patrol pengintaian dengan Humvee di sebelah barat Irak melihat dua buah tank, kemungkinan T-55, yang bersembunyi dalam posisi dug-up (dilindungi bunker pasir sehingga hanya kubah yang nampak). Posisi Ranger lebih unggul karena mereka ada diatas bukit, dan pasukan Irak belum mengetahui keberadaan mereka.
Tim tersebut, yang beranggotakan Sgt. Jason Witmer, Cpl. Jeremy Mumma, Spc. Matthew Pickell, dan Spc. Michael Kithcart memutuskan bahwa mereka mengambil kesempatan dengan mencoba menghancurkan tank tersebut dengan Javelin yang mereka bawa. Dari jarak 1.800 meter, Cpl. Mumma yang menjadi penembak mengunci salah satu tank dengan Javelinnya, meluncurkan rudal, dan segera berganti ke tabung kedua bahkan sebelum rudal menghantam sasarannya. Tank kedua juga dikunci, dan tidak punya kesempatan bereaksi dan meledak tak lama setelah tank pertama dihancurkan.
Quote:
Pada tahun 2003, dalam pertempuran Debecka Pass ODA (Operational Detachment Alpha/ A-Team) 391 dan 392 bertahan dari serangan Divisi ke-34 Irak yang dilengkapi dengan T-55 dan ranpur MT-LB dengan mengandalkan Javelin. Dengan menembakkan selusin Javelin, ODA 391 dan 392 mampu bertahan dan bahkan menghancurkan sejumlah tank dan ranpur dengan hit ratio diatas 80%. Dengan keputusan TNI untuk mempertimbangkan pembelian FGM-148 Javelin yang kita harapkan akan terwujud, maka TNI-AD akan menjadi salah satu negara yang mengoperasikan rudal berpemandu terbaik yang ada saat ini, dipadukan dengan sistem roket pintar NLAW yang dibuat oleh Thales Defense.
FGM-148 Javelin
Pabrikan : Texas Instrument/ Raytheon/ Lockheed Martin
Desain : Juni 1989
Bobot : 22,3 kg (misil 11,8kg)
Panjang : 1,2m
Jarak efektif : 75-500m
Hululedak : HEAT (High Explosive Anti Tank)
FGM-148 Javelin
Pabrikan : Texas Instrument/ Raytheon/ Lockheed Martin
Desain : Juni 1989
Bobot : 22,3 kg (misil 11,8kg)
Panjang : 1,2m
Jarak efektif : 75-500m
Hululedak : HEAT (High Explosive Anti Tank)
Sumur ke 2
Kalo info na menarik ga ada salah na ane dilemparin
Jangan lupa dikasih juga ya
Tambahan dari agan,
Quote:
Pidio yg pertama emang cadas gan, tank aj ampe amburadul dibuat na
Quote:
Original Posted By DIVISOR►
Borongnya mereka kek apa sih ? ane pengen liat....
Kenapa gk beli dari russia? lebih deket, dan harga yang "lumayan" (IMHO).
Russia juga punya pelontar "Kornet".
ato pelontar dengan kecepatan supersonik yang gak kalah keren.
Ane bukannya benci amerika, tapi apa salahnya beli senjata dari negara asing yang kita tahu deket dengan negara kita.
IMO, US mahal di riset.
no hard feeling ,ganz
Borongnya mereka kek apa sih ? ane pengen liat....
Kenapa gk beli dari russia? lebih deket, dan harga yang "lumayan" (IMHO).
Russia juga punya pelontar "Kornet".
ato pelontar dengan kecepatan supersonik yang gak kalah keren.
Ane bukannya benci amerika, tapi apa salahnya beli senjata dari negara asing yang kita tahu deket dengan negara kita.
IMO, US mahal di riset.
no hard feeling ,ganz
Diubah oleh kucel22 12-06-2013 17:14
0
12.4K
Kutip
121
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan