Tidak perlu merasa kehilangan, karena sejatinya di dunia ini kita tidak memiliki apapun. Segala yang ada pada kita hanyalah sekedar titipan dari illahi.
Penyesalan hanya bisa dirasakan oleh orang yang menyadari kesalahannya. Jika kesalahan yang berulang dan akan terus dilakukan, masih pantaskah disesali? .
Kendati tangisan tidak selalu berarti lemah, tetapi aku paling tidak suka jika ada yang melihat mataku sembab. Bagiku, menangis itu sangat sakral. Jadi tidak bisa sembarangan orang menyaksikannya. Berbanding terbalik dengan mataku yang tidak pernah bisa diajak kompromi. Menyebalkan!
Ada saatnya kita sangat membenci seseorang karena alasan tertentu. Padahal kita tidak tahu seberapa banyak yang terselamatkan karena alasan tersebut. Ada banyak hal yang kita lihat, tidak seperti yang terpikirkan.
. Mana yang lebih menguntungkan, repot klarifikasi, ribet ngurus izin, repot nyelarasin keinginan dengan kemauan keluarga besar, atau malah repot serba sendiri dalam segala urusan karena tidak memiliki keluarga? .
Jika memang harus memuji manusia, maka perbanyaklah memuji pasangan. Sebab pujianmu bisa menjadi obat yang paling mujarab pada segala sakit. Bagaimana tidak? Kau adalah orang yang telah melihatnya dalam segala keadaan bahkan disaat terburuknya. Jadi, gombalmu memang tepat. .
Seberapa yakin kita meyakini firman Allah. Semudah itu pula rasa syukur tercipta. Apa pun yang terjadi; jangan berduka terlalu lama. Sebab Allah telah menyiapkan penggantinya. Sebesar apapun rasa sakit, kesedihan, serta kehilangan. Sederas apa pun tangismu, percayalah kelak kau akan menertawakanny
Aku tulis ini dalam perasaan yang tidak utuh. Rasa yang tidak konsisten. Kadang melambung tinggi menembus bintang2. Kadang merasa nyeri, terpelanting, ambruk, tertusuk, terkuliti. Halusinasi sudah cukup membuat jiwaku porak-poranda. Ah, tidak! Tidak seperti itu. Hanya sampai di lapis terluar dari...
Jika ingin menaklukkan kehidupan kau hanya perlu menebar kebaikan. Jika ingin memenangkan pertarungan kau harus menyebarkan hutang budi.
Tuhan Kadang aku heran, kenapa orang-orang itu masih bisa tertawa setelah membuat orang lain menangis? Kenapa mereka masih bisa menikmati hidup dengan tenang, setelah membuat kehidupan orang lain berantakan?
Kadang rindu begitu menguasai kalbu hingga melupakan akal sehat. Kadang sesak begitu menguasai hingga ingin rasanya kutumpahkan darah Aku rindu saat-saat menjadi seorang anak, yang baru kusadari waktunya terlalu pendek. Dahulu, aku begitu berambisi menjadi orang dewasa saat melihat banyak tugas2
Sejak semalam rinai dengan takzim menyentuh bumi Seperti sang pecinta yang mencumbui kekasihnya Bulirnya sebening tangisan para bidadari Menitipkan resah pada dedaunan yang ditimpanya Dan hawa itu menulari relung hati Aku di sini terpasung dalam basahnya penantian Menyulam sudut mimpi Agar saat men
Di sepertiga malam Rembulan luruh dalam pelukan Kejora tersipu malu menggurat rindu Ada tangan-tangan hamba yang pasrah meminta Membelai iman dalam kalam sejuk sebuah dosa Ada jiwa-jiwa yang resah meronta Mendakwa takdir memburu hasrat Burung hantu berdendang Seluruh tubuh meremang Bimbang... Di am
Aku menatap bayangan dari balik punggungmu Mencuri sepotong senyum yang kau tebar Lalu kuabadikan dalam relung kalbu Kau tahu? Senyum itu yang menuntunku dalam kegelapan Bahkan disaat dunia gempita dalam gemerlap bintang Sementara kau sibuk mengejar kupu-kupu di taman Hingga aku reikarnasi be
Seshubuh kalbu menguntum Tarian jemari menjejak hati Berpalung rindu dalam sekap netra Dalam kedunguan pilu Ribuan purnama aku memuja rembulan Mendekap harap dibalik awan pekat Aku bahkan tidak tahu dimana arah timur Yang kutahu disini hanya ada jejakmu Jejak yang menyeret rona dalam halunisas