virus covid itu bisa menyerang otak, dan cytokine storm yang timbul setelah pendudukan oleh virus, menyebabkan pusing, sakit kepala, depresi, perasaan dirundung kepusingan yang berlarut-larut dan jangka panjang. bayangkan ketika virus covid itu menyerang si otong
dihalalkan bagimu hidup sekuler dan berwisata religi, tapi kehendakmu membentuk khilafah menunjukkan nafsumu untuk mengangkangi seluruh harta duniawi!
bukan hanya kristenisasi, tapi eclamisasi juga demikian, bahkan dosisnya lebih kuat. endonesah contohnya, dulu kerajaan Hindu-Buddha, dicaplok Hollandah, trus sekarang dimiliki hatei
tidak seharusnya negara ikut mengatur dan mempidanakan seseorang karena urusan fribadinya dengan tuhan. emangnya fetugas fetugas yang grebek rumah orang itu apa mereka sudah sutji? dalam perut mereka masih penuh taik. sangat memalukan ada negara yang begitu menindasnya terhadap pikiran orang, lebi
nonton bokep merusak otak, ternyata betul. banjir itu keniscayaan, bukan imposi memble. ayo kerja yang bener
ini zholimisasi terhadap nakes yang menolong. berdasarkan fakta ini, hindari menolong kaum sexclusive
kitab suci dan hadis, itu bukan definisi, bukan deskripsi, tapi lebih bersifat tradisi, hanya berlaku setempat dan sesaat. yang mengucapkan dan yang menulis udah orang yang berbeda, sudah 1 titik rawan kesalahan, belum lagi pemahaman yang mendengar belum tentu sama dengan maxud dari si pembicara.
pantes aja ustat ini bodobodo, yang ceramah aja gada otak. ato mungkin melatih anak-anak membunuh sejsk dini, dibiasakan membunuh dan menonton penyembelihan hewan, supaya terbiasa dan tidak ragu lagi kalau gabung isis?
pegawai pemerintah endonesah paling lihai dalam memanipulasi, pungutan, kutipan, tapi kalah lihai dari si tuwan, bikin program psbb cuma untuk pungut kutipan denda, kasus meningkat pencegahannya diserahkan ke pusat
kurang ajar ya dewan gereja Papua menyebut orang Papua kayak monyet :"“Kami gumuli perubahan-perubahan, kami gereja melihat perubahan yang terjadi. Orang Papua ibarat monyet".