Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

MarketeersAvatar border
TS
Marketeers
Penyatuan Zona Waktu Akan Hemat Energi Senilai Rp 2 Triliun


Ide penyatuan zona waktu masih menjadi wacana pro kontra. Namun, dari pendukung penyatuan zona waktu ini, ada gagasan hemat eneri. Salah satunya datang dari Dr. Sony Nursutan Hotama, peneliti dari Universitas Airlangga dan salah satu pendukung sekaligus peneliti dampak dari penyatuan zona waktu ini. Menurut Sony yang dihubungi Marketeers melalui telepon, Rabu sore (30/05/2012), penyatuan zona waktu menjadi satu dengan Waktu Indonesia Tengah (WITA) berdampak pada penghematan energi.

Gagasan awal peyatuan ini, menurut Sony, datang dari Nandy Arsyad, Kepala Divisi Keuangan dan Niaga PT PLN, pada tahun 2005. Waktu itu, Nandy Arsyad, melontarkan pertanyaan menggelitik. Misalnya, mengapa orang Eropa tidak memiliki pergeseran waktu, mengapa Singapura dan Malaysia yang letaknya lebih Barat dari Jakarta justru waktunya sama dengan waktu di Bali. Selain itu, dunia itu diukur dalam 360 derajat di mana saat dibagi 24 wilayah, masing-masing 15 derajat lamanya satu jam. Tapi, China dan India dengan garis lintang lebih panjang cuma memiliki satu zona waktu.

“Dari pertanyaan-pertanyaan itu, saya tertarik untuk melakukan penelitian zona waktu ini dan mengaitkannya dengan hemat energi,” kata Sony.

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2005 menyimpulkan beberapa hal. Pertama, menghemat energi. “Kalau WIB diubah menjadi WITA, otomatis maju satu jam. Orang di wilayah Barat akan bangun lebih pagi, lebih awal bekerja, dan tidur lebih cepat. Ini akan memengaruhi pola konsumsi energi, khususnya listrik,” kata Sony.

Setelah dikalkulasi, Sony mengatakan penghematan itu bisa mencapai Rp 1,8 triliun. “Bahkan, kalau semua ditotal tidak sekadar BBM dan listrik, efisiensinya bisa mencapaqi Rp 2 triliun,” kata Sony.

Ide di atas, sambung Sony, pernah dilontarkan kepada para pengurus Indonesia Marketing Association (IMA). “Mereka menyambut positif, terutama orang-orang dari perbankan, penerbangan, pemegang saham, dan juga tokoh politik,” kata Sony.

Dari sisi penerbangan, efisiensi yang terjadi menurut Sony, para penumpang tidak lagi transit untuk bermalam karena perbedaan waktu. Dari sisi informasi, Sony mengatakan semua daerah di Indonesia akan menerima informasi sama cepatnya, khususnya informasi melalui berita-berita televisi dan media cetak.

Penyatuan ini, kata Sony, juga berdampak pada sisi politis. Menurut penelitiannya, penyatuan ini akan meningkatkan rasa kebangsaan. Sony kemudian menceritakan sejarah pembagian zona waktu di Indonesia. Ditarik ke masa kemerdekaan, Belanda dulunya membagi Indonesia dalam enam zona waktu. Pembagian ini menurut Sony dilatari oleh motif pecah belah atau divide et impera.

“Kemudian pada pada masa Soekarno, pembagian ini diubah menjadi tiga zona waktu. Kala itu ada kaitannya dengan perjuangan di Irian Barat. Metode yang hampir sama dilakukan pada masa pendudukan Jepang. Jepang menyatukan Indonesia dengan waktu Tokyo. Tujuannya demi kepentingan satu komando,” imbuh Sony.

Setelah pihak IMA setuju, sambung Sony, IMA mengirim surat ke Presiden. Asosiasi Pengusaha Indonesia, menurut Sony, turut menyetujui ide tersebut karena memiliki benefit bagi perekonomian Indonesia.

“Kala itu, dari kementerian riset dan teknologi, Kusmayanto Kadiman, setuju dengan ide ini. Saat ini, ide penyatuan ini diembuskan lagi oleh menteri perekonomian Hatta Radjasa,” kata Sony.

Artikel: http://the-marketeers.com/archives/p...2-triliun.html
0
3K
34
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan