- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Angkat Besi Aceh Memprihatinkan, Hampir Tak Miliki Lifter
TS
japek
Angkat Besi Aceh Memprihatinkan, Hampir Tak Miliki Lifter
Quote:
Prestasi angkat besi selalu dibangga-banggakan karena selalu menjadi langganan medali di Olimpiade. Terakhir, pada Olimpiade London 2012, lifter Triyatno dan Eko Yuli Irawan menyumbangkan perak dan perunggu. Jangan heran jika cabang olahraga angkat besi disebut-sebut sebagai cabang prioritas utama.
Kenyataannya sebutan itu bertolak belakang dari fakta di lapangan. Minimnya perhatian pemerintah pusat dan daerah serta cueknya PB PABBSI selaku induk organisasi hampir dipastikan membunuh perkembangan angkat besi di daerah-daerah lain. Terkecuali Lampung dan Kaltim yang benar-benar dapat perhatian dari Pemerintah Provinsi (Pemprov).
Lampung sebagai pencetak lifter berprestasi dunia dengan Sasana Pringsewu milik pelatih legendaris Imron Rosadi dan Kaltim yang memiliki Eko Juli Irawan dan Triyatno yang ditangani pelatih Lukman.
Yang mengenaskan, perkembangan angkat besi di Aceh. Nasibnya tergantung keuletan dari pelatih nasional Effendi. Kalau saja Effendi yang pernah ditunjuk sebagai pelatih SEA Games, Asian Games, Olimpiade dan Kejuaraan Dunia ini tidak mempertahankannya dipastikan Aceh tak memiliki lifter. Meski tidak ada dana bantuan dari pemerintah pusat dan Pemprov Aceh, Effendi tetap terus melakukan pembinaan.
"Tadinya tempat latihan ini bekas tempat sampah setelah tempat latihan lama rata dihantam tsunami. Dan, saya mendirikan gedung tahun 2009 ketika sudah tidak menjadi pelatih nasional. Biayanya dari bonus-bonus saat menjadi pelatih nasional karena Pemprov NAD tak mengalokasikannya dari APBD," kata Effendi.
Meski dalam kondisi tertatih-tatih, Effendi masih mampu menunjukkan kemampuannya. Dari hasil kerja kerasnya muncul Surahmat (kelas 56kg) yang menghuni Prima untuk persiapan ke SEA Games Myanmar 2013.
Yang lebih mengejutkan, jumlah lifter yang berlatih di belakang kantor KONI Aceh mencapai 50 lifter. Mereka yang berlatih rata-rata dari keluarga kurang mampu.
"Mereka yang latihan di sini rata-rata anak-anak dari keluarga kurang mampu. Jadi, saya yang menanggung semua kebutuhan dari mulai perlengkapan latihan hingga makanan sehari-hari," ujar Effendi.
Mengingat terbatasnya dana, Effendi yang hanya pegawai Dispora terpaksa harus gali lobang tutup lobang untuk memenuhi semua kebutuhan sehari-hari. Hampir setiap bulan, Effendi harus merelakan gajinya untuk menutupi biaya makan lifter di warung yang berada di sekitar lokasi latihan.
Selain memikirkan biaya kebutuhan makanan lifter, Effendi juga terpaksa memikirkan biaya sekolah lifter. "Biasanya kalau tahun ajaran baru, saya pontang-panting cari dana buat biaya pendaftaran dan kebutuhan sekolah. Alhamdulillah, semua lifter di sini sekolah. Ada yang SMP, SMA dan kuliah di universitas yang bisa memberikan beasiswa," ungkapnya.
Kondisi peralatan latihan yang digunakan juga sangat menyedihkan. Beberapa barbel sudah rusak berat. Effendi sudah berulangkali meminta peralatan bekas SEA Games 2011 agar disalurkan. Tetapi, permintaan itu tidak pernah digubris PB PABBSI.
"Saya dan teman-teman Pengprov PABBSI sudah berulangkali meminta agar peralatan bekas SEA Games 2011 segera disalurkan. Tetapi, sudah dua tahun berjalan tidak pernah dipenuhi PB PABBSI. Kalau tidak salah ada 29 set peralatan barbel dan flatform," kata Effendi yang berharap Menpora Roy Suryo turun tangan. (Suara Karya, foto Antara)
Sumber
Para MORON yang duduk di Pemda malah mengurusi hal gak penting seperti ngangkang, serta larangan menari
0
2.3K
Kutip
20
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan