Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

4574587568Avatar border
TS
4574587568
Sosok Presiden Iran Ebrahim Raisi: Musuh Israel, Cium Al-Quran di PBB


Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Iran Ebrahim Raisi dilaporkan tewas, Senin (20/5/2024). Ia menjadi korban kecelakaan helikopter jenis Bell 212, saat menjadi penumpang dengan sejumlah pejabat Iran termasuk Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollahian.

Kecelakaan terjadi saat helikopter itu melintasi daerah pegunungan Iran yang sedang dalam kondisi kabut tebal, Minggu sore waktu setempat. Kala itu, ia tengah menjalankan tugas negara meresmikan bendungan kerja sama Iran dan Azerbaijan.

Lalu siapa Ebrahim Raisi? Bagaimana sosoknya?
Raisi memegang posisi Presiden Iran setelah berhasil menang dalam pemilu tahun 2021. Ia menang setelah separuh pemilih tidak hadir dan beberapa tokoh politik dilarang mencalonkan diri.
Sebelum menjadi presiden, pria kelahiran tahun 1960 ini memulai karirnya dengan belajar teologi dan yurisprudensi Islam di bawah bimbingan Mullah Iran, Ayatollah Khamenei. Di usianya yang baru 20 tahun, setelah revolusi Islam yang menggulingkan monarki yang didukung Amerika Serikat (AS), Raisi diangkat menjadi Jaksa Agung Karaj di sebelah Teheran.

Ia kemudian menjabat sebagai Jaksa Agung Teheran dari tahun 1989 hingga 1994, wakil kepala Otoritas Kehakiman pada 2004-2014, dan kemudian menjadi Jaksa Agung nasional pada tahun 2014. Pada tahun 2016, Khamenei menugaskan Raisi untuk memimpin sebuah yayasan amal yang mengelola tempat suci Imam Reza di Mashhad dan mengendalikan portofolio aset industri dan properti yang besar.
Tiga tahun kemudian, Khamenei kemudian mengangkatnya sebagai kepala Otoritas Kehakiman. Di saat yang sama, Raisi juga menjadi anggota majelis ahli yang memilih pemimpin tertinggi.

Penantang AS-Israel
Seperti Khamenei, Raisi terkenal sebagai penantang Amerika Serikat dan Israel. Diketahui, Iran menyatakan kedua negara itu sebagai musuh bebuyutannya.
Raisi sempat mengkritik pendahulunya, Hassan Rouhani, yang lebih moderat terhadap Barat dan sempat menekan perjanjian nuklir tahun 2015 dengan Amerika Serikat (AS). Raisi pun mengamini saat Washington menarik diri dari perjanjian itu pada 2018, di era kepemimpinan Donald Trump.

Ke Israel, Raisi mengkritik keras Negeri Zionis itu setelah perang Gaza pecah pada tanggal 7 Oktober. Ia mengutuk serangan Israel ke Gaza dan memberi restu kepada dua proksi terbesar Teheran, Houthi di Yaman dan Hizbullah di Lebanon untuk melakukan serangan ke Israel.
Pada hari Minggu sebelum helikopternya hilang kontak, Raisi kembali menekankan dukungan Iran terhadap Palestina. Ia juga menggarisbawahi bahwa "Palestina adalah isu pertama dunia Muslim".

Cium Al-Quran di Depan PBB


Sebenarnya di September 2023, Raisi sempat membuat heboh PBB. Kala itu ia mencium Al-Quran di depan Majelis Umum kala sidang tengah berlangsung.
Kala itu ia melontarkan kritikan ke Barat soal Islamophobia. Ia memegang tinggi-tinggi salinan Al-Quran, mengecam kasus penodaan terhadap kitab suci itu seraya menyinggung pembakaran yang dilakukan di beberapa negara Eropa.
"Dunia sedang mengalami perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya," katanya waktu itu.

"Apa yang lebih baik dari firman Tuhan yang dapat mendefinisikan nilai-nilai kemanusiaan," tegasnya memuji kitab itu.

Pemberantasan Korupsi Tapi "Tersandung" Mahsa Amini

Sementara itu, di dalam negeri, Raisi menggambarkan dirinya sebagai pembela masyarakat miskin dalam pemberantasan korupsi. Namun dirinya sempat menerima bola panas setelah mengumumkan langkah-langkah penghematan yang menyebabkan kenaikan tajam harga beberapa bahan pokok.
Kemudian, pada akhir tahun 2022, gelombang protes nasional meletus menyusul kematian Mahsa Amini dalam tahanan setelah penangkapannya karena diduga melanggar aturan berpakaian Islami yang ketat untuk perempuan. Raisi menyebut para pengunjuk rasa sebagai perusuh.

Bagi kelompok oposisi dan hak asasi manusia di pengasingan di Iran, Raisi mengingatkan akan eksekusi massal terhadap kaum Marxis dan kelompok sayap kiri lainnya pada tahun 1988, ketika Raisi menjadi wakil jaksa di Pengadilan Revolusi di Teheran.

Ketika ditanya pada tahun 2018 dan tahun 2020 tentang eksekusi tersebut, Raisi membantah memiliki peran. Meski begitu, ia memuji perintah eksekusi yang disebutnya diturunkan Mullah Ayatollah Khomeini.


Pernah Mengunjungi RI
Selama kepemimpinannya, Raisi diketahui pernah mengunjungi Indonesia. Ia berkunjung ke Jakarta pada 23-24 Mei tahun lalu.
Saat itu, ia disambut oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan Bogor. Dalam kunjungannya, ia membahas beberapa kesepakatan penting, antara lain Preferential Trade Agreements (PTA) dan beberapa MoU khususnya di bidang perekonomian dan juga pemberantasan peredaran gelap narkotika.

sumber

0
260
11
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan