Oleh Giring Ganesha
Vokalis Band Nidji dan Founder/CEO Kincir.com
Saya memiliki impian. Musisi Indonesia semua makmur dan sejahtera. Sistem Royalti benar dan transparan, Pembajakan dan Illegal Download berhasil diberantas oleh koalisi yang kuat dan adil antara Musisi, Pemerintah dan Penegak Hukum, Prosedur Perhelatan sebuah acara musik dilakukan dengan benar, Undang-Undang Hak Cipta benar benar diterapkan dengan benar dan dilaksanakan di seluruh Indonesia.

Apakah itu adalah impian yang sulit diwujudkan? Saya selalu berkata ke Zidane, anak saya, bahwa tidak ada yang “sulit” didunia ini. Tetapi bukannya berarti menggampangkannya. We just have to try harder and harder everyday. Kesulitannya terletak di diri kita masing masing untuk memulai sebuah langkah pertama atau seperti ayunan pertama saat bersepeda dan selanjutnya “Just ride through the winds”.

Apa yang dimiliki oleh musisi Indonesia sebetulnya adalah sebuah kekayaan negara yang tidak ada duanya. Kita bicara kreativitas, kita bicara aspirasi dan inspirasi. Bisa dibayangkan bila seluruh musisi Indonesia tiba-tiba memiliki satu suara untuk tidak berkreasi dan tidak berekspresi lagi karena karya kami sudah tidak dihargai. Maka saya percaya Indonesia akan berubah menjadi satu bangsa dan negara yang sepi dan sedih karena tidak ada musik yang mengalun lagi untuk menghibur jiwa kita. Bayangkan bila semua musisi dan pencipta lagu bisa satu suara dan bisa menyerukan “PERUBAHAN!!” serta melakukan aksi yang kolektif kira-kira apa yah yang akan bisa terjadi?

Industri Rekaman Fisik di seluruh dunia sudah hampir tamat riwayatnya. Momentumnya ialah di 2013, HMV toko penjual fisik terbesar terakhir di dunia akhirnya berada di ujung kebangkrutan juga, maka sekarang CD dan format fisik bisa dibilang diambang kepunahan. Meski dunia digital akan menggantikan semuanya namun apakah berarti penikmat musik di Indonesia sudah siap melakukan transaksi dan pembelian lagu secara digital baik di iTunes, MelOn, Langit Musik dan Toko Musik Digital lainnya? Feeling saya hanya segelintir dari penikmat musik di Indonesia yang siap secara teknologi untuk menghargai dengan mengunduh secara berbayar di tahun ini. E-Commerce diperkirakan akan melejit di Indonesia dalam tiga tahun ke depan. Salah satu problem terbesarnya ialah Payment Gateaway yang belum dimiliki atau dipercaya oleh semua orang pengguna smartphone di Indonesia. Karena kita tahu sendiri konsumer terbesar musik Indonesia memiliki range umur antara 15-30 Tahun, berjenis kelamin wanita dan pria serta Social Demography-nya dari kelas menengah ke kelas menengah ke bawah. Dan dari Demography tersebut, mayoritas belum memiliki credit card dan masih lebih percaya sistem m-banking ataupun transfer. Tetapi saya tetap yakin masa depan membeli lagu melalui media smartphone di Indonesia akan sangat cerah dan gerbang “direct selling” dari musisi langsung ke fans dan para peminat musik Indonesia sangat bisa terjadi.

Berikut ini adalah sebuah case study menarik yang dilakukan Nidji di saat kami merillis Original Soundtrack 5cm The Movie. Kami mengeluarkan statement baik di media cetak, TV, Radio dan di social media kami bahwa semua lagu di film tersebut tidak kami rilis didalam bentuk fisik seperti CD. Bahkan radio-radio diseluruh Indonesia juga telat diberikan lagu terbaru kami karena waktu itu waktu promosi sudah terpotong liburan. Jadi semua Nidjiholic yang ingin menikmati lagu-lagu terbaru kami harus menonton filmnya langsung di bioskop atau nonton kita ketika live. Dampaknya ialah suksesnya film tersebut menciptakan sebuah demand yang tinggi kepada lagu-lagu kami yang mengalun di dalamnya. Setiap hari di twitter, facebook dan mindtalk semua orang bertanya-tanya dimana mereka dapat membeli CD OST 5cm The Movie dan bahkan banyak yang meminta link download-nya di internet. Mereka mencari di 4*shared dan situs illegal download lainnya dan sangat sulit mendapatkan yang kualitas terbaik dari keempat lagu kami. Kita tetap mainkan lagu-lagu tersebut di tiap acara promosi TV dan juga event off air dan kita memperbolehkan mereka untuk merekam bootleg video-nya untuk di-upload di akun Youtube mereka.

