Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

khalempongAvatar border
TS
khalempong
Di Kongres Yahudi, Din Bicara Tentang Islam


Awal bulan ini (5-7 Mei), Profesor Din Syamsuddin memenuhi undangan Kongres Yahudi Se-Dunia. Dalam perhelatan tahunan yang kali ini diadakan di Budapest, Hongaria tersebut, Ketua Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah tersebut, didapuk untuk menjadi pembicara satu-satunya dari dunia Islam dengan mengambil tema "Freedom of Religious Practices". Hadir pula pembicara lain, diantaranya President of Bishop Conference of Europe, Chief Rabbi of Ukraine, dan Prof Choel Meyer dari New York.



Di tanah air sendiri, kehadiran Din di Kongres Yahudi Se-Dunia menimbulkan reaksi pro kontra. Beberapa kalangan menyebut tidak seharusnya seorang tokoh Islam mememenuhi undangan sebuah kongres yang konon mendukung pendudukan Israel atas tanah Palestina. Lantas bagaimana komentar Din merespon reaksi tersebut? Apa yang menjadikan ia merasa hadir di Budapest? Kepada Hendi Jo dari Islam Indonesia, Din Syamsuddin coba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.





Pa Din, apa yang membuat anda bersedia datang ke Kongres Yahudi Se-Dunia di Budapest kemarin?

Begini, orang tidak tahu kalau selain Ketua PP.Muhammadiyah saya juga menjabat President of Asian Conference of Religions for Peace (ACRP) dan Co-President of World Conference of Religions for Peace (WCRP). Karena jabatan-jabatan tersebut, tentunya saya dianggap kompeten untuk berbicara di forum-forum seperti di Budapest kemarin. Saya datang kesana diundang, orang diundang ya harus datang dong.



Banyak kalangan umat Islam yang mempertanyakan kedatangan anda ke Budapest. Komentar anda?

Saya bisa memahami pertanyaan-pertanyaan tersebut. Itu bisa jadi dikarenakan adanya sikap keras mereka terhadap Israel yang menjajah Palestina. Tapi mereka tidak tahu kalau saya ini pemrakarsa Persahabatan Palestina-Indonesia yang memperjuangkan Palestina merdeka. Malah mungkin mereka tidak ikut organisasi ini.



Justru karena itu Pak Din, banyak kalangan umat Islam melihat Pa Din "masuk perangkap"?

(Tertawa) Enggaklah. Terus terang saya sedih sekali mendengar kalau ada kader umat yang berpikiran seperti itu. Masa kita orang Islam harus anti dialog?Seolah-olah kalau kita terlibat dialog dengan mereka, kita akan kalah lalu menjadi terpengaruh cara berpikir mereka. Itu underestimate namanya. Saya tegaskan ya: dengan siapa pun saya berdialog, Insha Allah tidak akan menjadikan keimanan saya terhadap Islam berubah.



Apa yang anda sampaikan di Kongres Yahudi kemarin?

Banyak hal. Tapi singkatnya di Kongres Yahudi itu saya berbicara tentang Islam. Saya menyampaikan keyakinan-keyakinan Islam mengenai kebebasan beragama dan hak asasi manusia yang melekat dalam diri manusia. Bahkan saya juga bilang di sana bahwa Islam tidak mengenal pemaksaan dalam beragama, Tuhan Maha Pencipta memberi kebebasan kepada manusia, apakah mau beriman atau tidak, bukan begitu?





Selain itu, ada tema yang lebih khusus dibahas dengan mereka?

Oh ya, seperti halnya orang-orang Islam, orang-orang Yahudi di Eropa juga menghadapi soal yang sama. Misalnya soal tidak bolehnya mereka menkonsumsi makanan yang disembelih secara khusus menurut agama mereka, terlarangnya praktek sunat dan ketiadaan kebebasan untuk berekspresi secara religius. Ini kan sama seperti yang umat Islam alami di Swis, Prancis dan sejumlah negara-negara Eropa lainnya di mana saudara-saudara kita terlarang untuk membuat menara masjid dan bagi perempuannya tidak dibolehkan untuk berjilbab. Inilah yang kami bahas bagaimana seharusnya jalan keluarnya.





Ngomong-ngomong Pa Din, anda salah seorang tokoh Islam yang sibuk sekali hilir mudik ke luar negeri. Apa yang sebenarnya sedang menjadi misi anda?

Ini dikarenakan saya ingin mengaktifkan Muhammadiyah bukan hanya sekedar organisasi Islam yang hanya berkutat di masalah-masalah nasional saja, tapi juga go international. Kami ingin memperlihatkan kepada dunia bagaimana Islam bisa tampil sebagai agama cinta dan perdamaian. Itu saja.



Selain mendatangi komunitas-komunitas agama non Islam, ada lagi yang telah dilakukan Muhammadiyah dalam rangka itu?

Kami termasuk organisasi yang memprakarsai berbagai upaya perundingan damai di Thailand Selatan, Filipina (Moro) dan tentu saja Palestina. Terakhir kami sedang mengupayakan supaya Pemerintah Indonesia mengakui kemerdekaan Kosovo, sebuah negara mayoritas Islam di Balkan yang saat ini tengah berupaya melepaskan diri dari Serbia.



Lho Indonesia belum termasuk yang mengakui kemerdekaan Kosovo, padahal sudah 98 negara yang mengakuinya?

Itulah yang saya sayangkan. Indonesia ini saya lihat lebih banyak "rasa segannya" terkait isu Papua. Harusnya Indonesia itu menjadi negara paling depan untuk mendukung Kosovo merdeka, karena selain kita undang-undang kita mewajibkan untuk mendukung juga secara emosional kita memiliki keterkaitan dengan saudara-saudara kita di Kosovo. (hendijo/Islam Indonesia)foto:kompas

Ember

Wah Din hati2 lho, entah dikeroyok disana baru tau emoticon-Matabelo
0
3K
27
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan