Sumber Gambar

Pada Senin, 29 April 2024, Timnas Indonesia U-23 mengalami kekalahan yang memilukan dalam pertandingan melawan Uzbekistan pada Piala Asia U-23 di Doha, Qatar. Meskipun demikian, tim Garuda Muda masih memiliki kesempatan untuk melaju ke Olimpiade Paris 2024 jika mereka berhasil memenangkan pertandingan melawan Irak pada Kamis, 2 Mei 2024.

Namun, yang menarik perhatian adalah Jerome Polin, seorang YouTuber yang terkenal melalui kanal YouTube-nya bernama Nihongo Mantappu. Jerome kerap membagikan video sehari-harinya bersama teman-temannya saat berkuliah di Jepang. Selain itu, dia juga dikenal karena kemampuannya dalam pelajaran matematika. Namun, Jerome akhir-akhir ini disorot oleh warganet sebagai pembawa sial bagi tim olahraga dan perusahaan yang didukungnya.

Jerome Polin pernah mendukung penuh klub basket NBA, Golden State Warriors. Namun, setelah dukungan itu, tim Stephen Curry mengalami tiga kekalahan beruntun. Warganet juga mengaitkan Jerome dengan platform belajar online Zenius, yang pernah menjadi brand ambassador. Tidak lama setelah menjadi perwakilan Zenius, perusahaan yang sudah berdiri sejak 2004 itu mengalami kebangkrutan.

Jerome Polin kemudian meminta maaf karena dukungannya terhadap Timnas Indonesia yang berakhir dengan kekalahan. Ia bahkan menyatakan akan mendukung tim lawan agar sepak bola Indonesia bisa meraih gelar juara tiga melawan Timnas Irak. Semoga kejadian ini menjadi pelajaran bagi kita semua untuk tidak terlalu menghubungkan hal-hal yang tidak ada korelasinya dan selalu mendukung tim dengan semangat positif.

Kutukan seringkali dipercayai sebagai kekuatan supranatural yang dapat menyebabkan bencana atau kesialan kepada orang atau tempat tertentu. Namun, banyak penelitian dan pengamatan ilmiah telah menunjukkan bahwa konsep kutukan hanyalah mitos dan tidak memiliki dasar empiris yang kuat. Secara ilmiah, tidak ada bukti yang mendukung klaim bahwa ada kekuatan atau entitas yang dapat mengutuk seseorang atau sesuatu.

Banyak kejadian yang sering dikaitkan dengan kutukan dapat dijelaskan melalui faktor-faktor yang lebih logis dan berbasis pada pengetahuan ilmiah. Misalnya, kecelakaan atau tragedi yang terjadi pada suatu tempat bisa disebabkan oleh kondisi lingkungan, kesalahan manusia, atau kebetulan belaka, bukan karena adanya kutukan. Ketika peristiwa tragis terjadi, seringkali manusia cenderung mencari sesuatu yang bisa disalahkan, dan kutukan menjadi salah satu penjelasan yang sederhana dan mudah dipercaya.

Para ilmuwan dan peneliti telah melakukan berbagai studi untuk menguji keberadaan kutukan, namun tidak ada bukti yang mendukung klaim tersebut. Bahkan, beberapa eksperimen psikologis menunjukkan bahwa efek kutukan seringkali merupakan hasil dari sugesti atau kepercayaan subjektif yang kuat, bukan karena adanya kekuatan supernatural. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kutukan hanyalah konsep yang diciptakan oleh budaya dan kepercayaan manusia, bukan sesuatu yang nyata dalam realitas objektif.

Pentingnya memahami bahwa kutukan tidak ada adalah untuk menghindari kesalahpahaman dan kecemasan yang tidak perlu. Mempercayai adanya kutukan dapat menciptakan ketakutan yang tidak rasional dan mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang. Sebaliknya, memiliki pemahaman yang lebih objektif tentang alam semesta dan mengandalkan pengetahuan ilmiah dapat membantu seseorang untuk mengatasi ketakutan dan tantangan dengan lebih baik.

Dalam budaya populer dan media, seringkali kita disuguhkan cerita-cerita tentang kutukan yang menakutkan dan misterius. Namun, penting bagi kita untuk membedakan antara fiksi dan kenyataan. Kutukan mungkin menjadi tema menarik dalam cerita-cerita tersebut, tetapi kita tidak boleh mempercayainya sebagai sesuatu yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Sumber valid (baca baik-baik!): Link Referensi