Dan semuanya menjadi viral kemana-mana. Supply dan Demand-nya ‘jomplang’ banget yang akhirnya membuahkan hasil yang luar biasa: Di tanggal 4 Januari 2013 akhirnya tiga dari empat lagu OST 5cm The Movie dirilis eksklusif hanya di iTunes Indonesia allhasil tiga lagu Nidji yaitu “Diatas Awan”, “Rahasia Hati” dan “Takkan Pernah Mati” merajai 20 lagu paling banyak di-download dalam waktu satu jam saja, bahkan “Di Atas Awan” langsung jadi nomor satu. Dan dalam beberapa hari kemudian sempat ketiga lagu tersebut merajai 10 besar dimana “Di Atas Awan” berada di nomor satu, dan “Rahasia Hati” ada di nomor tiga. Sampai sekarang kami juga masih belum memutuskan kapan untuk mengeluarkan keempat lagu tersebut didalam bentuk CD karena kami tahu sekalinya sudah di dalam bentuk CD maka dengan gampangnya dibajak dan di download secara ilegal.

Silahkan menyimpulkannya sendiri karena setiap orang memiliki perspektifnya masing-masing. Saya melihat masih ada harapan untuk kita para musisi Indonesia. Saya melihat bahwa masa depan di dunia digital yang tanpa batas ini bisa digunakan oleh para musisi Indonesia untuk survive dan menjadi lebih mandiri. Contoh band sahabat saya, Endank Soekamti. Mereka berhasil menjual 3000 album terbaru mereka dalam bentuk boxset walaupun hitungan harganya diatas Rp.100.000,00. Itu karena fans mereka dari awal pembuatan album tersebut diikutsertakan aktif dan dekat dengan mereka melalui social media. Bung Glenn Fredly baru-baru ini juga melakukan gebrakan saat dia dan partner promotornya berhasil mengadakan konser tunggal yang promosi dan marketingnya hanya dilakukan lewat social media dan bantuan dari radio serta blogger -blogger. Hasilnya sukses dan sold out dihadiri ribuan fans setia bung Glenn. Dan masih banyak lagi teman musisi kita yang berhasil bertahan dan menang dengan menggunakan social media secara maksimal untuk bisa lebih engaging dengan fans mereka. Bila kita kreatif, kita bisa menggunakan social media berpromosi dengan sangat sangat murah dan disaat bersamaan memperoleh penghasilan sampingan dengan hanya menjaga dan mengembangkan komunitas fans kita menggunakan alat-alat yang sudah ada di Internet.

Ini adalah cara-cara kami, musisi Indonesia yang kreatif untuk survive menghadapi keadaan yang tidak menentu ini. Dan ini juga bukti bahwa musisi Indonesia mulai tersadar bahwa “there is no more boundaries between them and their fans in this digital world”. Jadi bila industri musiknya runtuh bukan berarti musisinya akan ikut bangkrut juga. Kita akan tetap beraspirasi dan menginspirasi dengan karya kami. Karena bagi fans, musik kami sudah menjadi soundtrack hidup mereka. Gunakan teknologi sebijaksana mungkin dan semaksimal mungkin untuk menggapai mereka yang telah terinspirasi oleh musik kita. Jadikan para penggemar bukan hanya pembeli dan pecinta karya kita. Jadikan mereka bagian dari hidup kita. Cari tahu siapakah core fans kita lewat demography mereka dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana caranya lebih menginspirasi mereka di kehidupan sehari hari.

Apapun yang akan terjadi dengan Industri musik Indonesia, para musisi dan pencipta lagu akan tetap berkarya dan berkarya terus. Karena karya-karya kami tidak akan pernah lekang oleh waktu.